Hal yang jarang saya temui bila saya bepergian naik kereta api, bis maupun kapal laut. Mungkin maksudnya, kalau naik pesawat terbang, doa biar selamat itu wajib..he..he.Â
Tapi kayaknya, mau naik apapun, ya wajib berdoa agar selamat sampai tujuan.Â
Sebuah musibah pasti menghasilkan trauma. Itu wajar dan manusiawi. Sebagai manusia, kita adalah manusia jiwani.Â
Apa yang pernah kita alami, kita rasakan, entah itu baik ataupun buruk akan membentuk jiwa kita. Akan tersimpan di alam bawah sadar dan memori kita. Dan pada akhirnya, pikiran dan jiwa kita akan membentuk cara kita berpikir dan merespon.Â
Cara kita berpikir dan merespon akan membentuk cara kita berbicara, juga tindakan dan perilaku kita. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar bila terjadi suatu musibah, biasanya didirikan Crisis Center atau pusat pelayanan bagi mereka yang mengalami musibah.Â
Disediakan pula para konselor. Tujuannya agar terjadi pemulihan dan beban trauma bisa dikurangi.Â
Dua trauma yang mungkin dialami seseorang sebagai korban ataupun keluarga korban dalam musibah pesawat terbang adalah antara lain :Â
1. Rasa KehilanganÂ
Musibah pesawat yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang dikasihi pasti akan meninggalkan trauma. Sekalipun maskapai membayar asuransi jiwa, rasa kehilangan itu tidak bisa tergantikan.Â
Dibutuhkan kebesaran jiwa untuk menerima itu sebagai takdir. Kita tidak pernah tahu kapan kita dipanggil pulang oleh Sang Pencipta. Juga kita tidak pernah diberitahu dengan cara bagaimana kita kembali kepada - Nya.Â
Benar kata pepatah, manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan.Â