Mohon tunggu...
Administrasipublik
Administrasipublik Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketua HIMA AP Sesat berpikir: Pemimpin yang Tidak Mampu Berhadapan dengan Kesalahannya Sendiri

18 Maret 2022   15:14 Diperbarui: 18 Maret 2022   15:24 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa kecil, ada permainan anak-anak 'main ular-ularan' dan ternyata beberapa tahun kemudian banyak orang yang masih terus melakukan permainan itu dalam dunia perusahaan dan politik.

kebiasaan mengekor seperti main ular-ularan itu boleh-boleh saja asalkan sang pemimpin atau kepala ular ini juga mengerti kepentingan kita. Namun bagaimana kalau bukan demikian halnya? Bisakah kita melepaskan diri dari cengkeraman orang yang demikian?

Pemimpin yang buruk ada di mana-mana. Mereka memanfaatkan kelemahan psikologis anggota dan memanipulasi anggota untuk keuntungan mereka "Ketua Hima AP".

Ya memang tidak ada seorangpun yang sempurna, dan pemimpin yang tidak mengakui itu adalah seseorang yang tidak jujur.

Seperti kata Lipman Blumen, "Para pemimpin yang tidak mampu berhadapan dengan kesalahan mereka sendiri kemungkinan bukan pemimpin yang bisa kita percayakan dengan keputusan-keputusan yang berdampak kepada hidup kita."

Seperti ini jadi teringat saat mata kuliah kepemimpinan, kebetulan saya menggunakan buku leadership diamond yang digagas Peter Koestenbaum, The Inner Side of Greatness. Sengaja memilih buku ini karena buku ini mengajarkan kita untuk bukan melahirkan pemimpin biasa, melainkan pemimpin besar.

Maka ketika Pemimpin di tataran eksekutif kampus melakukan hoax demi melancarkan kepetingan pribadi maupun kelompok yang bisa memicu kebencian dan kebengisan beberapa hari ini, sudah terbukti jelas bahwa pemimpin tersebut itu gagal.

Karena sejatinya pemimpin adalah orang yang dapat merangkul dan mengayomi, bukan malah menjadikan masalah kecil menjadi besar hanya karena ego sektoral.

Ia tidak hanya menyalahi prosedur organisasi. Tetapi juga telah menciderai harkat dan martabat anggotonya dengan memecat secara tidak hormat anggotanya, alih-alih menyelesaikan dengan kepala dingin dan sikap-sikap yang telah dicontohkan nabi Muhammad: yakni bersikap netral dan bijak dalam mengambil keputusan.

"YAA KALI BELUM PELANTIKAN LANGSUNG NGELUARIN SURAT SP 2!"

Berkaca pada Leadership Diamond: Seseorang hanya bisa menjadi besar kalau selalu bekerja dengan fakta. Bukan ilusi. Ya, tapi fakta.

Percuma jadi ketua Hima jika tidak memiliki kemampuan secara objektif dan adil.

Seorang pemimpin tidak akan bisa membawa bahtera organisasi menuju lebih baik, jika buta dan tuli pada kebenaran. Dan hanya mendengarkan nafsu.

Maka, dalam masalah ini seorang pemimpin tidak hanya bertanggungjawab kepada kampus selaku ketua HIMA, tetapi juga dihadapan manusia, sosial, bahkan Tuhan untuk bertanggungjawab atas segala keputusan yang telah dibuat. Mundur atau lari bukan pilihan. Karena nanti akan tetap melakukan perhitungan dihadapan Tuhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun