"Beda Mas...berdasarkan tujuan," jelasnya
Oh begitu....Seingat saya pada Bulan Desember tahun lalu, saya sempat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan jurnalistik di kantor pusat.Kala itu tidak ada kebijakan pengenaan biaya bagasi seperti itu meski saya membawa satu bagasi. Saya jadi mikir negara kita Indonesia punya lebih dari tujuh belas ribu pulau.Suka tidak suka, mau tidak mau,demi kenyamanan dan kecepatan, kita tetap butuh moda transportasi udara. Jadi andai kebijakan gratis sekian kilo sudah tidak ada lagi seperti sebelumnya, masyarakat tetap akan naik pesawat.
"Jangankan bagasi, tiket naik pun tetap dibeli," timpal Uki. Â
Hehe.....betul betul betul.
SELFI DALAM KABIN PESAWAT ADA BATASANNYA
Pikiran kami bahwa pesawat ini akan tertunda ternyata salah. Boarding time sesuai jadwal 12.10 wita. Saat tiba di gate 2,kami langsung berdiri dan masuk dalam antrian. Sepuluh menit kemudian, kami sudah di dalam kabin.
Kursi dalam kabin terdiri dari enam seat dalam satu deret dimana tiga kursi di sisi kiri dan tiga kursi  lagi di sisi kanannya. Di tengah -- tengahnya sudah pasti area jalan bagi penumpang. Kami menempati deret kursi di bagian depan, deret D sampai F.
Teman saya yang takut naik pesawat, saya mengusulkan agar duduk di sisi jendela, bertukar tempat dengan saya. Lagi pula dia membawa kamera. Saya butuh bantuannya untuk mengambil gambar di dalam kabin ataupun memotret view dari atas pesawat sebagai dokumentasi untuk tulisan ini.
Saya berpikir kadang cara untuk menghadapi fobia, tergantung apa fobianya, adalah dengan berhadapan langsung dengan objek dari fobia itu. So let my friend faces with that. Ketakutan dan kekuatiran,apapun itu, hanya membelenggu pikiran dan jiwa. Kita ngga mungkin menang dari serangan perasaan seperti itu sampai kita mengenali penyebabnya, kemudian menghadapi dan mengalahkannya. Â
"Di lomba ini, semua sudah pasti akan berangkat. Kelompok tim yang juara akan ke Korea, sisanya ke Bangkok. Nyaman aja kamu biar terbiasa," bisik saya kala kami duduk di kursi.
"Kalau kita menang ke Korea, Ade suruh naik kapal aja," sambung Uki, salah satu teman yang lain.
"Hehe...Kasihan dia, kita sudah balik, dia masih di tengah laut...," sambung saya sembari tertawa. Berdua mereka juga ikut tertawa.