Pertandingan sepak bola mempertemukan antara PSS Sleman Elite Academy dan Eko Primavera Football Academy yang diadakan di lapangan Desa Nogotirto (6/3/21) menyisakan hal menarik. Pertama adalah pertandingan sepak bola dengan protokol kesehatan yang dimotori oleh Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dengan memperlakukan serangkaian proses pra pertandingan mulai dari perijinan, kebersihan lapangan, kesiapan fisik pemain dengan test terkait dan kesigapan perangkat pertandingan. Hal ini merupakan usaha untuk kembali memperkenalkan sepak bola dari akar rumput dengan memperhatikan aspek kesehatan. Pertandingan ini terasa istimewa karena difokuskan pada usia muda (rentan umur 15-16 tahun) dengan tujuan meningkatkan imunitas dan menghidupkan kompetisi.
Kedua, adanya petugas Fisoterapis yang mengaplikasikan Ilmu Fisioterapinya secara efektif dan efisien. Ilmu Fisioterapi memang masih dianggap kurang familiar secara peran dan fungsi ditengah masyarakat, terlebih adanya stigma bahwa tidak jauh berbeda antara peran fisioterapi dengan masseur. Faktanya pernanan Fisioterapis lebih kompleks dan tersusun dalam sebuah program yang terjadwal. Fisioterapi menjadi salah satu ilmu yang dibutuhkan pada masa ini, baik dalam aktifitas keolahragaan maupun aktivitas sehari-sehari. Departemen Kesehatan Republik Indonesia memahami peran Fisioterapi sebagai berikut: "Fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan/atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak dan komunikasi". Pemahaman ini menjadikan tugas seorang Fisioterapis untuk mengkaji sebuah cedera, melakukan tes-tes atau pemeriksaan, dan menarik kesimpulan dari cedera yang dialami atlet. Barulah kemudian sebuah program latihan dapat disusun dan diberikan.
Ketiga, pembelajaran di lapangan yang diberikan Fisioterapis yang ditugaskan dari Program Studi Fisioterapi UNISA Yogyakarta membuat program-program latihan bagi para atlet yang mengalami cedera, dengan memperkenalkan macam-macam cedera mulai dari cedera hamstring, ACL (anterior cruciate ligament), Meniscus (bantalan sendi lutut) sampai Muscle Strain secara langsung kepada pemain-pemain usia muda. Kemudian Fisioterapsi akan membuat penilaian terhadap cedera-cedera yang terjadi untuk memberikan catatan ke pelatih.
Ditemui penulis di lapangan Choriunisa Fitri Rahayu (team Fisio Sport UNISA Yogyakarta) yang bertugas sebagai tenaga Fisioterapis menyatakan "Pemain seharusnya menyiapkan diri dari pemeriksanaan denyut nadi sampai MHR untuk persiapan pertandingan, istirahat yang cukup sehari sebelumnya serta konsultasi kepada dokter tim masing-masing selain pemanasan". Perhatian tersebut didasarakan pada pengecekan di luar general medical chek up pada masa periodesasi. Pasca pertandingan seorang Fisioterapis akan membuat program latihan yang spesifik sesuai dengan jenis olahraga dan memberi nasehat tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh para atlet.
Melalui kacamata kelimuan Fisioterapi kita bisa mengetahui cedera jenis apa yang dialami, bagaimana cara kita memperlakukan cedera itu, dan bagaimana cara mengobatinya. Ilmu Fisioterapi mengajarkan kita bagaimana seharusnya kita berlatih dan melakukan pemanasan sebelum bertanding, agar cedera yang pernah kita alami tidak terulang kembali atau jangan sampai bertambah parah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H