Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berbagi Kisah Perjalanan dari Sumbawa ke Jakarta (Part 2)

11 Mei 2019   00:18 Diperbarui: 26 September 2019   20:21 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_pantai di kawasan mandalika

Lenggak lenggok Jakarta, 

suka membuat orang lupa

Terpikat oleh manisnya cerita menjadi jutawan di sana

Ribuan mimpi -mimpi ada menggoda mereka. Itu lirik seterusnya di bagian chorus dari lagu Lenggang Jakarta yang dulu dipopulerkan Tante Andi Meriem Matalatta. Meski beliau sudah berpulang, namun tone suara dan irama riang lagu dari penyanyi yang dijuluki mutiara dari selatan itu  masih tetap enak didengar. Kedalaman lirik dan pesan dari lagu tersebut menyisakan gambaran tentang Jakarta. Ibu kota negara dimana hampir semua kantor  pusat berada di sana. Termasuk kantor pusat tempat kami berkarir sekarang.

Berjuang Menggenapi Impian

Dibilang kami ke Jakarta mengejar mimpi, bisa jadi benar. Tapi bukan ribuan mimpi seperti lagu ciptaan Harry Sabar ini.  Teringat sepuluh bulan yang lalu, kami bertiga duduk di sebuah kafe kecil di Jalan Mawar, di tengah Kota Sumbawa. Jam delapan malam di Bulan Agustus 2018. Menelurkan ide, berdiskusi dan menabur mimpi ditemani tiga gelas kopi hitam.

dokpri_meeting pertama_Agust 18
dokpri_meeting pertama_Agust 18
Kami bertiga cuma punya tiga mimpi. Pertama, bermimpi inovasi kami bisa membawa kami terpilih dalam dua belas finalis (dengan bersaing diantara ratusan lainnya). Kedua, bisa jalan-jalan ke Jakarta dan bersalaman dengan petinggi --petinggi BOD (Board of Direktor) di internal perusahaan yang mungkin namanya sudah sering wara --wiri di koran dan tabloid nasional. Dan yang ketiga, bisa mendapatkan bonusnya, traveling gratis ke luar negeri. 

Dan puji syukur, seperti kata pepatah, tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Sedari mula kami sadar bikin ide itu mudah, tapi menjalankan dan memonitoringnya itu yang susah. Kami mengalami sendiri selama tujuh bulan proses implementasi ide. Di satu sisi,ada job desk dan target di pekerjaan kami masing --masing sesuai jabatan,  yang harus  kami  achieve  setiap bulan. Namun di sisi lain, kami harus meluangkan waktu dan energi, bahkan hingga larut malam untuk menyelesaikan proyek ini. Tahap demi tahap.  Minggu ke minggu, dari bulan ke bulan. Bahkan kadang sengaja kami mengundang pasangan (istri atau pacar) untuk ikut kumpul bareng agar memahami ini lho  yang dikerjakan belahan jiwanya...hehe.

Berkat dukungan dari atasan, teman-teman di cabang dan para pelaku usaha di Kota Sumbawa selaku mitra dan merchant, ide kami boleh terealisasi dan mendapatkan penilaian dari para BOD di pusat sebagai finalis. Dan  akhirnya...mimpi kami tergenapi. Sekarang kami sudah berada di BIL (Bandara Internasional Lombok) di Praya Kabupaten Lombok tengah dan hendak menuju ke Jakarta.

Penerbangan  ke Jakarta pukul 12.40 wita. Waktu menunjukkan jam dua belas kurang sepuluh menit saat kami bergegas meninggalkan lapak kopi di samping bandara. Melihat boarding pass dan tiket (yang sudah dibayar oleh divisi HRD di kantor area), kami bertiga akan naik pesawat Lion Air JT 657. Pesawat buatan boing seri 737 ini akan tiba di Terminal 1 Bandara Sukarno Hatta pukul 13.40 WIB. Estimasi waktu tempuh kurang lebih 1 jam 50 menit.

Masing -- masing kami hanya membawa satu tas ransel. Saat diskusi di kantor di Sumbawa sebelum berangkat, kami sudah sepakat untuk tidak banyak tentengan, lagian juga cowok -- cowok semua. Ngga banyak peralatan, agar setiba di bandara langsung cuzz...Ngga nunggu ambil bagasi, hehe.

Ternyata ada baiknya juga. Karena saat check in, saya iseng -seng tanya, berapa biaya bagasi sekarang.

"Tujuan kemana?" tanya Mbak petugasnya

" Lho memangnya beda ya. Kalau saya mau ke Jakarta sama mau ke Jayapura, apa beda Mba?" tanya saya

"Beda Mas...berdasarkan tujuan," jelasnya

Oh begitu....Seingat saya pada Bulan Desember tahun lalu, saya sempat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan jurnalistik di kantor pusat.Kala itu tidak ada kebijakan pengenaan biaya bagasi seperti itu meski saya membawa satu bagasi. Saya jadi mikir negara kita Indonesia punya lebih dari tujuh belas ribu pulau.Suka tidak suka, mau tidak mau,demi kenyamanan dan kecepatan, kita tetap butuh moda transportasi udara. Jadi andai kebijakan gratis sekian kilo sudah tidak ada lagi seperti sebelumnya, masyarakat tetap akan naik pesawat.

"Jangankan bagasi, tiket naik pun tetap dibeli," timpal Uki.  

Hehe.....betul betul betul.

SELFI DALAM KABIN PESAWAT ADA BATASANNYA

Pikiran kami bahwa pesawat ini akan tertunda ternyata salah. Boarding time sesuai jadwal 12.10 wita. Saat tiba di gate 2,kami langsung berdiri dan masuk dalam antrian. Sepuluh menit kemudian, kami sudah di dalam kabin.

Kursi dalam kabin terdiri dari enam seat dalam satu deret dimana tiga kursi di sisi kiri dan tiga kursi  lagi di sisi kanannya. Di tengah -- tengahnya sudah pasti area jalan bagi penumpang. Kami menempati deret kursi di bagian depan, deret D sampai F.

Teman saya yang takut naik pesawat, saya mengusulkan agar duduk di sisi jendela, bertukar tempat dengan saya. Lagi pula dia membawa kamera. Saya butuh bantuannya untuk mengambil gambar di dalam kabin ataupun memotret view dari atas pesawat sebagai dokumentasi untuk tulisan ini.

Saya berpikir kadang cara untuk menghadapi fobia, tergantung apa fobianya, adalah dengan berhadapan langsung dengan objek dari fobia itu. So let my friend faces with that. Ketakutan dan kekuatiran,apapun itu, hanya membelenggu pikiran dan jiwa. Kita ngga mungkin menang dari serangan perasaan seperti itu sampai kita mengenali penyebabnya, kemudian menghadapi dan mengalahkannya.  

"Di lomba ini, semua sudah pasti akan berangkat. Kelompok tim yang juara akan ke Korea, sisanya ke Bangkok. Nyaman aja kamu biar terbiasa," bisik saya kala kami duduk di kursi.

"Kalau kita menang ke Korea, Ade suruh naik kapal aja," sambung Uki, salah satu teman yang lain.

"Hehe...Kasihan dia, kita sudah balik, dia masih di tengah laut...," sambung saya sembari tertawa. Berdua mereka juga ikut tertawa.

Cuaca cerah saat burung besi yang kami tumpangi ini membelah langit di atas Pulau Lombok. Dari atas tampak lekukan pantai -- pantai berpasir  putih. NTB yang dijuluki pulau seribu mesjid ini memang kaya akan wisata air. Provinsi yang berbatasan laut dengan Pulau Bali ini memiliki dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Meski dari peta kita bisa melihat bahwa  luas wilayah Lombok lebih kecil dibanding Sumbawa, namun pengelolaan pariwisata di Lombok jauh lebih maju. Jaraknya yang hanya 5 jam penyeberangan ferry dari Pelabuhan Padang Bay atau 30 menit via flight dari Bali membuat banyak wisatawan mudah berpindah trip dari Bali ke Lombok  atau sebaliknya dari Lombok ke Bali.

Tidak jauh dari Bandara Lombok, ada kawasan Mandalika yang pada 2018 lalu telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu dari dua belas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia. KEK adalah kawasan yang mempunyai keunggulan geoekonomi, geostrategis dan mampu menampung kegiatan ekonomi bernilai tinggi dan daya  saing internasional di daerah atau wilayah tersebut. 

Mandalika memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri pariwisata karena memiliki deretan pantai -- pantai cantik, diantaranya Pantai Tanjung Aan, Pantai Kuta dan Pantai Gerupuk. Kami punya kantor cabang di Mataram. Jadi setiap kali berkunjung ke sana, saya biasanya luangkan waktu untuk jalan --jalan ke pantai. Sayang bila dilewatkan.

dokpri_pantai di kawasan mandalika
dokpri_pantai di kawasan mandalika
Rencananya di sepanjang Kawasan Mandalika, akan dibangun sirkuit balap motor berstandar internasional. Dijadwalkan selesai pada 2021. Bisa jadi karena salah satu alasan ini, pemilik warung di sisi bandara tadi menceritakan kepada kami bahwa tempat mereka berdagang akan direlokasi ke sisi timur, demi untuk memperluas bandara. Kebayang kan, ada event balap kelas dunia. Sudah pasti bandara dan infra struktur pendukung mesti disiapkan dari sekarang.

Tiga puluh menit setelah mengudara, pramugari mendorong kereta dan menawarkan makanan atau minuman. Sengaja saya memesan segelas  teh hangat meski perut tidak ingin untuk minum. Hanya ingin tahu seperti apa rasanya, berapa harganya dan dan tampilannya seperti apa.

Saat  sang pramugari menyajikan di atas tatakan meja di depan kursi saya, saya meminta Ade untuk mengambil foto. Klik klik jepret jepret. Sarjana pendidikan yang sudah bekerja selama tiga tahunan bersama saya dalam satu divisi di kantor itu lalu menunjukkan fotonya ke saya. Ternyata hasil fotonya tidak sesuai harapan saya . 

"Ulang lagi De, "  kata saya.

Lantaran momennya hanya sebentar, saya tidak ingin si pramugari itu berlalu dari kursi kami sebelum foto diambil. Saya mengharapkan teman saya itu mengambil gambar dengan tubuh pramugari itu terlihat sepenuhnya berdiri sembari menyajikan minuman di depan kami, dengan kami bertiga juga duduk di seat dan terlihat di dalam foto.

Maksudnya seperti foto --foto dengan latar kabin dan pelayanan crew nya terhadap penumpang pesawat,persis seperti foto - foto dalam majalah - majalah pariwisata atau seperti tampilan foto advetorial maskapai di in flight magazine ..hehe.

sumber: MyTripJustpack&go_foto yang diharapkan
sumber: MyTripJustpack&go_foto yang diharapkan
Menurut saya, komposisi obyek dan sudut pengambilan gambarnya biasanya membuat hasil foto karya fotografer  itu di majalah -majalah tersebut terlihat mahal dan menarik. Sayang, teman saya ini sepertinya kurang mengerti. Gagal paham  saudaraku ini...hehe. 

Harga segelas teh lima belas ribu. Saya membayar dengan uang lima puluh ribu. 

"Bawa aja. Nanti bisa sebelum landing dikembalikan," kata saya saat melihat si pramugari itu nampaknya mencari -cari kembaliannya. Masih ada beberapa deret ke kursi di bagian belakang kabin, toh nanti juga pramugari tersebut akan kembali dan melewati sisi kursi tempat saya duduk.

Saya mengambil kamera milik Ade  dan melihat --lihat jepretannya.

"De, mana yang foto -- foto selama perjalanan ?"  tanya saya

" Di galeri bos," jawabnya

Saat saya sudah membuka dan sedang melihat foto -fotonya, si pramugari sudah berdiri di samping belakang kursi saya. Karena posisinya di samping belakang, saya tidak menyadari kehadirannya.

"Mas, tolong dihapus foto nya," tiba --tiba ada suara pramugari dibelakang. 

Saya menengadah ke samping. Pramugari tersebut membawa uang kembalian saya. Seketika saya menjadi salah tingkah. 

"Selfi boleh. Memotret pemandangan di luar jendela boleh. Tapi tidak boleh mengambil foto di dalam kabin, apalagi ada foto crew nya," kata si pramugari

Kami lalu menghapus foto -foto yang dimaksudkan olehnya. Untuk memastikan bahwa sudah terhapus, kami membuka lagi galerinya bersama -sama dan si pramugari mengecek sekali lagi.

" Terima kasih sudah diingatkan. Jujur kami kurang atau belum paham soal aturan seperti ini,"kata saya.

Pernahkah Anda mengalami kejadian yang sama di dalam pesawat? Hehe...jangan sampai ya. 

Waktu menunjukkan pukul 13.50 Wib saat roda pesawat menyentuh landasan bandara Soeta. Penerbangan yang nyaman, tanpa goncangan. Menengok ke deretan kursi di bagian belakang, hampir sembilan puluh persen terisi. Saat kami berjalan keluar pesawat, perut mulai minta diisi. Tadi di Bandara Lombok kami tidak sempat makan siang.

dokpri_jakarta dari atas pesawat
dokpri_jakarta dari atas pesawat
"Kita makan dulu ya, dah lapar banget nih," kata Uki

" Ingat ya, kita mesti coba naik MRT. Biar tau rasanya kaya gimana," kata saya

" Aida bos, makan dulu dah," kata Ade

Pengalaman kami makan di rumah makan dalam lokasi Bandara Soeta  dan sensasi naik kereta bandara yang membuat kami melihat sisi -sisi lain dari Jakarta akan dikisahkan di part berikutnya dari tulisan ini.

Ribuan mimpi -mimpi ada menggoda mereka

Jangankan cari sorga dunia, neraka dunia pun ada

Salam,

Dari Lantai Lima Hotel Erian Menteng

25 April 2019

Adolf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun