Hubungan kurang baik antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran sudah berlansung selama beberapa dekade, namun hubungan itu semakin memburuk usai terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani oleh serangan udara AS. Qasem Soleimani yang merupakan seorang perwira senior Iran dalam Islamic Revolutionary Guards Corp (IGRC) dan sejak tahun 1998  diangkat menjadi komandan dari Pasukan Quds--Sebuah divisi yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial dari Iran.Iran lalu membalas serangan terhadap Jenderal Soleimani dengan serangan rudal yang diarahkan ke markas AS yang berada di Irak pada 8 Januari 2020.Â
Iran juga mengumumkan bahwa Iran sudah tidak memiliki komitmen untuk membatasi pengembangan program nuklir. Lalu diikuti dengan insiden jatuhnya pesawat komersial ukraina dikarenakan ditembak jatuh oleh Iran.
Pada awalnya Iran tidak mau mengakui perbuatannya. Namun setelah ditunjukkan bukti-bukti mulai dari rekaman video langsung sampai rekaman video satelit akhirnya Iran mengakui perbuatannya dengan menyebut pihaknya secara "tidak sengaja" menembak jatuh pesawat komersial ukraina karena terdorong banyaknya aktivitas penerbangan militer Amerika Serikat di titik-titik strategis Iran
Seiring memanasnya hubungan AS dan Iran, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia diharapkan tidak akan terkena dampak politik karena minimnya keterlibatan Indonesia di kawasan Timur Tengah.  Namun dari  segi ekonomi terdapat satu hal yang perlu disiapkan Indonesia adalah kemungkinan naiknya harga minyak karena ketika konflik terjadi di wilayah tersebut produksi minyak akan turun karena fasilitas produksi terganggu.
Pada 8 Januari 2020, setelah serangan rudal Iran terjadi, harga minyak meningkat sebanyak 14% menjadi US$69,21 atau sekitar Rp 946.349 per barel.Peningkatan harga minyak ini juga berdampak pada nilai tukar Rupiah Indonesia karena mata uang yang digunakan  dalam transaksi minyak mentah adalah Dolar Amerika Serikat.
Namun krisis ini tidak terlalu berdampak pada hubungan internasional Indonesia, Dikarenakan Indonesia tetap memilih pihak netral dalam masalah ini. Minimnya keterlibatan Indonesia di politik Timur Tengah mengikuti kebijakan luar negeri yang bebas aktif, "Bebas" yang berarti  tidak terikat kepada suatu blok negara adikuasa tertentu.Â
Sementara "aktif" berarti aktif dalam mengembangkan kerjasama Internasional dengan negara lain. (A.W. Wijaya) . Namun itu bukan berarti Indonesia hanya diam dan memilih aman jika ada negara yang  berseteru. Indonesia yang juga menjadi bagian dari Penjaga Perdamaian Inetrnasional selalu mengutamakan diplomasi yang mendukung perdamaian.Â
Untuk masalah AS-Iran indonesia hanya memanggil duta besar Arab Saudi dan Iran untuk bertemu di jakarta dan mendorong keduanya unutk meredakan ketegangan. Selain itu, tidak akan ada tindakan keras lainnya Indonesia hadapi dalam menanggapi konflik ini
.Sejauh ini, Indonesia telah menciptakan hubungan internasional yang baik dengan AS maupun dengan Iran dan tidak memiliki niat untuk menghancurkan hubungan baik yang sudah terbina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H