Mohon tunggu...
Adma Rimel
Adma Rimel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Universitas Negeri Malang Fakultas Ekonomi Pembangunan Jurusan Pendidikan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Resesi 2023 Hanya Isu? Ini Bukti Nyatanya

6 November 2022   22:39 Diperbarui: 6 November 2022   23:31 2154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA, CNBC INDONESIA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indwati kembali menegaskan bahwa perekonomian dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini tercermin dari ancaman resesi ekonomi yang telah menjadi momok menakutkan bagi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.Bank Dunia memprediksi resesi global pada 2023. Ada banyak penyebab resesi di tahun 2023 di banyak negara. 

Menurut penelusuran Solopos.com, Jumat (4 November 2022), resesi ekonomi ditandai dengan dua hal negatif: produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi riil. negara, yaitu kuartal berturut-turut. Jadi apa yang akan menyebabkan resesi 2023? 

Inflasi adalah proses umum dan berkelanjutan dari kenaikan harga.Investor di seluruh dunia mengharapkan bank sentral menaikkan suku bunga global hingga hampir 4% pada tahun 2023, menaikkan suku bunga bank sentral dan mengancam keberlanjutan ekonomi negara. 

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Global akan melambat menjadi 0,5% pada tahun 2023 sebagai akibat dari resesi tahun 2023, menambah tekanan pada pasar keuangan. Ini mewakili pengurangan 0,4% per orang. Nah, situasi ini secara teknis apa yang dimaksud dengan resesi global.Resesi pada tahun 2023 menempatkan negara ini pada risiko melambatnya pertumbuhan global. 

Selain itu, inflasi yang tinggi, pengetatan likuiditas dan ketegangan geopolitik antara Ukraina dan Rusia mengancam runtuhnya ekonomi global. Namun, Indonesia tampaknya agak lega karena IMF memperkirakan ekonomi Indonesia akan terus tumbuh sebesar 5,3% tahun ini dan 5% pada tahun 2023.

Tapi apakah angka-angka itu hanya prediksi? Berbagai data menunjukkan prospek ekonomi Indonesia, yang sangat bergantung pada lonjakan harga komoditas utama seperti batu bara, kelapa sawit, timah, nikel, dan gas alam lainnya baru-baru ini, tidak masuk akal. 

Selain itu, berkurangnya permintaan global karena banyak pejabat pemerintah menggambarkan ketidakpastian sebagai akibat dari badai yang sempurna telah menyebabkan banyak badan internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 antara 2,3% dan 2,9%. Turun dari perkiraan tahun ini di kisaran 2,8% hingga 3,2%. 

Turunnya harga dan permintaan komoditas global merupakan sinyal berbahaya bagi perekonomian Indonesia dan dapat mengancam pendapatan pemerintah yang selama ini sangat bergantung pada pendapatan sektor komoditas.

Misalnya, harga batu bara, yang kini menjadi primadona kontrak Newcastle, mulai turun dari rekor tertinggi $458 per ton pada awal September tahun lalu. Sampai saat ini, harganya telah turun hampir 15% menjadi $391.

Fitch Solutions kemudian memprediksi bahwa harga batu bara juga akan turun tahun depan, dari perkiraan rata-rata $320 per ton tahun ini menjadi $280 per ton pada tahun 2023 dan $250 per ton pada tahun 2024. 

Itu saja. harga bahkan lebih gelap. Setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa di atas MYR 7.000 per ton pada akhir April, harga telah turun tajam dan sekarang hanya di bawah setengah dari MYR 4.123 per ton. Dampak resesi yang berisiko bagi masyarakat termasuk harga yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar seperti makanan, pengangguran, tagihan listrik yang lebih tinggi dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. 

Selain itu, untuk mencegah akar penyebab resesi pada tahun 2023, pembuat kebijakan harus memperkuat cadangan devisa, mendukung rumah tangga yang rentan, dan memfasilitasi redistribusi pekerja yang diberhentikan. Kita juga perlu mempercepat transisi ke energi rendah karbon, menerapkan langkah-langkah konsumsi energi, dan memperkuat integritas jaringan perdagangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun