Mohon tunggu...
Adnan Haz Habibi Marsyaid
Adnan Haz Habibi Marsyaid Mohon Tunggu... Guru - Warga negara

Warga biasa pelukis kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengaca Kasus Guru di Perancis bagi Orang tua

10 Maret 2021   23:02 Diperbarui: 10 Maret 2021   23:28 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Kebohongan Siswi SMP Berujung Pemenggalan Guru Prancis Samuel Paty"
Kutipan judul diatas penulis ambil dari media online tempo pada tanggal 10 maret 2021

Masih ingatkah pemabaca mengenai kasus pemenggalan guru SMP di Perancis sehingga menyebabkan kekisruhan di Perancis mengenai masalah imigran dan sara ? jika tidak silahkan googling lagi ..

Mudahnya begini, pada awal kejadian di duga seorang guru menyebarkan gambar nabi Muhammad di kelas, dan di laporkan oleh seorang siswi muslim ke orang tua nya dan tanpa tabayun . Orang tuanya memposting di medsos, yang menyebabkan guru itu akhirnya di penggal Ketika berada di luar . faktanya memang si guru ini menunjukkan karikatur Nabi, di sekolah umum yang siswanya dari berbagai macam agama. namun yang jadi masalah di sini ....

Ternyata ! setelah melalui persidangan , si siswi ini akhirnya mengaku bohong, bahwa dia tidak ikut kelas karena diSKOR dan menuduh guru nya macam macam karena takut di marahi orang tua nya

Penulis tidak akan mencakup pembahasan yang jauh jauh , sudah jelas tidak boleh membuat karikatur Nabi Muhammad. Tapi yang mau penulis bahas adalah mengaca pada kasus ini yakni bagaimana orang tua menghadapi anaknya berhubungan dengan sekolah .

Setidaknya ada beberapa hal yang dapat di ambil pelajaran dari kasus di atas :

1. Tabayyun :

Meneliti informasi mengecek info Kembali jangan di terima mentah mentah, memang ada naluri kasih saying ke anak, anak selalu benar katanya . Tapi jika selalu seperti itu itu bukan manusia Namanya lebih ke hewan, karena manusia juga ada aqal ada hati

Pada kasus diatas orang tua tidak mengecek info benar atau salah padahal anaknya sudah sering diSkor tapi lebih percaya info anak nya yang memang sudah sering membuat masalah nah ini yang saya sebut naluri kasih sayang seperti hewan .

Padahal dalam Agama islam sebagaimana tertuang dalam Al-Quran diperintahkan agar selalu tabayyun , tarjamah surah lebih jelasnya yaitu :

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti, agar kalian tidak menuduh suatu kaum dengan kebodohan, lalu kalian menyesal akibat perbuatan yang telah kalian lakukan." (QS. Al Hujurat : 6) "

2. Media Sosial :

Saya awali dengan sebuah pertanyaan "Pembaca Lelah tidak dengan hiruk pikuk pemilu kemarin ?"
Lelah karena apa? Buzzer ? Isu Isu Sara ? Isu isu Anti Islam  ? Isu Isu Pendosa ? isu Isu Asing aseng ?

Kalua di pikir-pikir jaman sekarang , semua dosa. Mengumpul di media sosial atau internet .

tukang tipu online -> ada . Jual organ online -> ada. Teroris ada , Porno ada . postingan-postingan fitnah ? banyak .Postingan-postingan gossip banyak. Semua berkumpul di dunia maya dan media sosial adalah penyambungnya

Siapa yang bisa kena dampakya ? anak melenial ? anak 90an ? anak generasi z ?  

semua bisa kena dampak NEGATIF internet, ga percaya ? coba deh kasih nenek kamu HP ajarin maen Instagram. Dijamin nanti pasti bakal ikutikut kekinian atau bahkan toxic.

Kembali ke kasus, siswi ini yang berinisial Z itu ngadu dan bilang ke orang tuanya dengan bohong, dan celakanya orang tuanya percaya saja dan dengan santainya membuat postingan-postingan yang salah ditambah bumbu-bumbu sara, membuat orang lain ikut terpancing emosinya.

semua berawal dari medsos berakhir ke medsos dan berdampak buruk ke semua . akhirnya apa?
Seorang guru di penggal karena berita bohong
Perancis isu isu sara meningkat
bahakan pengusiran orang islam
siswi dan orang tua nya di adili
tidak ada kebaikan dari hal hal tersebut

3. Kekerasan bukan lah jawaban !

Kekerasan bukan lah jawaban yang tepat bagi konflik , karena kekerasan kecil akan membuat kekerasan besar, apakah kita lupa tentang pristiwa ambon ? di katakan awal tragedi perang agama disana, di mulai dari saling ejek anak anak hingga menyambar ke orang tua ikut-ikutan
Kita tidak akan bisa mengubah pendapat orang lain dengan kekerasan, setidaknya jika tidak satu suara , ajak diskusi saling menghargai

Diharapkan kejadian di Perancis menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia dan para orang tua dalam mendidik anak

Penulis sendiri yakin kebebasan itu tidak boleh kebablasan tapi kita juga harus selalu hati hati menerima hal hal yang bersumber tidak jelas .
apalagi netijen Indonesia yang oleh Microsoft di cap kurang bagus, istilah bar-bar pun ramai

Bangga karena prestasi !! bukan karena hal jelek mungkin karena Frustasi apapun dikata utuk mengisi suara hati

Marilah kita berubah menjadi manusia 21 yang modern tapi tak lepas dari nilai keagamaan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun