" Anakku perempuan dah SD. Aku pindahin dia Om, dari Jawa untuk sekolah di sini. Aku jualan buat anakku. Aku pengen anakku punya masa depan yang baik. Tak seperti ibunya yang tak sekolah tinggi. Bila suatu saat dia besar dan menikah, aku tak ingin nasibnya seperti ibunya. Paling tidak, bila nanti suatu saat dia alami dalam hidupnya seperti aku, dia bisa mandiri."katanya panjang kali lebar kala kuajak duduk di teras kantor lantaran teriknya cuaca di siang waktu Sumbawa
" Kesulitan hidup bukan untuk diratapi Om. Susah boleh, menyerah jangan," katanya menutup obrolan siang itu.Â
Saya membeli lagi 10 bungkus untuk menitipkan pada salah satu warung milik nasabah , yang sudah kenal dekat sama saya. Kemudian bergegas ke dalam kantor. Balik ke meja saya. Mengambil HP dan mengupdate status WA saya.
" Hidup bukan untuk diratapi. Susah boleh, menyerah jangan"
Terima kasih Tuhan untuk pelajaran hidup dari pertemuan tak sengaja hari ini. Betapa banyak orang yang mengalami hal yang sama seperti wanita ini dalam perjalanan berumah tangga.Â
Tak hanya korbannya istri, bisa juga suami dan anak -anak menjadi korban lantaran 'kenakalan' sang istri. Apapun yang terjadi, hidup terus berjalan. Meratap boleh, menangis sah -sah saja. Tapi jangan tenggelam di dalam duka. Jangan bergelimang di dalam kesedihan.Â
Esok kan masih ada harapan, karena harapan memberimu kekuatan. Jika engkau sendiri tak kuat, bagaimana mungkin engkau menguatkan orang -orang yang kau kasihi dalam hidupmu ?Â
Salam,Â
Sumbawa, NTB, 27 Juli 2020
13.30 Wita
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI