Mohon tunggu...
Xerpihan
Xerpihan Mohon Tunggu... Penulis - Start-up Perbaikan Teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Xerpihan adalah perusahaan start-up tentang Artificial Intelligence untuk perbaikan teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Website kami dapat diakses di xerpihan.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ekonomi dan Kemampuan Bahasa, Berpengaruh?

9 April 2021   11:02 Diperbarui: 9 April 2021   11:29 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semakin mapan ekonominya, semakin pintar orangnya? (Wikimedia Commons/Andrzej Otrębski)

Ekonomi dan bahasa. Dua istilah ini tampaknya nggak saling berkaitan, ya? Boleh percaya boleh tidak, tapi ekonomi dan bahasa itu ternyata berkaitan. Kok bisa?

Menguasai bahasa asing adalah salah satu langkah yang bisa kita lakukan untuk memperluas wawasan kita, karena banyak informasi berguna yang menggunakan bahasa asing. Dengan menguasai bahasa asing pula, kita dapat membuka diri dengan dunia luar yang beragam. Potensi-potensi studi, karir, hingga jodoh (?) yang menjanjikan di masa depan pun, dengan seizin Yang Maha Kuasa, akan terbuka lebar untuk kita.

Salah satu bahasa asing yang banyak dikuasai adalah bahasa Inggris. Bahasa ini banyak digandrungi orang karena statusnya sebagai bahasa internasional, serta banyak digunakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Seseorang yang fasih berbahasa Inggris akan mampu menceburkan diri dalam berbagai kesempatan, bahkan dari negara-negara yang sehari-hari tidak berbahasa Inggris sekalipun.

Bahasa internasional yang juga paling banyak digunakan ialah bahasa Spanyol, bahasa Prancis, bahasa Arab, dan bahasa Tionghoa. Ketiga bahasa tersebut, bersamaan dengan bahasa Inggris dan bahasa Rusia, adalah enam bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, mempelajari bahasa-bahasa internasional tersebut tidak semudah yang kita harapkan.

Ada beberapa tantangan dan kendala saat hendak menguasai bahasa asing. Tapi, apakah ekonomi adalah salah satu di antaranya? Benarkah kondisi ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan bahasanya? Yuk kita simak!

Bahasa yang Terbanyak Digunakan di Dunia

Apa bahasa yang terbanyak digunakan di dunia? Mungkin benak kalian akan langsung terbayang dengan bahasa Inggris. Bahasa Inggris memang merupakan bahasa yang paling banyak digunakan sebagai bahasa internasional. Namun, tidak semua negara-negara di dunia berbicara sehari-hari dalam bahasa Inggris.

Ambil contoh bahasa dengan penutur terbanyak di muka bumi (menurut Ethnologue: Languages of the World 2019): bahasa Tionghoa. Bahasa ini berasal dari wilayah Tiongkok, meliputi apa yang sekarang berupa negara Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok) dan Taiwan (Republik Tiongkok). Tiongkok sendiri adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Bayangkan saja, data dari Biro Statistik Nasional Tiongkok menyebut penduduk Tiongkok daratan (tidak termasuk Hong Kong dan Macau) mencapai lebih dari 1,4 miliar jiwa. Wow!

Kalau dibandingkan dengan perkiraan penduduk dunia dari PBB yang mencapai lebih dari 7,8 miliar jiwa, maka penduduk Tiongkok daratan saja sudah hampir 18% dari seluruh populasi dunia. Ini masih ditambah dengan penduduk Taiwan (sekitar 23,9 juta jiwa), Hong Kong (sekitar 7,4 juta jiwa), dan Macau (683.100 jiwa). Belum lagi dengan diaspora Tionghoa di seluruh dunia (termasuk Indonesia), yang sebagian di antaranya masih memakai bahasa Tionghoa untuk percakapan sehari-hari. Praktis, bahasa Tionghoa menjadi salah satu bahasa dunia.

Kalau data-data di atas belum cukup, tengoklah kemajuan negara Tiongkok sekarang ini. Tiongkok saat ini adalah salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, mendampingi AS yang telah menjadi raja ekonomi dunia sejak puluhan tahun lalu. Meskipun dalam berbagai klasifikasi Tiongkok masih dianggap sebagai “negara berkembang”, namun jumlah pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja (purchasing power parity atau PPP) adalah yang terbesar di dunia. Sementara itu, PDB nominal Tiongkok merupakan yang terbesar kedua di dunia, tentu setelah AS. Keduanya menurut hitungan Dana Moneter Internasional (IMF) tahun 2020 maupun data Bank Dunia tahun 2019.

Kereta cepat menjadi salah satu bukti pesatnya ekonomi Tiongkok. (Pixabay)
Kereta cepat menjadi salah satu bukti pesatnya ekonomi Tiongkok. (Pixabay)

Kemudian bahasa dengan penutur terbanyak berikutnya, yang lagi-lagi bukan bahasa Inggris – karena bahasa Inggris merupakan bahasa dengan penutur terbanyak ketiga di dunia. Bahasa Spanyol merupakan bahasa yang tidak cuma dianut oleh Spanyol saja. Nyaris semua negara di wilayah Amerika Latin (Meksiko ke selatan) berbahasa Spanyol, selain juga sebagian kecil negara di Afrika seperti Guinea Khatulistiwa. Bahasa Spanyol juga merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di AS.

