Memodifikasi asal dan bentuk 'uang receh'
Di Bulan Februari lalu, saya mencoba memodifikasi. Asal uang receh tak lagi dari geletakan koin di laci, samping TV atau ditemukan di mana -mana tetapi uang receh berasal dari uang yang 'semestinya keluar dan bukan milik saya namun kembali ke saya '. Dan bentuknya tak harus koin tapi bisa juga uang kertas. Atau uang kertas yang ditukar menjadi koin.Â
1. Kembalian atau uang sisa dari uang yang sudah dianggarkan. Misal saya tugas di Sumbawa dan jauh dari keluarga, untuk makan kadang makan di luar. Biasanya sekali makan 20 ribu, namun ternyata pemilik warung memberi harga 15 ribu. Masih ada 5 ribu, saya masukkan ke celengan.
Atau biasanya di kantor saya membeli kopi di warung samping kantor. Biasanya saya siapkan 5 ribu rupiah, ternyata harga kopi di warung itu cuma 3 ribu. jadilah 2 ribunya saya masukkan ke toples.
Di lain waktu, Â biasanya isi pulsa 50 ribu bayar 53 ribu. Ternyata di salah satu mini market, cuma 51 ribu. Kembalian 2 ribunya itu saya celengin. Uang -uang kecil hasil transaksi seperti itu yang di cemplungin. Bukankah kita pernah dan sering mendapat harga lebih murah padahal uang yang disiapkan sekian.Â
2. Klaim uang perjalanan dinas (PD) yang menjadi hak karyawan. Sepanjang tahun ini, memang belum ada PD. Namun di 2019 lalu ada PD ke luar daerah yang klaimnya cair di Bulan Januari lalu. Umumnya PD, ada dana transportasi dari dan ke tempat tujuan  (sesuai golongan sesuai level).
Andai klaimnya dibayarkan sesuai hak lebih daripada yang dikeluarkan selama perjalanan, lebihnya itu, berapapun misalnya puluhan ribu atau ratusan ribu, semuanya dianggap recehan alias masuk toples. Â
3. Diskon, bonus atau potongan harga. Ini biasanya ada (tak selalu ya), didapatkan saat belanja di minimarket, saat bayar tagihan pulsa pasca bayar, dan diskon lainnya yang dirupiahkan. Biasanya program penawaran dari merchant terhadap member atau konsumen. Asumsinya, harusnya saya mbayar segitu,keluar segitu. Bila ada kembalinya, dianggap sebagai recehan. Â
Dengan demikian , selama bulan berjalan, makin berwarna warni celengannya. Sampai akhirnya di  awal Bulan Maret lalu, saya kepikiran membuat rekening baru untuk celengan ini. Dikeluarkan isinya lalu masukkan ke sana. Rekening tersendiri, tak digunakan untuk kebutuhan yang lain.Â