Kata Tauhid berasal dari Bahasa Arab, yaitu wahhada yuwahhidu tauhidan, artinya membuat sesuatu menjadi satu.
Dalam ajaran Islam, Tauhid adalah mengimani Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai satu-satunya yang patut disembah dan tiada sekutu bagi-Nya.
Para ulama terdahulu kemudian membagi ilmu tentang Tauhid ke dalam tiga bagian yang tak terpisahkan, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma wa Sifat.
Tauhid Rububiyyah adalah meyakini hakikat Allah Subhanahuwata'ala sebagai Yang Maha Pencipta, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Mengatur.
Namun demikian memahami Tauhid Rububiyyah saja tidak cukup, tapi juga harus dibarengi dengan Tauhid Uluhiyyah dan Asma wa Sifat.
Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk peribadatan, baik yang lahir maupun batin, dimana hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Adapun Tauhid Asma wa Sifat adalah meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Asmaulhusna.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan tentang Tauhid melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat al-Ikhlas sebagai berikut:
"Katakanlah, Dia-lah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala urusan, Dia tidak beranak dan tidak ada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya." (QS. Al-Ikhlas: 1-4).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab bahwa orang-orang musyrik pernah berkata kepada Rasulullah sebagai berikut: