by DR. Hasanuddin Abdurakhman
[caption caption="sebelum kuliah"][/caption]
[caption caption="acara tidak lengkap tanpa selife"]
Dalam tulisan kali ini saya hendak membuat review tentang perkuliahannya. Kuliah ini bersifat terbuka, bisa diikuti siapa saja, tidak harus mereka yang berkecimpung di bidang MIPA khususnya kimia. Jadi saya rasa ada manfaatnya buat kita semua. Saya sendiri bukan orang MIPA, saya salah seorang pembaca tulisan tulisan Pak Hasan. Motivasi ikut kuliah adalah karena penasaran dan ingin melihat langsung bagaimana Pak Hasan dan bagaimana “isi” kepalanya. Saya tidak selalu setuju dengan apa yang ditulis pak Hasan, tapi banyak pendapat beliau yang “membuka mata” dan sebagian besar saya amini.
Salah satu inti pesan yang disampaikan dalam kuliah adalah stay in touch with your future. "Lha, kok gak nyambung?" Memang tidak, karena kuliah umum ini, meminjam istilah pak Hasan, adalah "excuse" yang bagus untuk datang ke Jogja dan mengambil jam kuliah mahasiswa agar tidak dimarahi koleganya, pak Akmal. Inti utama yang hendak disampaikan, sebagaimana bisa diduga bila sering membaca tulisan pak Hasan di FB, adalah sharing dan motivasi untuk para adik adik mahasiswa. Pak Hasan tampak memiliki niat baik dan semangat untuk berbagi dan memajukan adik-adiknya. Pak Hasan ingin mengingatkan/menyadarkan kita tentang membangun masa depan masing masing.
Sebagai salah satu pembaca tulisan Pak Hasan, saya ingin menilai apakah beliau tepat waktu (atau Cuma omdo), mengingat beliau adalah seorang “penduduk dunia” dan sudah malang melintang di dunia profesional. Kuliah dimulai pukul 08.07, sedikit terlambat. Akan tetapi, bukan karena Pak Hasan datang terlambat, karena kebetulan saya melihat beliau sudah tiba (turun dari mobil) jam 07.50, mungkin karena bincang-bincang dulu melepas kangen dengan teman lama. Saat kuliah dimulai, bangku terisi sekitar 75%, 20 menit kuliah berjalan baru terisi hampir penuh.
Kuliah dibuka sesuai judul. Pak Hasan banyak menginformasikan mengenai produk-produk kimia mutakhir, khususnya yang masuk dalam domain Toray Industry, tempat Pak Hasan menjadi salah satu general manager. Perusahaan Toray sendiri banyak bergerak dibidang advance material yang telah menggunakan teknologi nano. Saat ini sudah tidak zamannya lagi kimia “ala merlin” dimana ilmuwan mencampur aduk bahan bahan kimia dasar untuk melihat akan menjadi apa dan lalu mencari tahu kegunaannya. Saat ini adalah era advanced material dimana seorang ilmuwan sudah mampu mendesain material tertentu dengan properti tertentu, istilah pak Hasan “tune in” material, seusai dengan kebutuhan penciptanya.
“Masa depan adalah advance material” ujar Pak Hasan. Sekarang, Ilmuwan bertujuan menciptakan functional material yang menekankan pada fungsi. “Apa bedanya kondom dengan parasut?” tanya pak Hasan. “Kalau parasut bocor orang mati, kalau kondom bocor orang lahir”, begitu salah satu joke Pak Hasan tentang function. Toray industri tempat Pak Hasan bekerja merupakan pemegang 47% pangsa pasar carbon fibre di seluruh dunia. Carbon fibre sebuah material dengan properti ¼ kali berat alumunium, namun dengan 10 kali tensile strenght baja. Material yang lazim digunakan untuk badan pesawat terbang Boeing seri mutakhir (dreamliner series).
Carbon fibre pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan batubara/arang, sama sama tersusun dari atom karbon, akan tetapi dengan teknologi nano atom karbon doang itu disusun sedemikian rupa dengan cara tertentu sehingga memiliki properti yang sangat jauh berbeda dari sifat kimia dasar karbon itu sendiri. Bahasa lainnya meng”tune-in” atom-atom karbon. Pak Hasan juga bercerita banyak dengan polimer-polimer dengan segudang aplikasinya.
Hal yang disampaikan dalam kuliah tentang material tidak hanya sebatas material. Akan tetapi Pak Hasan juga menyisipkan filosofi perusahaannya. Beda perusahaan Jepang (khususnya tempat dia) dengan banyak perusahaan Indonesia adalah bahwa perusahaan Jepang memiliki “core technology”, bukan perusahaan yang hanya menjual barang. Perusahaan Jepang memiliki teknologi yang terus berkembang sesuai pasar dan bisa dijual, tidak hanya mampu manufaktur atau dagang saja.
Beliau bercerita bahwa Toray Industry yang berdiri tahun 1926 (kalo gak salah) berawal dari perusahaan tekstil, ya Anda tidak salah baca, tekstil, jualan kain. Tapi mereka bergerak dengan core technology polimer sehingga perusahaan bisa merambah kemana mana bahkan sampai material bodi pesawat terbang. Ueeeedan, istilah Pak Hasan. Bidang yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Perusahaan Jepang terus berinovasi dengan teknologi, tidak mentok hanya jual kain untuk jadi pakaian saja.