Mohon tunggu...
Rifqi Azmi
Rifqi Azmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ingin tahu. Dan memberi tahu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Dasar di Thailand dan Kesiapan Mereka dalam Menghadapi MEA

9 Agustus 2014   04:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap hari Jumat, seluruh anak - anak dikumpulkan dalam satu ruangan dimana disana terdapat patung buddha. Anak - anak diajarkan guru untuk berdoa disana.

Catatan : Selasa-Rabu-Kamis tidak ada aktivitas khusus setelah upacara.

09:00 - 11:30 -> Aktivitas belajar mengajar dimulai. Para guru memasuki ruang kelas masing - masing. Saya mengamati cara guru - guru di sekolah saya mengajar dan saya berkesimpulan bahwa cara mengajar mereka masih terlihat monoton sehingga para murid terlihat kurang aktif dan kurang antusias untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Catatan : Ini hanya pendapat saya untuk satu sekolah saja. Tidak untuk seluruh sekolah di Thailand.

11:30 - 12:30 -> Kriiiiiiing !!! Waktu istirahat tiba. Para murid bergegas menuju ruang kantin. Ruang kantin di sekolah Thailand sangat berbeda dengan sekolah di Indonesia. Tidak ada pedagang kantin berjualan beraneka macam jajanan, hanya ada satu orang pedagang kantin saja di sekolah. Menu yang di jual adalah hanya daging babi,ayam,dan sapi juga es kelapa. Sementara penjaga kantin membuat hidangan nasi beserta lauk pauknya kepada para murid. Para murid makan dan minum di kursi dan meja yang memanjang, sedang para guru makan dan minum di meja yang melingkar. Prosesi seperti ini menurut saya penting dan bermakna.  Para murid dapat berinteraksi dengan murid lainnya dan juga para guru di kantin. Rasa kekeluargaan inilah yang berusaha dipupuk di sebuah ruang kantin sekolah. Selesai makan, masih ada waktu sekitar 10 - 20 menit untuk para murid bermain. Ada murid yang bermain sepakbola, ada murid yang bermain berbagai macam jenis permainan, dan ada pula murid yang hanya sekedar berbincang - bincang dengan murid lainnya.

12:30 - 13:00 -> Kriiiiiing !!! Waktu istirahat usai. Para murid berlari menuju ruang kelasnya masing - masing untuk mencari gelas kecil,sikat gigi,dan pasta gigi. Begitu mendapatkannya seluruh murid berbaris menyamping di luar ruangan kelas. Bersama - sama mereka menggosok gigi mereka. Saya takjub dengan kebiasaan ini. Bahwa menggosok gigi setelah makan bukan sekedar teori. Namun sudah di praktekan nyata di sekolah.

13:00 - 14:15 -> Kegiatan belajar mengajar kembali dilakukan. Saya bersama seorang guru di sekolah mengajarkan basic englishkepada para murid. Disini saya berusaha sekuat tenaga agar para murid bisa aktif dalam belajar di kelas. Meskipun pada akhirnya tidak semua murid dapat mengikuti pelajaran secara aktif. Karena, pelajaran basic english adalah pelajaran yang sukar untuk dicerna oleh para murid.

14:15 - 14:45 -> Waktu jeda 30 menit adalah permintaan saya sendiri kepada direktur sekolah. Pada waktu ini para murid dapat meminum susu bantal yang sudah disediakan pihak sekolah secara cuma - cuma. Setiap hari antara pukul 10:00 - 11:00 ada sebuah mobil box yang datang ke sekolah untuk mengantarkan susu - susu ini ke sekolah. Dari fenomena ini saya menangkap bahwa pemerintah Thailand memiliki perhatian yang baik tentang kecukupan gizi para murid.

14:45 - 15:30 -> Kegiatan belajar mengajar kembali dilanjutkan.

15:30 - 16:00 -> Kegiatan penutup dimana saya dan para guru di sekolah ini memberikan refleksi kepada para murid tentang apa saja yang dipelajari hari ini. Kemudian, seorang guru memainkan alat musik tradisional kepada para murid dan bernyanyi berbagai macam lagu, baik lagu berbahasa Thailand maupun lagu berbahasa Inggris.

16:00 - 16:15 -> Proses KBM usai. Setiap murid merapikan peralatan sekolahnya dan kemudian bersama guru menutup dan mengunci jendala - jendela dan pintu - pintu ruangan.

Kesimpulan : Pendidikan dasar di Thailand lebih menitikberatkan kemampuan afektif ketimbang kemampuan kognitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun