Sesuai dengan namanya, Madrasah Diniyah ( sekolah agama ) sangat luas jangkauannya, Â karena pembahasan di dalam agama sangat banyak sekali bukan hanya mempelajari dasar hukumnya saja akan tetapi lebih merinci tentang cara dan pengamalan dari hukum asal yaitu Alquran dan hadis, sesuai dengan kalamNya di dalam Alqur'an yang kurang lebih artinya "Ilmu Alloh itu sangatlah luas, andaikan seluruh air lautan di dunia ini dijadikan tinta untuk menulis, maka tidak akanlah cukup untuk menulis ilmu alloh walaupun didatangkan lagi sejumlah dengannya "
Subkhanalloh ... lalu apa ilmu - ilmu itu ?
Ilmu Matematika berasal dari mana ?
Ilmu Biologi berasal dari mana ?
Ilmu Fisika berasal dari mana ?
Ilmu Ekonomi, Ilmu Pendidikan dan ilmu - ilmu yang lainnya juga berasal dari mana ?
Jawabnya ... tentu dari Alloh Subkhanahu Wa Ta'ala. Karena Dialah Sang Pencipta, karena Dialah Yang Maha Menciptakan. Kita, manusia hanya menemukan, mempelajari dan mengembangkan ilmu - ilmu itu. Bukan menciptakan ilmu itu.
Bukan kami memandang sebelah mata atau membeda-bedakan namun bentuk Madrasah Diniyah berbeda dengan pendidikan agama non-formal lainnya yang hanya mempelajari tentang baca tulis Alquran saja.
Selain mempelajari baca tulis Alqur'an di dalam Madrasah Diniyah mempelajari juga ilmu-ilmu tentang Alqur'an lainnya, diantaranya :
- Ilmu Tadjwid, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Alqur'an. Di dalam Bahasa Indonesia, kita tentu mengenal titik, koma sebagai pemenggalan kalimat. Coba anda bayangkan ketika kalimat Bahasa Indonesia saja, dibaca tanpa ada titik atau komanya, bagaimana ? Apalagi dengan Bahasa Alqur'an yang notabenenya bukan dari bahasa sehari-hari kita, bukan dari budaya kita, lalu bagaimana kita bisa memahami kalimat - kalimat dalam Alqur'an ? Itulah salah satu guna dari Ilmu Tajwid.
- Ilmu Nahwu & Ilmu Shorof. Ilmu ini sering adisebut dengan Ilmu Nahwu Shorof (digabung menjadi satu). Kedua ilmu ini memang ada kesamaannya, yaitu Ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa & bentuk kalimat dalam Bahasa Arab. namun titik tekan pada kedua ilmu ini berbeda. Ilmu Nahwu lebih menekankan pada bentuk - bentuk kata dalam Bahasa Arab. Dalam Bahasa Indonesia lebih kita kenal dengan menyebut mana subjek, mana predikat, mana objek, mana bentuk tunggal, mana bentuk jamak, bagaimana kalimat yang berbentuk DM atau MD dan masih banyak lainnya. Sedangkan Ilmu Shorof adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan kata. Dalam Bahasa Indonesia lebih kita kenal seperti dalam contoh berikut : membuka, dibuka, pembuka, alat pembuka dsb.
- Ilmu Asbabun Nuzul. Ilmu ini mempelajari tentang bagaimana sebab-sebabnya turunnya suatu ayat dalam Alqur'an. Darinya dapat kita ambil pelajaran untuk menerapkan ayat apa sebenarnya yang sesuai dengan kondisi atau masalah yang sedang dihadapi, sudah samakah ? atau miripkah ? Atau serupa dengan mengumpamakannya ? Yang disebut dengan ijma' / qiyas.
- Ilmu Hadis. Ilmu ini tentu lebih banyak kita ketahui dikarenakan ilmu ini telah sangat populer. Yang buku-bukunya juga banyak kita jumpai, seperti : Kitab Hadis Shokhih Bukhori, Kitab Hadis Shokhih Bukhori Muslim, Kitab Hadis Bulughul Marom, Kitab Hadis Arbain Nawawi dan lain sebagainya.
Namun kita sering lupa, bahwa di dalam Ilmu Hadis ini terdapat juga Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu hadis bisa disebut shokhih, hasan, dho'if, mutawatir, mu'alaq, mursal dan masih banyak yang lain lagi. Lalu bagaimana kita yang awam ini bisa mengetahui mana hadis yang benar-benar shokhih / benar-benar bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sanadnya (penyampainya).
Apa kita akan dengan mudah mengatakan kalo di Mbah Google ada dan ada tulisannya shokhih, bisa langsung kita anggap itu shokhih ?