Bahasa Spanyol menyebar luas ke sebagian besar benua Amerika berkat penjelajahan samudra yang dilakukan Spanyol mulai akhir abad ke-15. Mereka menguasai daratan yang mereka temui dan memperkenalkan bahasa Spanyol pada penduduk setempat. Kini bahasa Spanyol menjadi bahasa resmi (de facto dan/atau de jure) di 20 negara dengan total penduduk sekitar 442 juta jiwa. Rata-rata negara-negara tersebut merupakan negara-negara berkembang, tentu saja dengan mengecualikan Spanyol sebagai negara maju di Eropa.

Bahasa lain yang juga banyak digunakan adalah bahasa Prancis. Bahasa Prancis telah lama dijadikan sebagai bahasa resmi di berbagai organisasi internasional. Kolonialisme Prancis di Afrika membuat banyak negara di Afrika menggunakan bahasa Prancis, dan membuatnya naik status sebagai bahasa internasional. Tidak semua negara-negara berbahasa Prancis merupakan negara maju: selain Prancis dan Belgia, rata-rata merupakan negara berkembang hingga miskin.

Perlu diketahui kalau sebetulnya tidak ada definisi yang pasti mengenai “negara maju” dan perbedaannya dengan “negara berkembang”. Beberapa parameter dikembangkan untuk mengukur kepantasan suatu negara dalam kategori negara maju, seperti Indeks Pembangunan Manusia, klasifikasi pendapatan tinggi dari Bank Dunia, hingga data anggota Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Ekonomi Mempengaruhi Kemampuan Bahasa?

Benarkah ekonomi mempengaruhi kemampuan bahasa? Kalau benar, berarti semakin kaya orangnya semakin ia pintar bahasa asing dong? Berati pantas dong orang-orang kaya bahasanya keminggris, dan tidak pantas untuk kita yang missqueen? Wkwk :D

Sejumlah penelitian telah mencoba mengaitkan antara status sosial ekonomi seseorang dan keluarganya terhadap kemampuan belajar bahasa asing, terutama bahasa Inggris di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris. Sayangnya, hasil riset tersebut menunjukkan kalau keduanya memang berkaitan.

Contohnya adalah penelitian oleh M. Obaidul Hamid di tahun 2011 dalam jurnal Bangladesh e-Journal of Sociology. Riset bertajuk Socio-economic Characteristics and English Language Achievement in Rural Bangladesh kali ini meneliti sebuah subdistrik pedesaan di Bangladesh, di mana karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa sekolah menengah dicoba dihubungkan dengan prestasi akademik mereka di mata pelajaran bahasa Inggris. Hasilnya, siswa dengan tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga yang lebih tinggi cenderung memperoleh nilai bahasa Inggris yang lebih tinggi pada tes kecakapan serta ujian sekolah.

Penelitian serupa juga dilakukan dalam disertasi Walid Salameh tahun 2012 dari The British University of Dubai di Dubai, Uni Emirat Arab. Dalam disertasi berjudul The Impact of Social and Economic Factors on Students’ English Language Performance in EFL Classrooms in Dubai Public Secondary Schools ini Walid mengidentifikasi hubungan antara pendidikan terakhir, status keuangan, dan pekerjaan orang tua terhadap kinerja bahasa Inggris siswa-siswa di empat sekolah menengah negeri di Dubai. Hasilnya tidak jauh beda: siswa-siswa dengan status ekonomi yang mapan (dan latar pendidikan orang tua yang tinggi) berdampak pada nilai mata pelajaran bahasa Inggris yang lebih tinggi dibandingkan siswa-siswa dengan status ekonomi dan latar pendidikan orang tua yang rendah.

Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan penting akan tingginya nilai bahasa Inggris (terutama di negara-negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa asing) karena beberapa sebab. Status sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan orang tua siswa menginvestasikan lebih banyak energi untuk kemampuan bahasa Inggris yang lebih memadai. Misalnya les bahasa Inggris, yang tentu saja membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan hanya belajar di sekolah. Dalam disertasi Walid, sebanyak 41% siswa kelas 10, 51% siswa kelas 11, dan 44% siswa kelas 12 percaya soal faktor ini.

Selain itu, orang tua dengan tingkat pendidikan lebih tinggi atau dengan kemampuan bahasa Inggris mumpuni berdampak pada penguasaan bahasa Inggris yang lebih baik. Orang tua dari kelas sosial tinggi memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dibandingkan orang tua dari kelas sosial yang rendah. Kemungkinan, pendidikan tinggi membuat seseorang mampu bekerja dengan lebih terencana, sehingga peluang naik ke tingkat ekonomi yang lebih tinggi menjadi besar.

===

Penelitian ini bukan berarti menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak mampu tidak akan bisa menguasai bahasa asing, lho! Terlepas dari semua itu, kerja keras adalah kunci paling utama. Misalnya, kalian harus belajar bahasa Inggris lebih mantap, dengan belajar dari setiap kesalahan berbahasa dan memperbaiki kesalahan tersebut semisal dengan bantuan grammar checker. Belajar dengan giat akan membuat kalian bisa menambah ilmu, yang akan berguna untuk memperbaiki kondisi ekonomi kalian :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun