Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sanksi Masker dan Lingkaran Dampak, Semua Dimulai dari Saya

14 September 2020   14:46 Diperbarui: 17 September 2020   13:02 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; nurokhimsag.gurusiana.id

Just Sharing....

Saya bersyukur, bahwa di tengah masa pandemi, kantor tempat saya bekerja, tak memberlakukan PHK. Namun di tengah kabar baik itu, saya juga berempati pada saudara-saudara lain yang hidupnya berubah, terutama secara ekonomi,akibat badai corona. Beberapa mengalami secara langsung. 

Ada sahabat dekat, teman-teman seperjuangan kala kuliah dulu, keluarga besar, hingga para nasabah saya di kantor, yang juga termasuk jejaring kerja secara tak langsung. 

Kala merenung sendiri ditemani segelas kopi ireng, segelintir tanya menyeruak. Apakah kita mesti berbangga lantaran tak terkena dampaknya, sehingga kondisi kita masih sedikit lebih baik dibanding mereka yang berdarah-darah di masa pandemi? 

Apakah lantaran kita bekerja di perusahaan formal atau institusi milik pemerintah, sehingga ibaratnya hanya tergores dan tak pecah berkeping layaknya yang lain di luar sana? Atau apakah karena kita punya bekal pendidikan dan sedikit ketrampilan, yang bikin mampu 'survive', ketika semua orang digoncang oleh virus Covid-19? 

Bila karena sejumlah alasan itu, lalu apa yang bisa dilakukan? Andai realitanya seperti ini, apa kebaikan yang dapat dibagikan? Uang kah? Pengetahuan kah? Lapangan pekerjaan kah? 

Atau meminjam perumpamaan kail dan ikan, manakah lebih baik, memberi kail, memberi umpan atau k ah langsung memberi ikan? Mungkin dengan bertanya pada nurani disertai empati, kita dapat melihat jauh ke dalam (batin), dan jauh ke luar,pada kebutuhan mereka di lingkaran pengaruh. 

Kita yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah menengah, mungkin masih ingat mata Pelajaran Biologi. Ada pengetahuan mengenai sel, jaringan, organ dan sistem organ, lalu menjadi sebuah organisme mahkluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Dimulai dari bagian terkecil yakni sel, dimana sel-sel yang sama akan membentuk jaringan. Jaringan-jaringan yang menyatu akan menyusun sebuah organ. 

Beberapa organ yang berbeda akan bekerja sama satu sama lain melakukan kerja tertentu dan membentuk sistem organ. 

Misalnya sistem organ pernapasan yang melibatkan organ paru-paru, trakea, tenggorokan dan hidung. Mungkin karena itu perlnya test swab dengan mengambil sampel di hidung dan tenggorok, untuk mengantisipasi dampaknya terhadap organ paru.

Analogi yang hampir mirip, dapat diterapkan dalam komunitas sosial. Diri sendiri ibarat sel hidup. Ketika berada di dalam keluarga, terbentuk jaringan keluarga inti dan kerabat. Aktualisasinya meluas dan membentuk komunitas sekuler di masyarakat. Dan masyarakat yang tumbuh dengan budaya, akan berdampak langsung maupun tak langsung, pada nilai dan ketahanan negara. 

Semuanya dimulai dari "SAYA"

Sumber; nurokhimsag.gurusiana.id
Sumber; nurokhimsag.gurusiana.id
Mulai hari ini, tanggal 14 September 2020, di Kabupaten Sumbawa, NTB, diberlakukan sanksi bagi yang tak menggunakan masker. 

Peraturan Bupati itu menetapkan denda administrasi sebesar 150 ribu ditambah kerja sosial bagi pelanggar perorangan. Untuk pelaku usaha dan penyelenggara fasilitas usaha dikenakan denda administratif 250 ribu ditambah penghentian sementara hingga pencabutan izin usaha beserta kegiataan usahanya. 

Di beberapa daerah di tanah air, juga menelurkan keputusan rada-rada mirip. Di Bali, dari berita di Kompas.com, sanksi perorangan sebesar 100 ribu rupiah dan para pelaku usaha andai melanggar, wajib membayar 1 juta rupiah. Demikian juga di ujung timur Indonesia. 

Warga di Kota Jayapura, Papua, akan dikenai sanksi 200 ribu rupiah per orang andai melanggar SK Walikota, yang rencananya mulai berlaku di tanggal 16 September 2020 nanti.

Apakah salah pemkab atau pemkot menerapkan sanksi sosial? Untuk alasan yang berguna bagi kepentingan orang banyak, adalah hal yang wajar. Bisa jadi itu implementasi ketahanan negara terhadap bencana Covid-19 lewat penerapan peraturan di tingkat lokal. 

Mungkin dengan cara itu dapat menyadarkan masyarakat akan 3 hal penting. Pertama sayangi uangmu. Kedua sayangi kesehatanmu. Ketiga, sayangi keluargamu. 

Mengapa sayangi uang jadi alasan pertama? Bisa jadi karena dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari, bila diamati secara perilaku, sebagian masyarakat cenderung sayang uang dibanding sayang kesehatan. 

Contoh sederhana, orang bisa mengonsumsi sesuatu yang tak sehat bagi tubuhnya dan jiwanya, dengan kisaran puluhan hingga ratusan ribu dalam setiap bulan. 

Meski demikian, mereka bisa antipati sama bayar angsuran BPJS, atau berat ikut program asuransi kesehatan, yang cuma 100 ribuan per bulan. Menariknya, tak sedikit menganut pola makan dan pola hidup tak sehat. 

Lihat saja bungkus rokok sampai dikemas dengan foto tertentu untuk mengajak orang menjauh dari asap dan isap. Jajanan enak nan lezat dengan campuran serba manis bahkan manisnya dikuadratkan, toh makin di cari meski harganya tak murah di kantong bagi sebagian orang. Padahal ada lho potensi bahaya diabetes yang mengintip. 

Lingkar perut makin bertambah namun konsumsi junk food jalan terus. Sayangnya, sudah jarang olahraga, pemeriksaaan kesehatan sendiri meliputi tes urine, cek kolesterol, cek gula darah, dan yang lainnya yang hanya puluhan ribu, kadang diabaikan. Apa mesti nunggu sudah sakit parah baru ketok pintu ruang praktek dokter. 

Mencegah lebih baik dari mengobati. Sekalipun bila gejala awal diketahui lebih cepat, akan meminimalkan potensi komplikasi. Bisa jadi lantaran alasan 'komplikasi-komplikasi' itulah, pemerintah menerapkan kebijakan tertentu, guna menurunkan laju percepatan Covid. Komplikasi sosial, komplikasi anggaran kesehatan, komplikasi ekonomi dan beragam komplikasi lain sebagai dampak turunan. 

Bila sudah demikian, mungkin kesadaran warga sangat dibutuhkan. Sebaik dan sebagus apapun kebijakan, penerapan dan pengawasan di tingkat bawah yang lebih menentukan.

Pada akhirnya, seperti struktur sel yang berjenjang membentuk organisme, kita semua , tak terkecuali, adalah sel-sel hidup yang membentuk struktur sosial dengan budaya dan perilaku. 

Dampaknya akan memperkuat ketahanan negara terhadap bencana, atau kah mungkin mengeroposkannya pelan -pelan bila terus terusan mengabaikannya.

Semoga tidak, karena semua di mulai dari diri 'SAYA". 

Link Berita: 

1. papua.inews.id
2. denpasar.kompas.com

Salam,
Sumbawa NTB, 14 September 2020
15.05 Wita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun