Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya Kultus Individu Berlebihan terhadap Ulama

9 Juli 2022   21:22 Diperbarui: 9 Juli 2022   21:41 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dan para santriwati (Dokpri)

Drama penangkapan terhadap MSAT, tersangka dugaan pencabulan terhadap beberapa santriwati di Pondok Pesantren (Ponpes) Shiddiqiyyah di Jombang, Jawa Timur akhirnya berakhir. 

Untuk menangkap satu orang tersangka saja, aparat kepolisian membutuhkan waktu 17 jam dan harus mengerahkan ratusan aparat kepolisian serta belasan truk.   

Dalam peristiwa malam itu, seorang polisi terluka dan 320 orang diamankan karena berusaha menghalangi penangkapan terhadap tersangka yang juga putra pemimpin ponpes tersebut. 

Penangkapan tersebut terpaksa dilakukan oleh aparat kepolisian karena MSAT menolak pemanggilan polisi untuk diperiksa, bahkan melakukan perlawanan dengan mengerahkan santri dan simpatisannya. 

Bahkan ketika kepolisian mencoba membujuk keluarga agar menyerahkan tersangka, pimpinan ponpes itu Kiai Muhammad Mukthar Mukhti tetap menolak dan menyuruh aparat kepolisian untuk pergi dengan alasan tuduhan terhadap putra kesayangannya itu hanyalah fitnah. 

Penolakan sang kiai itulah yang membuat para santri dan simpatisannya nekat melakukan perlawanan terhadap aparat kepolisian.

Tersangka sudah diamankan dan kasus dugaan pencabulan tersebut sudah ditangani oleh pihak Kepolisian dan Kejaksaan, biarlah nanti pengadilan yang membuktikan apakah tersangka bersalah atau tidak. 

Hal yang memprihatinkan adalah sikap para santri dan simpatisan di ponpes itu yang rela menjadi martir melawan aparat kepolisian demi melindungi tersangka dari penangkapan.

Sikap berlebihan dari para santri dan simpatisan tersebut tidak bisa dilepaskan dari budaya kultus individu yang begitu kental di Indonesia, bukan hanya di pesantren, namun juga di sebagian umat Islam dan kalangan masyarakat. 

Akibat dari kentalnya kultus individu tersebut, biasanya para santri atau jamaah akan sangat loyal dan taqlid kepada kiai atau ulamanya. 

Taqlid dalam bahasa Arab artinya melilitkan sesuatu di leher seperti tali kekang. Maksudnya adalah seseorang yang mengikuti perkataan orang lain begitu saja, meskipun perkataan orang tersebut tidak didukung dengan dalil yang shahih. 

Seseorang yang taqlid biasanya akan mengikuti apapun yang dikatakan atau diperintahkan oleh kiai atau ulamanya, padahal kiai atau ulama itu adalah juga manusia biasa, bukan nabi, sehingga tidak akan bebas dari salah dan khilaf. 

Prilaku kultus individu seperti itu dalam ajaran islam dikategorikan ke dalam perbuatan ghuluw atau berlebih-lebihan. 

Nabi dalam salah satu haditsnya mengingatkan umat islam untuk menjauhi ghuluw dalam beragama karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang beriman sebelumnya (H.R. An-Nasa'i, Ibnu Majah, Baihaqi dan at-Thabrani).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun