Keputusan Letjen (Purn) Edy Rahmayadi mundur dari jabatannya selaku Ketua Umum PSSI patut diapresiasi. Itu adalah bentuk pertanggung jawaban beliau yang merasa telah gagal dalam memajukan sepakbola Indonesia, namun rasanya tidak adil kalau masalah dalam sepakbola Indonesia ini hanya dibebankan kepada beliau seorang.Â
Selain Ketua Umum, masih ada Wakil Ketua, Anggota Komite Eksekutif dan pengurus PSSI lainnya yang sepatutnya ikut bertanggung jawab. Alangkah eloknya apabila pengunduran diri itu diikuti pula oleh mereka semua sebagai bentuk pertanggung jawaban bersama.Â
Saya sebagai pencinta sepakbola nasional sejak kecil di tahun 1985, sangat bangga ketika Timnas Indonesia berhasil menjadi Juara Sub-grup IIIB Pra Piala Dunia 1986. Ketika itu Herry Kiswanto, Rully Nere, Zulkarnaen Lubis, Bambang Nurdiansyah dkk. berhasil menyingkirkan Thailand, India, dan Bangladesh. Timnas kita bahkan mengalahkan Thailand dua kali, bukan hanya di Jakarta tapi juga di Bangkok.Â
Meski akhirnya Timnas Indonesia tersisih setelah dikalahkan oleh Korea Selatan yang akhirnya lolos ke putaran final Piala Dunia Meksiko 1986, namun hasil itu merupakan pencapaian terbaik Indonesia di kualifikasi Piala Dunia sejauh ini.Â
Setahun kemudian, Timnas Indonesia berhasil lolos hingga ke babak semi final Asian Games di Seoul, Korea Selatan 1986. Ketika itu Ponirin Meka, Jonas Sawor, Ricky Yacob, Adolf Kabo dkk. berhasil menyingkirkan Qatar dan Malaysia di babak penyisihan grup dan Uni Emirat Arab di perempat final, sebelum dikalahkan oleh tuan rumah Korea Selatan di semi final.Â
Tahun berikutnya, Timnas Indonesia juga berhasil meraih medali emas di Sea Games 1987, setelah Herry Kiswanto, Rully Nere, Ricky Yacob, Ribut Waidi dkk. mengalahkan Malaysia di final yang berlangsung di Stadion Utama, Senayan, Jakarta.Â
Capaian Timnas Indonesia yang lumayan baik pada kurun waktu tahun 1985 sampai 1987 itu menimbulkan harapan Timnas Indonesia akan lebih baik dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Namun yang terjadi setelah 10, 20 hingga 30 tahun, prestasi Timnas Indonesia justru semakin menurun. Sejak kecil hingga dewasa, saya belum juga bisa menikmati prestasi sepakbola indonesia yang saya idam-idamkan sejak kecil dulu.Â
Mengapa hal itu bisa terjadi? Tentu banyak faktor, namun yang tidak bisa dipungkiri, tanggung jawab terbesar tentu ada di pundak pengurus PSSI selaku otoritas sepakbola di negeri ini.Â
Menurut saya, selama ini sepakbola kita belum dikelola dengan profesional, baik kompetisi maupun pembinaan usia muda yang tentu berdampak pada performa Timnas Indonesia. Pengelolaan kompetisi liga masih terfokus pada aspek industri, sementara kepentingan Timnas masih sering dinomorduakan. Pembinaan usia muda pun belum dilakukan secara berjenjang, terstruktur dan berkesinambungan.Â
PSSI masih cenderung mengambil jalan pintas melalui proses naturalisasi. Kondisi ini diperburuk oleh adanya kasus-kasus suap dan pengaturan skor dalam kompetisi liga.Â
Oleh karenanya, permasalahan ini hanya bisa diatasi dengan melakukan reformasi dengan tetap berpegang pada Statuta FIFA.Â