Nama Mahasiswa : D. Adnindya Amalia
Kelas : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) - 002
NIM : 233174716568
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Dosen Pengampu : Luhung Achmad Perguna, S.Sos., M.A.
Kesimpulan
Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai proses untuk memiliki budi pekerti, wawasan luas, dan tanggap terhadap budaya. Tujuannya adalah untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan serta mencapai kebahagiaan sebagai kodrat manusia. Beliau merupakan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang mengembangkan konsep pendidikan, khususnya sistem among. Sistem Among merupakan sistem pembelajaran yang proses pembelajaran yang merdeka bagi peserta didik. Karena dalam sistem Among Ki Hadjar Dewantara dipahami sebagai pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat. Isinya terangkum dalam asas yang sangat masyhur, yaitu tut wuri handayani, in madya mangun karsa, ing ngarso sung tuladha. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dalam pembelajaran, pendidik dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti: Disiplin, Saling peduli, Tanggung jawab, Tolong menolong. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang merata dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini relevan dengan upaya pemerintah dalam memastikan akses pendidikan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?
- Sebelumnya saya sebagai guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik melalui metode pembelajaran yang didominasi oleh ceramah dan penjelasan. Proses pembelajaran hanya untuk bertujuan mencapai tujuan kurikulum sesuai dengan yang ditentukan. Selain itu pendekatan pembelajaran yang saya terapkan sepenuhnya berfokus pada peran guru tidak berpusat pada peserta didik. Saya kurang memperhatikan perbedaan karakteristik antar peserta didik, saya menganggap semua peserta didik sama. Oleh karena itu, tidak ada perlakuan yang berbeda antara peserta didik yang cepat memahami materi dan peserta didik yang lebih lambat dalam memahaminya.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
- Setelah saya mempelajari filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara pemikiran saya berubah, bahwa pendidikan adalah proses menuntun (memfasilitasi, melayani) peserta didik dituntun dengan sabar dan ikhlas karena setiap peserta didik berbeda-beda dan membuat pembelajaran yang menyenangkan berpihak pada peserta didik. Dalam proses pembelajaran tersebut tidak ada paksaan, tidak ada hukuman dan tidak ada kekerasan yang ada hanya menuntun peserta didik agar dapat berkembang dengan baik. hal ini sesuai dengan trilogi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan), Ing Ngarso Mangun Karso (di tengah membangun keinginan/motivasi/semangat) dan Tut Wuri Handayani (di belakang mendorong).
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?
- Hal yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah yaitu memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti disiplin, kerjasama, saling peduli, tanggung jawab dan tolong menolong dalam setiap kegiatan di sekolah. kemudian menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih efektif, interaktif, dan berorientasi pada hasil belajar. Saya menggunakan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang menuntun peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Memberikan ice breaking untuk mengembalikan fokus dan semangat peserta didik saat proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran harus selaras dengan nilai budaya karena memiliki potensi untuk lebih memotivasi peserta didik, memperkuat identitas budaya, dan meningkatkan pemahaman peserta didik tentang dunia yang lebih luas. Selain itu, hal ini juga dapat membantu memecahkan permasalahan terkait ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam pendidikan dengan memberikan akses yang lebih setara kepada peserta didik dari berbagai latar belakang budaya.