Mohon tunggu...
Adma Winarko
Adma Winarko Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

niat hidup itu ibadah ,menulis adalah hal yang mulia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memperhatikan Sejarah Kolonial Agar Tidak Jadi Inlander

27 Januari 2014   11:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan catatan ilmiah yang dilengkapi tinjauan pustaka penelitian dan transkrip-transkrip teoretis. Tapi ini sebuah pandangan anak bangsa yang merasa memiliki hak untuk melindungi bangsanya. Bermula dari keresahan dari hal-hal yang dianggap wajar kaitanya dengan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, tapi tidak bagi saya dan Itulah yang saya rasakan.

Memang benar dulu ketika pada zaman kolonialisme, Belanda sempat membuat tidak nyaman bumi nusantara, mereka merampas kekayaan alam dan mengeksploitasi hak kemanusiaan masyarakat pribumi. Akan tetapi sebagai sebuah bangsa yang memang telah mengenal peperangan, banyak diantara putra-putri ibu pertiwi yang melakukan perlawanan atas ketidaknyamanan yang diperbuat oleh Belanda yaitu dengan berjuang.

Namun entah mengapa,  kita sering temukan buku sejarah menuliskan berbagai perlawanan yang dilakukan rakyat pribumi dengan sebutan pemberontakan jarang yang menyebut dengan perlawanan atau perjuangan. Dari sini kita ketahui, secara tidak sadar kita digiring untuk mengakui keberadaan Belanda yang sah, karena pemberontakan cenderung berarti proses penentangan terhadap kekuasaan yang sah. Padahal, ini adalah tanah kita, dan tidak ada yang membenarkan atas pemerintahan Belanda di Indonesia sebagai sebuah pemerintahan yang sah, Seharusnya kita lebih tepat menggunakan kata perlawanan karena ini cenderung berarti perjuangan mempertahankan hak.

Kita juga sering mendengar istilah zaman penjajahan, kita dilemahkan. Bangsa ini tidak pernah di jajah, karena selalu ada perlawan oleh anak-anaknya. Mari memperhatikan sejarah, jika ada hal yang melemahkan dan melenceng bisa kita rubah sesuai kenyataan, karena sejarah bukan untuk dilestarikan, karena melestarikan berarti menjaga tanpa merubah, sedangkan kita tahu, banyak propaganda yang harus diluruskan di masa lalu sebagai getah dari politik adu domba. Semua itu demi kita, Indonesia yang sebenar-benar merdeka.  mari memperhatikan sejarah kolonial, agar tidak jadi inlander. (awal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun