Sungguh betapa miris nasib kawan yang satu ini. Tak adakah sedikit celah di kepalanya, yang tidak diisi oleh pornografi?
Parahnya lagi, dia kini sudah dibutakan perasaannya oleh dunia selangkangan. Saat kawannya terkena musibah, dia tak juga paham tentang hal yang terjadi. Pikirannya tetap saja tertuju pada alat kelamin wanita. Melihatnya, saya jadi ingin membenarkan teori Darwin yang berkata manusia evolusi dari monyet. Dan Didit, kawan yang selama ini bersama melewati masa-masa kuliah, merupakan wujud tak sempurna dari evolusi tersebut. Wujudnya manusia, tapi otaknya monyet.
"Andaikan ada tawarika main film porno, pasti mauka".
 "Deh, apalagi Brandy Love kutemani main". Ujarnya sambil terus tertawa.
Darah yang ada di tubuh ini, sudah serasa mendidih melihat tingkah anak ini. Jika bukan kawan akrab saya, sudah bocor kepalanya terkena batu-bata yang ada di depanku. Tapi, saya juga manusia biasa. Bisa saja saya khilaf.
"Adnan, kau tauji Ameri Ichinose toh?"
"Ada video bar..."
"Diamkooo... Telaso!"
Didit tertegun saat saya menghardiknya. Anuar yang sedari tadi terdiam di tepi gedung, kaget dan memandang ke arah kami.
"Kau itu Didit, fungsinya kepalamu cuman buat simpan helm."
"Tidak kau lihat itu Anuar kah? Ada masalahnya!"
"Sudahmi itu. Berhenti mko cerita atau nonton video bokep."