Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila dan Ideologi Transnasional Radikal

1 Juni 2021   17:00 Diperbarui: 1 Juni 2021   17:07 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi saya mengikuti upacara peringatan Hari Kelahiran Pancasila Tanggal 1 Juni 2021 secara daring dari rumah menggunakan aplikasi Zoom.

Dalam amanatnya pada upacara tersebut, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengingatkan kita untuk mewaspadai meningkatnya ideologi transnasional radikal yang telah memasuki berbagai lini kehidupan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi.

Oleh karenanya, menurut beliau lagi, untuk menghadapinya, perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa, tetapi diperlukan cara-cara baru yang luar biasa, yaitu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lantas apa yang dimaksudkan Presiden dengan ideologi transnasional radikal tersebut dan bagaimana menghadapinya? 

Menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian, Presiden dalam hal ini ingin menggelorakan spirit moderasi di Indonesia. Menurutnya, kita sudah memiliki Pancasila sebagai ideologi tengah yang moderat dan prokebangsaan. Ideologi transnasional radikal berpotensi memecah belah bangsa dan membuat Indonesia berumur pendek. 

Ideologi transnasional radikal yang memecah belah itu adalah ideologi yang menghalalkan kekerasan dan menyebarkan ketakutan. ideologi itu bisa bersumber dari agama hingga kebudayaan. Salah satu contohnya adalah ideologi khilafah yang dianut oleh kelompok HTI.

Untuk menghadapi ideologi transnasional radikal tersebut, menurutnya lagi, pendidikan adalah kuncinya, khususnya critical thinking. Dengan critical thinking, masyarakat tidak mengunyah begitu saja ideologi radikal yang disebarkan para demagog.

Menurut Penulis, perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang konvensional seperti pembinaan atau sosialisasi Pancasila, namun harus dilakukan dengan cara-cara baru yang luar biasa dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Ketika ideologi transnasional radikal disebarkan dengan memanfaatkan para tokoh agama, maka untuk mengcounternya, ideologi Pancasila juga harus kita sebarkan dengan menggunakan tokoh agama.

Ketika ideologi transnasional radikal disebarkan dengan memanfaatkan teknologi, maka untuk mengcounternya, ideologi Pancasila juga harus kita sebarkan dengan menggunakan teknologi.  

Ketika ideologi transnasional radikal disebarkan dengan memanfaatkan media sosial seperti facebook, twitter, instagram, whatsapp, telegram dan sebagainya, maka untuk mengcounternya, ideologi Pancasila juga harus kita sebarkan dengan menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, instagram, whatsapp, telegram dan sebagainya.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun