Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bulan Baru dan 3 Hal Penting bagi Para Pekerja di Awal Bulan

1 Maret 2020   16:09 Diperbarui: 1 Maret 2020   17:59 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekerja di divisi marketing, dituntut untuk selalu berinovasi. Kadang tuntutan itu bukan datang dari atas. Dalam hal ini permintaan dari atasan atau manajemen di level atas. Namun, keinginan dari dalam diri demi menghasilkan kinerja yang lebih baik dibanding bulan –bulan sebelumnya. Atau bisa jadi, niat untuk berinovasi itu muncul dari melihat performance di dalam tim dan keinginan untuk membawa mereka keluar dari zona nyaman

Siapapun kita adalah marketing bagi diri kita sendiri. Tak terbatas pada saya dan juga mungkin rekan-rekan pembaca, yang kesehariannya bertugas memasarkan produk dan menjual ke calon pengguna. Bila Anda adalah seorang profesional seperti dokter, artis, notaris, tukang pijat, pengusaha laundry, bahkan penulis conten sekalipun, setiap kita dengan beragam profesi yang digeluti, butuh yang namanya memasarkkan diri, termasuk ‘menjual’ keahlian kita.

Bagaimana dengan para pekerja yang profesinya terikat terhadap institusi, seperti PNS, TNI, Dosen, Guru, dan lain sebagainya? Toh mereka tak menjual produk. Iya betul, tapi merekan menjual dalam tanda kutip pelayanan dan pengabdian. Melayani masyarakat demi menjalankan visi dan misi institusi adalah bagian dari memasarkan produk. Bila perusahaan sekuler merancang produk untuk ditawarkan pada para konsumen, intitusi formal terikat pada visi dan misinya sebagai ‘produk’ yang harus dieksekusi terhadap pasar, yakni masyarakat sebagai pengguna atau pemakainya.

Kasus musibah di SMP 1 Turi dan berujung dipenjaranya sang guru, mungkin adalah salah satu contoh betapa program yang tujuan awalnya baik namun tak menganalisa situasi dan kondisi, lalu berakhir sebagai tragedi. Di sisi lain, pernyataan seorang petinggi KPAI soal anak gadis berenang di kolam renang bisa hamil, malah memicu kericuhan di dunia maya (dan dunia nyata). 

Betapa mereka yang bekerja di institusi formal dan bukan di perusahaan sekuler pun, pun bisa terjerat lantaran salah eksekusi lewat tindakan dan ucapan. Tujuannya mulia untuk mengemban misi dan visi institusi sebagai ‘produk’ layanan ke masyarakat, namun andai tak membaca kondisi dan rambu sosial, dampaknya bisa merembet ke mana-kemana.

Well… apapun profesi kita, apa yang bisa dilakukan untuk tetap dalam panggilan memasarkan ‘produk’ dan menghindari hal-hal yang bisa menjatuhkan diri sendiri dan merusak citra institusi atau perusahaan yang kita wakili, ada beberapa cara di bawah ini. Ini adalah opini saya sendiri,dan beberapa adalah apa yang sudah dilakukan.

1. Belajar dari kesalahan yang terjadi di institusi atau perusahaan lain yang identik dengan lingkup kerja sehari -hari

Saya percaya ketika tragedi susur sungai SMP di Jogjakarta itu terkuak di media, sekolah–sekolah lain di tanah air mulai mengevaluasi kegiataan kepramukaan bagi anak-anak didiknya. 

Tak hanya kepramukaan, tapi bisa yang berhubungan dengan cinta alam dan kegiatan ektra kurikuler lainnya, yang dirasakan membahayakan bagi peserta. Demi keamanan dan kenyamanan, tak sedikit yang membatalkan dan mengalihkan kepada kegiatan lain yang skalanya lebih aman dan nyaman. Para orang tua dan wali juga akan was-was lebih kepo menyangkut kurikuler sang anak.

Di perusahaan sekuler, baik perusahaan milik negara, milik daerah ataupun milik swasta, ada beberapa yang juga menjalankan pola yang sama andai terjadi kasus di perusahaan kompetitor atau perusahan yang identik. Kasus fraud misalnya, nilep uang perusahaan atau skandal keuangan yang melibatkan rekayasa data di sistem, akan menjadi warning bagi perusahaan sekuler lain. Probabilitas yang sama dapat terjadi andai kurang pengawasan atau cenderung mengabaikan.

Contoh lain yang juga menjadi viral bulan lalu adalah soal jebakan politisi PKS Andre Rosiade terhadap seorang PSK. Niatnya baik, namun bila caranya tak santun pada waktu yang tak tepat, bisa jadi bukan promosi tapi mutasi. Betapa wajib menganalisa kebijakan atau strategi sebelum di ekseskusi dengan berkaca pada kesalahan yang pernah terjadi di perusahaan atau institusi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun