Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Badai Corona, Mungkin Ini 6 Sisi Positifnya

11 Maret 2020   01:58 Diperbarui: 11 Maret 2020   02:44 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_2017_wisata lokal_pantai balat sumbawa barat

Blessing in Disguise

Sebuah musibah tak hanya menebar ketakutan kepada mereka yang kuatir akan tertimpa. Tapi boleh jadi ada berkah di dalamnya. Berkah yang tercipta sebagai hasil dari menghindari resiko. 

Manusia bila melihat sesamanya mengalami suatu musibah, sudah barang tentu akan melakukan langkah preventif. Tujuannya agar tak ikut-ikutan menjadi 'korban'. Seperti halnya mendengar beberapa saudara kita menjadi korban epidemi virus corona. Kesadaran diri muncul. Sadar bahaya sadar potensi.  

Sudah 10 hari sejak indikasi positif dua WNI diumumkan kepala negara. Dan hari ini, (09/03/2020) kabar buruk tak lagi sekedar kabar burung. Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah mengumumkan ada tambahan penderita positif corona. Total berjumlah 19 orang. 

Tak elok katakan wow, luar biasa atau apapun ekspresi keheranan. Seakan tak disangka belum ada satu bulan, sudah berlipat dari dua menjadi sembilan belas korban. Tak usah pula menggunakan rumus deret ukur atau deret hitung untuk memprediksi akan berapa nanti totalnya di akhir Bulan Maret 2020. 

Penjalaran epidemi akibat virus atau juga bakteri bukanlah matematika yang lebih banyak pastinya dibanding ketidakpastian. Pemerintah sedang fokus pada penanganan korban dan pembatasan akses yang lebih luas terhadap warga. Itu diluar konsentrasi pemerintah yang juga mesti fokus pada sektor -sektor lain yang terdampak secara langsung maupun  tak langsung. Transportasi misalnya, juga pariwisata dan perdagangan. 

Transportasi, Pariwisata dan Perdagangan

Ketiga segitiga bermuda ini adalah sektor produktif. Tak hanya jadi keran pendapatan negara, tapi juga sumber pendapatan warga di dalam negara. Iya, pendapatan masyarakat yang sehari -hari hidup dari perputaran uang di tiga sektor ini. Hasil dari pergerakan manusia, barang dan jasa. Bila salah satu atau salah dua dari tiga sektor ini ambruk, akan berdampak luas terhadap perekonomian negara. 

Tiga sektor ini berkontribusi terhadap kenaikan PDB alias produk domestik bruto. PDB adalah salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi dalam negeri. 

Meski ada istilahnya PDB dalam harga berlaku atau PDB dalam harga konstan, secara umum PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi, dalam kurun waktu tertentu. Umumnya dihitung per tahun. (dilansir dari BPS)

Di 2018 , kontribusi sektor transportasi dan logistik menyumbang 5,37% terhadap PDB. Di 2019 meningkat menjadi 11,56 persen atau sekitar 889,4 trilyun. 

Sub sektor transportasi mencakup moda rel menggunakan KA (Kereta Api), darat (bus dan kendaran komersial lain), moda laut (kapal) dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan alias ASDP dengan menggunakan kapal ferry. Bayangkan perputaran ekonomi karena banyaknya unit usaha pada  sektor ini. 

Hal yang wajar  ya, lantaran luasnya wilayah di tanah air. Pergerakan barang dan jasa setiap hari bisa lintas daerah atau lintas pulau.Kondisi geografis dan topografi turut membentuk pilihan moda angkutan. 

Komoditas lokal meliputi hasil alam dan hasil bumi (yang tak sama di tiap daerah), ditambah keunikan budaya, menjadi faktor pendorong mengapa sektor yang konsennya pada dari dan ke alias to and from ini, begitu penting peranannya.  

Setali tiga uang. Sektor pariwisata juga mendulang kenaikan. Dilansir dari situs detik travel edisi Juli 2019, sektor ini naik dari 4,5 persen kontribusinya ke PDB di tahun 2018 menjadi 4,80 persen di 2019. Sebagai sumber utama devisa dari kunjungan wisman, pariwisata juga menggerakkan perekonomian rakyat. Logikanya nya dengan semakin berkembangnya suatu obyek wisata, akan menyerap tenaga kerja lokal.

Daya tarik kunjungan ke lokasi wisata tersebut akan berdampak pula pada kebutuhan terhadap akomodasi hotel dan penginapan, termasuk bakalan ada pengeluaran dana oleh si wisatawan selama di situ. 

Sentra kerajinan dan pusat oleh-oleh (berupa sovenir dan kuliner lokal) akan bertumbuh sebagai sektor penopang pariwisata.Pemerintah daerah juga mendapatkan retribusi dari pelaku industri di daerah.

Dari satu obyek wisata yang terkenal, pemerintah daerah akan mengembangkan potensi obyek lain agar wisatawan dapat menikmati jauh lebih banyak dan lebih lama stay di sana. Bayangkan berapa dollar atau rupiah yang dapat dikeruk dari sebuah kunjungan wisata. Bukan main.  

Sektor perdagangan, meski turun dari 5,28% di 2018 menjadi 4,75% kontribusinya terhadap PDB di 2019, namun sektor ini masih cukup potensial lantaran ada produksi pertanian dan pengolahan makanan serta minuman yang menjadi inputnya. 

Jumlah tenaga kerja yang terserap juga cukup besar dan mengurangi tingkat pengangguran, terutama di daerah-daerah dimana potensi perdagangan dan pengolahan komoditas lokal berkembang dengan baik. 

Enam Sisi Positif Akibat Badai Corona

Tak dapat bepergian ke luar Indonesia karena virus corona, ya bersyukurlah. Setidaknya berterima kasih masih diberi kesehatan dan kesiagaan untuk membentengi diri. 

Gaji berkurang atau dipotong lantaran perusahaan atau tempat kerja terkena dampak dari badai covid-19, ambil sisi positifnya saja. Hidup memang penuh kejutan. Life is never flat.... Ada naik ada turun.  Tak semua yang direncanakan terjadi sesuai harapan. Persiapan sebagus apapun, situasi dan kondisi yang menentukan.

Tak hanya kita sebagai orang per orang. Pemerintah juga. Kebijakan diskon tiket ke destinasi wisata dalam negeri terseok -seok dihantam badai corona. Coba lihat berita kapal -kapal pesiar luar negeri yang megah dan mewahnya bak hotel berjalan. Merapat di Pelabuhan kota lumpia Semarang ditolak Pak Gubernurnya. 

Masuk Surabaya juga tak terima. Lanjut ke Bali. Di Pelabuhan Benoa di pulau dewata itu, buat masuk saja susahnya pake prosedural pemeriksaan ini dan itu. Ujung-ujungnya singgah juga. Giliran lanjut ke NTB, propinsi yang terkenal dengan pulau seribu mesjid itu masih belum mau terima. 

sumber:balipost.com
sumber:balipost.com
Bayangkan bila kita adalah salah satu penumpang di dalam kapal pesiar itu. Sudah keluar berapa dana buat liburan mewah lintas benua namun kapal tak dapat merapat. Yang rugi tak hanya penumpang dan pengelola wisata pesiar, tapi juga pemerintah daerah dan negara. 

Mengapa? Karena devisa tak dapat mengalir maksimal. Dollar di kantong wisatawan mancanegara tak sampai berpindah ke angkutan wisata, pedagang kuliner lokal, toko oleh-oleh dan tenaga kerja di akomodasi hotel dan penginapan, termasuk jasa spa dan pengelola obyek wisata. 

Ada enam hal positif yang dapat diambil  berkenaan badai corona yang terjadi sekarang, apa saja ?

1. Dana untuk transportasi liburan atau traveling , dapat dialihkan untuk kebutuhan lain yang sifatnya investasi atau yangdirasakan lebih berguna di masa depan. Tak hanya dalam bentuk asuransi, tapi bisa juga investasi tabungan buat anak-anak, atau hari tua. Hey...tuanya kan masih lama, saya kan masih muda. 

Iya tau, coba pertimbangkan untuk investasi beli rumah atau hunian kan bisa. Ntar umur makin beranjak, belum tentu sudah punya rumah sendiri. Investasi juga bisa ke dalam bentuk modal usaha,  emas batangan,  atau tabungan yang dapat digunakan atau dicairkan  sewaktu -waktu. Toh rencana untuk bepergian keluar negeri atau traveling dalam negeri dapat ditunda menunggu berlalunya epidemi virus corona. 

2. E-Commerce dan pembelanjaan via media online meningkat. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2019 kurang lebih 264 juta. Dari jumlah sekian, berdasarkan data APJJI alias Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ada sekitar 171 juta jiwa yang telah terhubung ke internet. 

Bisa dibayangkan dengan adanya virus Covid-19 yang dapat tertular melalui sentuhan tangan dan paparan bersin, orang akan berpikir untuk menjauhi pusat keramaian. Dan salah satu tempat orang banyak berkumpul adalah di pusat perbelanjaan. 

Bisa jadi lantaran tak ingin keluar atau pergi jauh, orang cenderung memilih jalur belanja online. Jaman sekarang, apapun bisa pesan dan antar. Tak hanya kota besar, kota kecil pun mulah dirambah jastip alias jasa titip. Klop dengan fenomema mager generasi sekarang alias malas gerak kaum rebahan. Ternyata ditindas badai corona pun, sektor perdagangan masih eksis...hehe:)

3. Beralih ke produk lokal yang tak kalah khasiatnya. Himbauan pemerintah dan praktisi kesehatan agar masyarakat meningkatkan daya tahan tubuh tuk memerangi gempuran corona, mendorong masyarakat tuk kembali mengkonsumsi produk lokal. Buah lokal naik daun karena orang mulai sedikit kuatir mengkonsumsi buah impor. 

Buah mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi menambah sistem imun tubuh. Itu belum termasuk minuman tradisional penambah stamina dan penghangat badan yang terbuat dari jahe, umbi - umbian, dan aneka hasil alam lainnya, termasuk madu lokal yang berasal dari budidaya atau madu hutan langsung. 

4. Pusat kebugaran mulai ramai dikunjungi lantaran olahraga penting tuk menjaga daya tahan tubuh. Di awal Bulan Maret 2020 ketka santer berita soal dua WNI positif corona, beberapa selebriti tanah air, yang biasanya tak rajin olahraga berubah dan memprioritaskannya. 

Masyarakat seolah-olah kembali ke ungkapan populer jaman orde baru : mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Kekuatiran terhadap virus menyebabkan masyarakat beraih ke pola hidup sehat. That is good! 

5. Sanitasi diri dan lingkungan meningkat. Tak hanya dirumah, tapi merambah hingga ke kantor. Cairan pemberrsih tangan , entah sabun batangan atau sabun dalam bentuk cair mengandung etanol, laris di pasaran. 

Bahkan dapat menemukan secara gratis di beberapa tempat yang menjadi pusat orang berkumpul. Siapa yang bisa membayangkan 5 atau 6 bulan lalu, produk ini tak terlalu signifikan penjualannya. Ternyata ada berkah dibalik badai corona. Yang paling terasa  sudah barang tentu adalah masker. Dulu tak terlalu dibutuhkan. Sekarang bisa jadi sebuah keharusan (bagi yang berpotensi terpapar). 

6. Obyek wisata lokal kembali 'bergairah'. 

dokpri_2017_wisata lokal_pantai balat sumbawa barat
dokpri_2017_wisata lokal_pantai balat sumbawa barat
Phobia terhadap corona mungkin menyebabkan sebagian orang akan memikirkan ulang untuk traveling atau berwisata ke luar negeri, termasuk melancong ke destinasi wisata di pulau lain di dalam negeri. 

Kebutuhan rekreasi boleh jadi dialihkan ke obyek wisata yang kisarannya berdekatan dengan tempat berdomisili atau yang masih dalam satu kota / satu kabupaten.Dengan sendirinya, obyek -obyek wisata lokal itu lebih ramai dari sebelumnya. Perputaran barang  dan jasa lebih menggeliat, meski skalanya kecil di tingkat lokal. 

Itu 6 blessing in disguise nya . Atau mungkin ada yang lain?# Hehe:)

Tetap semangat, badai pasti berlalu. 

Referesi : [1] [2] [3] [4] [5]

Salam, 

Sumbawa, NTB, 11  Maret 2020, 

02.49 wita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun