Ternyata hingga awal Maret,masih tersisa. Tak banyak sih hanya beberapa, kurang lebih 6 kalender. Saya mintakan dua.Satu saya berikan pada warung kopi langganan depan kantor. Hampir tiga tahun kedai kecil yang hanya berjarak 50 meter dari kantor ini, menjadi tempat  'berdiam' mencari ide-ide baru. Entah duduk sendiri sambil baca koran atau bareng team kecilku.  Â
Pemiliknya,sebut saja namanya Bu Lek Tati, adalah wanita Jawa bersuamikan orang Sumbawa. Beliau akrab dan dikenal ramah. Tak hanya terhadap saya, tapi juga dengan teman -teman lain di cabang.Â
"Pasang sendiri dah Om. Terserah mau pasang di sebelah mana," katanya dengan logat medoknya.Â
Dalam hati, sudah dikasi malah disuruh pajang sendiri...hehe. Tapi bisa jadi inilah ciri khas pedagang dan usaha kecil. Bila sudah akrab sama pelanggan, kadang jarak tak terbatas. Mengalir dalam kesederhanaan. Sesederhana perputaran uang yang dikelolanya. Sama sederhananya dengan lapak warungnya.Â
Setengah Hati Pasang Kalender
Hari ini genap satu bulan sudah usia kalender pajangan saya di warung Bu Lek Tati. Dan satu kalender yang saya bawa pulang ke rumah belum terpasang juga. Masih terbungkus karet gelang warna merah. Bergulung di atas meja. Masih mulus dan belum di eksekusi.Â
"Pasrah aku Bang,kok aku ngga di pakai -pakai," mungkin demikian kata si kalender itu.Â
Sehabis tadi pagi mengikuti ibadah Paskah minggu secara streaming online dari gereja,saya berniat untuk memajangnya. Di pegang, dibuka (ngga pakai diraba ya...hee). Berdiam sebentar lalu bingung. Pasang di pintu kamar apa di dinding kamar. Karena ruangan yang lain sudah ada.Â
Di pintu kamar aja,terdengar suara dari dalam hati. Â
Suara hati hampir selalu benar. Â Saya bergegas ke depan pintu. Tak lupa bawa paku payung dan isolasi kertas.Â
"Kamu yakin kalender ini penting -penting  banget buat kamu ya. Mang mau cuti kemana? Rencana traveling ke Labuan Bajo di Bulan Mei saat libur panjang bersamaan lebaran kan sudah ngga bisa. THR mu aja masih dalam tanda aja. Atau kamu mau cek tanggal merah di Bulan Juni,siapa tau ada hari kejepit biar sekalian gabungin sama ambil jatah cuti ke Palangkaraya karena kepengen banget suatu saat bisa injak Pulau Kalimantan...Hallo bro," muncul lagi tuh suara dalam hati.Â