Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Banjir Sentani dan Tenggelamnya Kampung Halaman Saya

23 Maret 2019   17:21 Diperbarui: 26 Mei 2019   22:39 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir sebagian besar Suku Sentani menetap di sepanjang wilayah ini. Mengikuti garis Danau Sentani yang membentang dari ujung timur hingga ujung barat. Di bawah kaki Gunung Cycloop yang kokoh dan sejuk.

Di suatu waktu yang lain, bila tidak ke kampung, saya menemani orang tua mengunjungi saudara Abu yang rumahnya di bawah kaki Gunung Cycloop. Saya memanggilnya Tete. Tete dalam bahasa panggilan sehari -- hari di Papua sama dengan kakek.

Air dari puncak cycloop yang mengalir di kali (sungai) samping rumah Tete saat itu luar biasa dinginnya. Aliran air dari puncak cycloop juga sampai ke sebuah kali bernama Jembatan Dua yang bermuara ke Danau Sentani. Almarhum papa dulu sering mengajak kami ke sini untuk berenang,sekalian membersihkan mobil.Huk huk...

Tayangan Di You Tube

Beberapa hari yang lalu, saat browsing berita mengenai banjir sentani, saya menemukan video di atas di You Tube karya Jack Okoka. Hati saya bergetar,mengenang kampung Halaman Ayapo. Di video itu, dibagian tengah kampung, berdiri sebuah sekolah dasar. Sekolah yang kini dikepung oleh luapan air danau yang naik ke daratan. Di sekolah itu pernah belajar seorang anak yang sekarang menulis artikel ini.

Saya pernah belajar di SD Ayapo selama setahun. Dari kelas dua SD sampai kelas tiga SD. Setelah papa almarhum, keluarga papa di kampung ini membawa saya dari rumah kami di kota untuk sekolah di sini.

Hanya setahun. Setelah itu saya kembali ke kota, tinggal bersama mama yang membesarkan dan menyekolahkan kami anak-anaknya dengan gaji pensiunan papa yang kami terima sampai saya berusia 25 tahun dan menamatkan kuliah saya di Universitas Udayana.

Saya sedikit sedih menulis tulisan ini. Rasa sesak di dada. Bukan karena Ayapo adalah kampung halaman orang tua saya berasal. Juga bukan karena almarhum papa saya dimakamkan di sana. Tapi Ayapo dan kampung -- kampung lain di sepanjang danau sentani adalah asset pemerintah Kabupaten Jayapura. Aset Papua. Dan Aset Indonesia. Aset yang kini hilang dan tenggelam oleh luapan banjir .

Ayapo adalah gambaran kampung -- kampung lain seperti Putali, Asei, Ifar Besar,Hobong yang kini ribuan warganya mengungsi.Sumber CNN Indonesia merilis pada 20 Maret 2019 kemarin, sudah 25 kampung yang terendam luapan air danau. Warga yang mengungi sudah mencapai lebih dari sembilan ribu orang.

Kemana mereka harus mengungsi kala daerah pesisir danau tempat bermukim leluhur di bawah Gunung Cycloop telah beralih fungsi menjadi pemukiman, toko,swalayan,bangunan bertingkat. Warga Sentani menjual tanah dari Abepura sampai di bawah kaki gunung cycloop kepada pemerintah termasuk pengembang karena mereka tidak pernah berpikir bencana akan datang dan menghalau mereka dari tempat asalnya.

Alih -- alih memikirkan nasib dan masa depan anak cucunya, pengembangan wilayah pesisir danau dan pesatnya arus urbanisasi mau tidak mau mesti merelakan tanah -- tanah adat terjual untuk mengakomodir kebutuhan pembangunan. Parahnya,pengembangan wilayah merembet sampai ke kaki dan lereng Gunung Cycloop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun