Mohon tunggu...
Adma Winarko
Adma Winarko Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

niat hidup itu ibadah ,menulis adalah hal yang mulia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terimakasih, Dik

21 November 2012   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERIMA KASIH, DIK.

Karya : Adma Winarko

Sore. sudah kujanjikan untuk datang ke tempatmu. Penuh keyakinan aku niatkan langkah untuk menuju. Ada rasa kekalutan. Kusanggah dengan melihat lalu lalang orang di jalan. Jalan yang membawaku menuju tempatmu. Semakin memuncak perasaanku. Saat jalan semakin dekat. Aku tiba.

“Assalamulaikum”, salam dariku sesampaiku di tempatmu.

“Walaikum salam”, jawaban yang menyambut salamku. Aku melihatmu dari balik jendela. Dan ternyata itu suaramu.

Duduk pada sebuah kursi di pelataran tempatmu. Menunggumu datang. Kita bertemu. Berdiri di depanku dan aku malu saat kau tersenyum. Kita bercengkerama saat hujan tiba. Rintiknya menyentuh tanah yang kering. Sama seperti senyummu yang ditemukan mataku.

Teringat cerita tentang hujan. Ia datang membawa rahmat, bagi tunas-tunas pohon yang sedang tumbuh. Seperti perasaan ini. Dan harapanku untuk menjadikannya sebuah rahmat semoga terkarunia.

Aku melihatmu dengan sepasang mataku. Lalu tersenyum. Petang tiba, kita masih bercengkerama namun belum tentang apa yang ingin ku ungkapkan. Terdengar suara adzan. Kita berpisah sejenak, untuk memenuhi panggilan sujud.

***

Kembali kita duduk bersama. Diantara gerimis yang tenang. Aku memantapkan untuk mengungkap sekarang. Dari tempatku duduk kulihat kau melihatku. Namun segera kau menatap gerimis. Saat itu.

“Aku ingin lebih dekat mengenalmu”,

Kau terdiam seperti memintaku melanjutkan kata yang tertahan.

“Aku ingin lebih dekat mengenalmu. Aku tertarik denganmu”, sedikit kelu aku berucap. Terputus-putus berkata.

Kau masih terdiam. Maaf jika aku membuatmu tak nyaman. Aku hanya mencoba jujur. Tidak lebih dari itu, atau malah memaksamu. Tidak. Aku hanya mengungkapan, sedangkan jika itu pertanyaan kau sendiri yang tahu.

“Aku merasakan hal yang sama”, jawaban yang memecah diammu.

Dibawah gerimis. Di pelataran petang. Kelingking kita menyatu. Mengikat. Setelah hari itu akan banyak hal yang akan kita tuliskan. Untuk kita baca dan resapi. Kelak akan menjadi bekal. Dalam perjalanan kita saling mengenal. Terima kasih, dik.

-Adma Winarko 2012-

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Kontak Penulis :

FB : Adma Winarko

Twitter : @AdmaWinarko

email : sastraindonesia16@yahoo.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun