Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Rindu Offline yang Terlarang dan Pengalaman Meeting Online Selama Pandemi

5 Oktober 2020   20:08 Diperbarui: 6 Oktober 2020   20:09 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari ngopi sambil menulis...karena keduanya bukanlah  rindu yang terlarang

Sudah seminggu ini kebagian jatah jadi peserta online. Ndak meeting ndak training, Kadang malah kedua sesi itu digabung. Akibatnya waktu online zoom jadi tambah panjang. Karena yang dibahas sudah pasti lebih banyak. Betewe, saya hepi hepi aja:). 

Pertama, karena terpilih ikut itu anugerah. Berarti yang punya gawe dan kepentingan, menilai bahwa peserta itu kepanjangan tangan tuk implementasi di level bawah. Sekalian berharap dapat di estafetkan pada tim atau  rekan yang tak sempat ikut lantaran kuota terbatas. 

Kedua, dapet ilmu dari trainer hebat. Mahal lho perusahaan ngebayar seorang profesional atau pakar. Investasi buat melatih dan mengajar orang dalam. Bekali pegawai sebagai aset. Pemateri nya juga lebih antusias karena ngerasa dihargai.    

Ketiga, dapat jumpa dengan teman -teman sekerja. Meski hanya tatap muka dan say hello dengan mereka yang berbeda kota. Sebagian besar malah berlainan propinsi. Namun kita semua disatukan, Lewat layar HP atau layar laptop.  Dalam balutan aplikasi Zoom. 

Hehe...Jumpa online kayak gini serasa rindu yang terlarang. Meminjam judul lagu lawas milik Om Broery dan Tante Dewi Yull itu. Betapa corona bikin bermacam rindu benar -benar menjadi terlarang. Ngerasa ngga ya:) 

Sebagai pegawai, saya kangen training  offline sekalian bisa jalan -jalan gratis keluar daerah. Kini tak bisa lagi. Antara ada dan tiada, namun lebih banyak tiadanya dibanding adanya. 

Mau traveling ke daerah wisata, jadi terbatas dan penuh protokol. Mau ketemuan dan kumpul bareng sahabat lagi seperti dulu  cuman bisa mengenang lewat instagram dan koleksi foto di galeri HP. 

Adik adik mahasiswa yang kangen menjejak rumput di kampus, kini cuma bisa lihat rumput di halaman tetangga, Semoga lebih ijo ya seperti bajunya bapak ibu dosen yang ngasih kuliah online. 

Ternyata tak hanya orang sehat yang terpenjara rindu. Saudara -saudara kita yang divonis Covid dan menjalani proses kesembuhan dan isolasi mandiri pun mengalami gelombang rindu yang mirip frekuensinya.

Rindu ingin cepat sehat dan pulang berkumpul dengan keluarga. Mereka yang bersatatus Orang Dalam Pemantauan dan sekian hari terisolir, ingin hasilnya negatif sehingga dapat beraktifitas kembali. 

Masa pandemi ibarat masa memupuk rindu. Mengaduk -aduk memori lalu menumbukkannya pada kenangan sebelum Covid datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun