Mohon tunggu...
Budi Amarta
Budi Amarta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Review Kuliah Umum: Advance Material Technology

17 Maret 2016   12:17 Diperbarui: 17 Maret 2016   12:51 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Well, enough about advance material. Pak Hasan ingin berlanjut ke topik selanjutnya, yang merupakan “alasan” kehadirannya. Pak Hasan punya keinginan mulia untuk turut andil dalam mengentaskan “pengangguran terdidik”. Kita harus mengubah mind set bahwa kuliah itu bukan bertujuan mencari ijazah, karena ijazah itu hanyalah sebuah kertas yang terbuat dari bahan yang sama dengan toilet paper. 

Yang paling penting adalah mempersiapkan kompetensi diri, mempelajari skill yang bisa digunakan kelak untuk tujuan yang kita capai. Pak Hasan mengajak kita untuk membuat “peta” di mana posisi kita sekarang, apa yang ingin kita capai, dan apa yang harus kita lakukan untuk mencapainya. Kita kuliah itu harus jelas, harus punya tujuan, skillset apa yang harus kita miliki dalam jangka waktu perkuliahan

. Jangan sampai saat sudah semester 6 (Pak Hasan sepertinya senang banget bilang semester 6) atau bahkan sudah lulus, masih bingung mau ngapain. Lebih lanjut lagi Pak Hasan mengungkapkan bahwa jangan pernah mengambil S2 hanya untuk manjangin gelar, atau istilah real-nya menunda masa menganggur. Ambil S2 bagus, tapi harus jelas tujuannya.

Saat kuliah, kita belajar untuk mencapai kompetensi minimal. Sisanya harus kita pelajari sendiri selama sisa hidup kita. Jangan pernah takut untuk belajar. Jangan pernah takut untuk go deeper atau go wider. Tidak perlu malu bila kita harus memulai karir dengan mengerjakan sesuatu yang tidak sesuai bidang, yang penting ada hal yang bisa kita pelajari dari bidang itu (go wider). Atau sebaliknya, pengalaman di dunia nyata bisa saja seorang lulusan kimia awalnya bekerja di bidang produksi namun kemudian mendapat promosi menjadi HRD karena telah memiliki pemahaman mengenai kepegawaian di perusahaan tersebut. 

Pak Hasan mencontohkan pengalamannya sendiri, selepas selesai S3 dan bekerja sebagai peneliti di Jepang, beliau pulang ke Indonesia. Saat itu, ijazah S3 nya kagak laku karena tidak dibutuhkan. Beliau “membuang Doktor”-nya dan bekerja dibidang (kalau gak salah) HRD. Ya, pekerjaan yang gak S3 banget. Tapi buang rasa malu, kerjakan, belajar, dan 6 tahun setelahnya beliau bisa mencapai posisi manager. Beliau menekankan pentingnya belajar terus menerus meningkatkan kompetensi. Bahkan beliau dengan pede mengatakan “Saya ini penduduk dunia, saya bisa diterima di manapun karena saya memiliki skill yang bisa dipakai dimanapun”. Bukan untuk pamer, melainkan untuk memberikan motivasi.

Setelah sesi tanya jawab, kuliah ditutup. Audiens diminta berdiri dan meneriakkan GANBAREMASU !!! 3x. Itu salah satu ucapan yang lazim diucapkan orang Jepang untuk menyemangati anaknya yang sedang belajar, misalnya belajar jalan lalu terjatuh. Artinya lebih kurang “ayo bangkit, do your best! “ (benar gak pak? Saya baru googling). Pak Hasan menganalogikannya dengan bersungguh sungguh dalam berusaha, atau kalau dalam istilah agamanya “berjihad”.

Penilaian saya pribadi, sebagai orang non-kimia, kuliah Pak Hasan menarik. Beliau tidak menjejali kuliah dengan materi njlimet biar terkesan “wah”. Beliau mampu membuatnya sederhana namun berisi. Suara beliau terdengar lantang, bahkan 1/3 kuliah, mikrofon tidak dipakai lagi. Saat kuliah, Pak Hasan lebih cenderung mendekat ke sisi kiri beliau (± 75 : 25), hmmm, kenapa Pak? apa gadis unyu unyu lebih banyak di sebelah kiri? :p .

Pak Hasan cocok sebagai motivator, karena selain mampu memberikan kuliah yang sederhana namun padat, beliau juga memiliki background yang memadai. Bisa dibilang beliau telah mencapai atau hampir mencapai “puncak karir” sebagaimana diimpikan banyak orang, telah menjadi seorang general manager (bahkan direktur) sebuah perusahaan internasional. Sehingga apa yang diomongkan bisa lebih dipercaya karena ada contoh nyata. Tidak seperti seminar cara menjadi kaya oleh orang (yang mungkin saja) belum kaya.

Pada awal kuliah, pak Hasan kadang seperti “kehabisan napas”, entahlah, mungkin karena semangat menyala nyala atau mungkin perut yang “one big pack”.

Akhir kata, acara tentu saja tidak lengkap tanpa selfie-selfie dengan Pak Hasan. Tentu saja salah satu nya bersama para mahasiswi sing ayu ayu. ;-)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun