Mohon tunggu...
Adma Winarko
Adma Winarko Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

niat hidup itu ibadah ,menulis adalah hal yang mulia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buruh Muda Juga Calon Pemimpin Bangsa

12 Maret 2014   04:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buruh Muda Juga Calon Pemimpin Bangsa

Lulus Langsung Kerja

Teringat pada masa-masa menjelang kelulusan Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK). Kami siswa kelas tiga beramai-ramai membuat surat lamaran meski ijazah SMK belum kami miliki. Hal tersebut dikarenakan setiap SMK mempunyai badan usaha yang bernama Bursa Kerja Khusus (BKK). Lembaga tersebut bertugas menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan dalam hal rekrutmen karyawan baru. Sehingga dapat diartikan bahwa badan tersebut adalah ujung tombak sekolah dalam menyalurkan alumni ke dalam dunia industri.

BKK adalah wujud kongkrit sekolah dalam hal mewujudkan janji lulus sekolah langsung kerja. Alih-alih berikhtiar saban hari kami menyambangi mading di depan ruang BKK. Karena biasanya jika ada perusahaan yang membuka lowongan, mading menjadi tempat penempelan berbagai macam  pengumuman terkait proses persyaratan penerimaan karyawan baru. Tanpa hitungan hari, setelah pengumuman ditempel dapat dipastikan meja kepala bagian rekrutmen akan penuh dengan surat lamaran titipan siswa sekolah kami. Begitu juga pada saat pengumuman siapa saja yang lolos serangkaian tes seleksi pasti mading akan selalu ramai dikunjungi.

Alhasil, banyak diantara peserta yang mengikuti proses penyeleksian telah dinyatakan lolos dan diterima sebagai buruh di perusahaan yang dilamar. Tentunya hati akan dilingkupi perasaan senang dan bahagia karena setelah lulus akan langsung bekerja. Secara tidak langsung SMK telah berhasil mewujudkan janjinya dan keberadaannyapun semakin dipercaya oleh masyarakat sebagai lemabaga akademis yang mencetak lulusan siap kerja.

Buruh : Pekerjaan Semu.

Tidak perlu melakukan riset atau penelitian ilmiah yang panjang untuk mengetahui kenyataan sistem bekerja yang dialami  buruh muda. Dengan mata telanjang dapat diketahui tentang tuntutan perusahaan yang menginginkan periode waktu produksi selama 24 jam. Sebuah Kebijakan yang bertujuan untuk memperbanyak target jumlah produksi. Oleh karena itu masing-masing buruh mempunyai jam kerja bergantian sesuai dengan sif dalam satu hari. Bahkan tak pelak ketika jumlah produksi meningkat perusahaan juga menambah beban jam kerja mereka dengan cara melembur.

Acap kali kondisi seperti ini dianggap bukan sebagai suatu pemandangan yang tabu. Padahal jika pemikiran dimajukan selangkah ke depan,  hal ini merupakan sebuah ihwal dari sebuah ancaman besar, “Bahwa bangsa ini telah kehilangan bibit-bibit pemimpin bangsa di hari depan”. Pernyataan saya ini bukanlah sebuah bentuk pembesaran masalah atau ketakutan yang berlebihan terhadap krisis kepemimpinan di masa yang akan datang. Karena pada kenyataannya, kehidupan pabrik telah menyita sebagian besar waktu buruh muda.

Sungguh ini merupakan sebuah situasi ironis karena hal yang semestinya mereka dapatkan  sebagai generasi muda adalah rutinitas penggemblengan di ruang-ruang akademis agar nantinya menjadi manusia Indonesia yang utuh. Bukan mengabdikan diri untuk memajukan perusahaan yang mayoritas milik asing tanpa ada kemajuan untuk diri mereka sendiri.

Memang benar hari ini apa yang mereka kerjakan telah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga mereka merasa nyaman bersembunyi di balik kenyamanan yang sebenarnya fana. Mengapa fana? Karena bukan hal yang tidak mungkin dalam perjalanan waktu yang akan datang mereka menjadi segerombol pendemo yang menuntut kenaikan upah akibat harga kebutuhan pokok melonjak harganya. Namun sekali lagi, eksploitasi kapitalisme hanya bisa memberi predikat buruh kepada mereka.

Jangan Sampai Industrialisasi Melahirkan Generasi Pincang

Acap kali muncul perasaan miris ketika teringat penindasan yang secara tidak langsung menimpa buruh muda. Meskipun tidak semua pemuda mengalami nasib demikian. Akan tetapi bukankah setiap anak bangsa mempunyai hak yang sama, karena di pundak mereka masa depan bangsa ini bersandar.

Oleh karena itu, sebagai bentuk antisipasi baiknya pemerintah memberikan stimulan pengetahuan bagi buruh muda. Misalnya, membatasi jam kerja dan  memberikan pendidikan khusus sesuai dengan keterampilan ilmu yang ingin dimiliki oleh buruh muda. Tentunya jika mereka mempunyai keahlian, akan menjadi kekuatan untuk lepas dari cengkeraman kapitalisme industri.

Setelah itu, perlahan mereka membangun kehidupan layak dan berdikari. Merangkai  Hidup dan berkehidupan sebagai manusia merdeka.  Semua itu semata-mata dilakukan agar di masa yang akan datang mereka tidak kehilangan masa muda karena menjadi bagian dari perbudakan modern (Baca : buruh). Atau dengan lain jika sistem kerja saat ini dibiarkan terus bergulir, dalam waktu tiga puluh atau empat puluh tahun yang akan datang Industrialisasi telah berhasil melahirkan generasi pincang. Generasi yang sulit berjalan untuk maju dan mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun