Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hotel Melati dan Penginapan Murah, Citra Hotel Esek-esek Kok Bisa?

30 September 2020   13:57 Diperbarui: 30 September 2020   19:12 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antara gaya hidup dan tuntutan hidup...

Siang ini baca  salah satu kanal berita yang masuk ke android saya. Dua orang berlainan jenis kelamin diketemukan di salah satu kamar di penginapan. Mang ngapain di sana? Ternyata kedua anak manusia yang mengaku sebagai tante dan keponakannya kedapatan melakukan hubungan seksual.Waduh!

Suka sama suka atau terpaksa? Jawabannya sama -sama butuh. Bisa saja sang tante yang usianya lebih tua membayar sang brondong sebagai cinta semalamnya. Atau bisa saja sang keponakan kepengen merasakan sensasinya bobok bobok dengan perempuan menarik yang lebih senior. 

Mereka berbagi kenikmatan dalam tanda kutip di atas ranjang penginapan kelas melati. Pernah nginap di hotel kelas beginian? Pernah merasakan berbaring dan tidur di kasur (bed) yang disediakan di sana? Saya pernah. Ada yang lumayan nyaman. Namun ada saja satu dua kelas penginapan model ini yang bikin bahu sakit karena tidak merata elastisitas kasurnya. 

Bagi mereka yang dimabuk nasfsu bin asmara, kadang tak terlalu mempertimbangkan fasilitas dan kenyamanan. Secara logika, mungkin cukup ada tempat tidur, ruang tertutup, kamar mandi dalam plus air dan cairan pembersih berupa sabun dan sebagainya.

 Mau pakai kipas angin atau AC tak masalah, Karena tujuannya utamanya buat ekseskusi. Kalo sekedar ngobrol -ngobrol mah, di warung atau kafe pinggir jalan juga bisa. 

Mengapa sering kedapatan di hotel kelas beginian?

Kadang kasihan bin miris juga pada pengelola dan pemilik hotel semacam kelas melati, penginapan murah pinggir jalan hingga semacam losmen atau kamar kos harian.

 Berbicara soal sewa kamar harian, saya baru tahu sekian tahun lalu. Di tahun 2013, saat sedang mencari penginapan buat salah seorang keluarga yang akan tugas kantor beberapa hari di Bali, saya melihat iklannya di salah satu koran lokal.

 Ternyata di seputaran Kuta, Sanur hingga Denpasar, banyak kamar kos priibadi beralih bentuk jadi kamar hotel melati. Lengkap dengan fasilitas tambahan di dalamnya.

 Sudah pasti harga per malam nya juga hampir sama dengan ongkos nginap semalam. Dalam hati, apa yang model beginian ngga jadi saingan dengan hotel? Karena hotel biasanya ada pajaknya, yang kamar kos mewah apa kena pajak juga. Wallahualam:)

Secara logika orang awam, bisa jadi untuk beberapa alasan ini, mengapa eksekusi seks tak legal di lakukan di sana ;

1. Lebih murah dibanding hotel berbintang

Emang berapa sih ? Rata -rata hotel melati dibanderol mulai 75 ribu hingga di atas seratus ribu. Itu harga rata -rata di Kota Mataram atau di Kota Denpasar. Ada yang 200 an juga. Cuma kadang orang berpikir bila per malam nya sudah 300 an ribu mending sekalian di hotel berbintang aja. Tak sedikit hotel berlabel star 3 yang promo di kisaran harga segitu. 

Tapi bila tujuannya tuk membuang hajat, mungkin bagi mereka tak perlu yang mahal. Apalagi ada biaya yang dikeluarkan tuk booking. Entah yang ceweknya yang mengenakan ekstra fee atau bisa saja cowok nya yang dibayar.

 Hari gini ibarat nya ngga ayam kampus yang naik harganya. Kumbang kampus pun mulai dilirik tante girang yang merindukan hasrat pria muda. 

2.Bisa jadi identitas tamu  disamarkan. 

Seringnya terciduk  pasangan tak sah dalam satu kamar oleh aparat, bisa jadi memunculkan dugaan indikasi ke sana. Realitasnya adalah tak semua hotel melati seperti itu. Dalam suatu perjalanan dinas sekian tahun lalu ke sebuah kota kecil di kabupaten, tetap petugas memintakan KTP asli dan meregister nama saya di buku tamu. 

Bila dibedah lagi, bisa jadi sang tamu masuk duluan, lalu pasangan selingkuh atau teman kencan nya datang belakangan dengan menyamar sebagai orang yang mau ketemu dengan tamu di kamar sekian. Biasanya karyawan di ruang depan, tak terlalu intens menanyakan kebutuhannya apa dan sebagai apa terhadap si tamu. Hal yang juga hampir mirip dilakukan petugas resepsionis di hotel berbintang. 

Yang disayangkan apabila karyawan sudah tahu ada indikasi ke sana, namun membiarkan atau mengabaikannya. Jarang memang kita membaca di berita pengelola penginapan kena sanksi atau hukuman. Karena yang masuk berita biasanya pelaku maksiatnya saja. 

3. Pasangan  esek -esek datang dari kelas sosial menengah ke bawah. 

Dengan harga kamar sekian pe malam, dapat diduga dari kelas mana pelakunya. Sudah bukan rahasia lagi, pelacur kelas atas atau pria muda  ganteng dengan perut six pack dan badan hasil olah tubuh di fitnes, biasanya mensyaratkan tempat eksekusi dengan kriteria tertentu.

 Modal untuk perawatan tubuh dan nilai jual nya sudah banyak biaya, tentulah akan memilih order dari pelanggan berkantong tebal. 

Dengan sendirinya, demi tak keciduk aparat dan kenyamanan memberikan layanan jasa plus plus nya, akan memilih tempat eksekusi dengan biaya yang sepadan. Bisa jadi lantaran perbedaan kelas jasa seksual inilah makanya prostitusi di hotel berbintang jarang ditangkap aparat satpol PP.

 Yakin tuh aparat mau masuk hotel bintang 3 atau bintang 4 terus obok -obok kamarnya. Jarang kita membacanya di berita. Palingan bila pelakunya artis baru keciduk atau semacam pesta seks sesama jenis yang santer diberitakan. Apa mungkin pelacur seks kelas atas lebih terhormat dengan pelanggan tertentu dalam tanda kutip? 

Hmm...coba kita tanya pada rumput yang bergoyang  atau meminjam catatannya pada matahari:)

Link berita:

1.https://www.viva.co.id/berita/nasional/1306952-terciduk-berduaan-di-kosan-pasangan-ini-mengaku-tante-dan-keponakan

Salam

Akhir September 2020,

Sumbawa NTB, 14.04 Wita

Sumbawa NTB,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun