Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KDRT

19 Oktober 2022   22:00 Diperbarui: 19 Oktober 2022   22:03 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh seorang penyanyi dangdut sedang ramai diperbincangkan. 

Setelah korban melaporkan suaminya ke polisi, sang biduan bertubuh kecil itu mendapat simpati dan dukungan banyak pihak atas keberaniannya melaporkan kasus KDRT yang dialaminya. 

Keberanian untuk melaporkan KDRT patut didukung karena sesungguhnya banyak wanita di luar sana yang mengalami KDRT, namun tidak memiliki keberanian untuk melaporkan KDRT yang dialaminya kepada polisi. 

Sayangnya keberaniannya itu menjadi antiklimaks setelah korban memutuskan untuk mencabut laporannya dan berdamai dengan pelaku dengan alasan yang bersangkutan sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. 

Meskipun saya seorang suami, namun saya tidak pernah mendukung kasus KDRT apapun alasannya. Saya sangat menentang kekerasan terhadap wanita. 

Sama dengan suami-istri lainnya, saya dan istri pun sering berselisih paham dan bertengkar. Apalagi selisih umur kami cukup jauh dan berbeda generasi. Saya berasal dari Generasi X, sedangkan istri saya berasal dari Generasi Y alias milenial, jadi bisa dibayangkan potensi perselisihan diantara kami. 

Namun demikian, sekesal dan semarah apapun saya kepada istri, tidak pernah sekalipun saya melakukan kekerasan atau menyakitinya secara fisik. Bukan karena saya takut karena postur tubuh istri saya yang lebih tinggi dan berat dari saya, namun itu merupakan prinsip dalam hidup saya. 

Ibu saya, dua orang adik saya dan anak saya adalah wanita. Bagi saya, wanita adalah makhluk lemah yang harus dilindungi dan tidak boleh diperlakukan dengan kasar. Seburuk apapun perkataan dan prilakunya, haram hukumnya seorang pria melakukan kekerasan terhadap wanita. 

Bagi saya, seorang pria yang tega melakukan kekerasan terhadap wanita adalah seorang pengecut. 

Saya belajar dari kehidupan rumah tangga kedua orang tua saya. Sama dengan suami-istri lainnya, bapak dan ibu saya pun sering berselisih paham dan bertengkar, namun tidak pernah sekalipun saya menyaksikan bapak saya melakukan KDRT terhadap ibu saya, demikian pula sebaliknya. 

Sikap orang tua saya itu, saya rekam dalam pikiran dan saya tiru dalam kehidupan rumah tangga saya hingga saat ini. 

Insya Allah sikap saya itu akan terus saya pertahankan sampai maut memisahkan kami. 

Jadi, pesan saya kepada siapapun yang mengalami KDRT di luar sana adalah lawan dan laporkan pelaku kepada pihak berwajib. Jangan percaya ketika dia meminta maaf karena itu bukan jaminan dia tidak akan mengulanginya, bahkan bisa jadi kekerasan berikutnya akan lebih mengerikan dari yang anda bayangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun