Ulasan pandangan dan analisa dari beberapa sisi, termasuk wawancara dengan para pakar atau ahli yang berkompeten. Disajikan dalam satu tampilan halaman di surat kabar lokal. Hal yang mungkin agak jarang ditemukan dalam media online.
Di jaman digital seperti sekarang, informasi via media online sifatnya bisa easy come easy go. Hari ini situs beritanya ada, sumber beritanya jelas namun tidak menjamin dikemudian hari masih ada. Lagi pula tak semua media online legalitasnya sama seperti media cetak. Memanfaatkan kemudahan dan kecepatan akses, apa saja bisa diberitakan, tanpa filter dan tanpa mengedepankan dua sisi.
Padahal fungsi utama surat kabar adalah to inform alias meyampaikan informasi secepat-cepatnya dan seluas-luasnya kepada masyarakat dengan memenuhi kaidah informasi yang : akurat, faktual, menarik, benar, lengkap, utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis. Dengan syarat demikian,menjadi pertanyaan apakah bisa terwakili oleh media online.Â
Fungsi pers yang seharusnya mencerahkan menjadi kebablasan dengan informasi yang menghasut. Belum lagi ruang publik di media online bagi komentar pembaca. Siapapun bisa berkomentar apa adanya meski dengan akun abal-abal. Tidak pandang jenis kelamin, tingkat pendidikan, strata sosial dan acuan tertentu sebagai standar. Di satu sisi baik karena menjemput respon dari bawah, tapi di sisi lain malah bisa seperti ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan. Bukannya mengembang dengan baik namun merusak konten informasi itu dan menyebarkan hoax.Â
Adalah baik bila awak media online iitu memblokir atau menerapkan filter terhadap comments atau opini pembaca. Namun bila tujuan media yang berseberangan itu sejalan dengan respon yang diharapkan, apa jadinya dengan dampaknya di masyarakat.
Apalagi di sepuluh tahun terakhir, sejalan dengan perkembangan internet dan meleknya masyarakat terhadap informasi publik,maka siapapun bisa mengakses, menayangkan informasi bahkan berkomentar sesukanya, terlepas dari materi yang diupload itu dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Mulut memang bisa dijaga,tapi jari, jempol dan otak, siapa yang bisa mengontrolnya.Â
Keunikan lainÂ
Pada era yang seperti inilah,masih dibutuhkan koran cetak lokal di daerah. Mengapa?Â
1. Karena tidak semua daerah di Indonesia itu terkoneksi dengan jaringan internet
Dilansir dari Kompas.Com,edisii 16 Mei 2019, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis hasil survey data pengguna internet di tanah air pada April 2019 mencapai 171 juta jiwa dari total 264 juta penduduk. Luar biasa. Lebih dari 60 persen masyarakat Indonesia melek internet.Â
Namun sayangnya, 55 persen dari 171 juta jiwa itu adalah penduduk di pulau Jawa dan 21 persennya adalah warga di Pulau Sumatra. Sisanya yang sekian persen jumlah terkecil tersebar di pulau -pulau lain di luar kedua pulau itu.Â
Bagaimana mungkin masyarakat di daerah bisa mengakses media online tentang berita di daerah sedangkan tidak semua masyarakat bisa terhubung ke internet? Disinilah koran cetak lokal memegang peranan sebagai media penyampai informasi di daerah.Â