Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Topeng Monyet, Bukan untuk Anak Saja

18 Februari 2020   23:29 Diperbarui: 18 Februari 2020   23:42 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_adolf_170220_topengmonyet

Tiap minggu petang,topeng monyet datang, anak -anak senang dapat hiburan...

Itu lagu anak -anak tahun 90 an yang sering diputar di TVRI.Penyanyinya dua bocah cantik bernama bernama Erin dan Karina.Kala itu TVRI menjadi satu-satunya siaran layar kaca. Penguasa  jagad hiburan di tanah air. Dan anak-anak Indonesia , di tahun 80 an hingga 90 an,  tumbuh besar dengan lagu-lagu di dunianya mereka. Lagu -lagu yang meng copy paste aneka permainan dan aktfitas yang lekat dan dekat dengan keseharian mereka. 

Sang pencipta lalu menuangkannya ke dalam lirik -liriknya. Sebut saja lagu abang tukang bakso yang menggambarkan bagaimana si pedagang keliling itu rajin keluar masuk kompleks perumahan menjajakan dagangannya karena belum banyak warung bakso permanen seperti sekarang.Dan topeng monyet termasuk salah satu atraksi hiburan diantara sekian banyak yang ada di jaman itu. 

Tahun berganti,dasawarsa berlalu. Anak-anak yang dulu kecil di tahun 80 dan 90 an kini (mungkin) sekarang sudah menjadi orang tua dan 'memproduksi' generasi berikutnya. 

Generasi telepon koin sudah beralih ke generasi Tik Tok setelah sebelumnya diantara dua generasi itu ada generasi Kpop. Ternyata setiap generasi memiliki ikon sendiri. 

Tumbuh (entah dari mana dan siapa yang memulainya) menjadi ciri khas pembeda antara generasi ke generasi. Dan meski kini sudah ada di awal dekade baru,dekade 2020, namun sebagian dari kita masih (juga) terkenang akan atraksi hiburan dimasa lalu. Salah satunya, ya mungkin topeng monyet #Hehe..

dokpri_adolf_170220_topengmonyet
dokpri_adolf_170220_topengmonyet
Topeng Monyet Datang, Anak-Anak dan Orang Dewasa Terhibur

Kemarin siang pukul dua belas, sekitar 100 meter dari kantor, ada kedatangan 'tamu istimewa'. Seekor monyet dan tiga orang pengawalnya. Ketiga pengawalnya sudah terbagi tugas masing-masing menemani sang pangeran berekor itu. Satu orang posisinya berdiri. 

Dia bertugas menyiapkan peralatan dan memandu si monyet untuk berpindah gerakan dengan alat -alat yang sudah disiapkan. Sisanya dua orang pengawal layaknya musisi yang mengiringi sang artis beratraksi di atas panngung. 

Ganti ketukan ganti irama , monyet pun mengikuti. Seakan -akan ada 'chemistry' yang kuat diantara mereka berempat.Berdinamika. Menyatu ibarat menyaksikan pentas tari dan gerak kendati pelakonnya cuma satu,ya si pangeran monyet itu...hehe. 

dokpri_adolf_topengmonyet_170220
dokpri_adolf_topengmonyet_170220
Saya dan warga yang rumahnya berdekatan dengan arena pertunjukkan jadi tertarik dan mendekat. Beberapa dari mereka mengajak anak-anaknya untuk menyaksikan. Baik yang masih balita atau usianya di atas itu. 

Tak ketinggalan para pengendara yang melintas,terutama roda dua yang menghentikan kendaraannya sementara untuk mengamati tingkah lucu sang monyet. Saya yang semula berpikir hanya saya sendiri yang menonton, ternyata beberapa rekan kerja lain juga menyaksikannya. Saya tahunya setelah melihat update status video mereka di WA. . 

Timbul niat untuk mewawancarai para pengawalnya. Pengen tahu aja, di Sumbawa ini mereka tinggal dimana dan asalnya dari mana. Karena setahu saya, jarang bahkan hampir tidak ada warga asli sini yang memiliki usaha pertunjukkan monyet. 

Saya menunggu sampai selesai sembari mengambil beberapa foto dan merekam atraksinya. Uang sepuluh ribu sudah saya siapkan saat si monyet menghampiri satu demi satu penonton dengan membawa kantong tempat sawer. Berharap mengambil fotonya lebih dekat. 

dokpri_adolf
dokpri_adolf
Usai saweran, sang monyet memperagakan salam selamat tinggal sembari bersimpuh. Hehe...lucu memang. Kami yang menonton tertawa dibuatnya. Para orang dewasa ikut terhibur karena tingkah pola sang pangeran berekor. Atau mungkin para orang tua ini sedang mengenang masa kecil mereka. Entahlah...

Anak-anak usia SD sebagian senang dengan hiburan itu, namun beberapa yang lain ekspresi wajahnya biasa saja. Mungkin takut atau merasa aneh ada hewan dapat beratraksi sedemikian rupa. 

Hal yang jarang ditemukan atau menjadi tontonan di generasi mereka, yakni generasi Z dan generasi Alpha. Sebuah generasi manusia yang lahir dalam rentang tahun 1995 jingga 2024.  

''Nama saya Rasdi. kami dari Surabaya," demikian jawaban singkat salah satu pengawal ketika saya tanyakan asalnya. 

Pertanyaan berikutnya tidak dijawab karena mereka sepertinya tidak mau meladeni pertanyaan. Buru -buru lalu bergegas. Berjalan dengan sang monyet yang melambaikan tangannya kepada kami.Saya mengambil foto sekali lagi saat mereka menuju perempatan lampu merah di samping mesjid terbesar di Sumbawa itu. Menerka -nerka dalam hati. 

Mungkinkah akan lestari atraksi hiburan dengan hewan primata ini ataukah generasi manusia berikutnya lebih suka mengenakan 'topeng'.

Pangeran monyet itu, mungkin buruk secara rupa di mata manusia, namun menghibur secara nyata. Tanpa mengenakan topeng pun, dia sudah terlihat apa adanya. Makin tersiksa dengan leher yang dirantai. Mengundang rasa iba.

Namun lebih tersiksa adalah generasi yang hilang. Tak terpenjara namun terpenjara dengan pikirannya yang sempit. Sesempit layar android di genggamannya. Jangan salahkan bully dan penghinaan di media. 

Terhadap generasinya saja, anak -anak sudah berani. Apalagi terhadap generasi di atasnya. Dan kita mungkin akan melihat dan menyaksikan. Terheran -heran. Kok anak saya bisa seperti itu? Di rumah beda, di sekolah beda. Di luar rumah bukan lagi. Baru kita terhenyak. Topeng apa yang dipakainya. 

Semoga kita belajar dari atraksi ini. Dibalik pro kontra eksistensi keberadaannya, ada nilai-nilai yamg bisa diambil. Tergantung dari sisi mana kita menilainya. Buruk rupa memang cenderung mengundang tawa, namun buruk jiwa, cepat atau lambat akan mengundang duka. 

Salam,
Sumbawa,NTB,18 Februari 2020, 23.50Wita   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun