Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Banjir Sentani dan Tenggelamnya Kampung Halaman Saya

23 Maret 2019   17:21 Diperbarui: 26 Mei 2019   22:39 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah warga melihat rumah yang rusak akibat banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3/2019). Berdasarkan data BNPB, banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (16/3) tersebut mengakibatkan 42 tewas. ANTARA FOTO/Gusti Tanati/wpa/ama.(KOMPAS.COM/ANTARA FOTO/Gusti Tanati)

Aiesh Rumbekwan, Direktur Walhi Papua kepada VOA (voice of amerika) edisi bahasa indonesia mengatakan, banjir yang melanda sentani bukan peristiwa yang berdiri sendiri. Peristiwa itu terjadi karena kerusakan tata ruang yang terjadi bertahun -- tahun dan tidak ditindak. Akhirnya, saat terjadi bencana, alam mengingatkan manusia.

Danau Sentani menjadi rumah keberlangsungan hidup bagi ribuan suku sentani dari ujung barat sampai ujung timur.Puluhan bahkan ratusan tahun Gunung Cycloop yang sudah ditetapkan sebagai cagar alam telah menjadi ibu bagi Suku Sentani dan suku asli lain di Jayapura. Menahan laju limpasan air dari puncaknya agar tidak meluap sampai ke danau. 

dokpri_kampung ayapo
dokpri_kampung ayapo
Bila air danau terus meluap, bagaimana anak -- anak bisa terus sekolah? Padahal tidak semua kampung -- kampung itu memiliki bangunan sekolah dari SD sampai SMA. Ada kampung yang hanya memiliki sekolah dasar saja. Untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah ,mereka harus berangkat pagi menyeberangi danau dengan perahu dari kampung ke Sentani. Jarak tempuh kurang lebih 15 menit sampai 40 menit.

Siang atau sore usai jam sekolah, mereka harus balik ke kampung. Pilihannya bila tidak mendayung sendiri dengan perahu, mereka menumpang perahu motor dengan membayar ongkos. Sungguh sebuah perjuangan yang luar biasa untuk mendapatkan pendidikan.

Duka Sentani tidak hanya duka papua. Duka sentani adalah duka Indonesia. Duka kawasan cagar alam yang dieksploitasi tanpa kontrol dari pemegang kebijakan.

Cyloop hanya salah satu contoh dari sekian banyak hutan cagar alam yang mengkin sudah 'terluka' di sana sini dan menunggu saatnya untuk menangis dan menumpahkan amarahnya. Bila alam sudah tak lagi bersahabat dengan manusia, kemana kelak kita manusia akan berdiam?


Salam,

Sumbawa NTB, 23 Maret 2019
Putra Sentani di perantauan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun