Mohon tunggu...
Adli fadhlan dan Rilwan Efendi
Adli fadhlan dan Rilwan Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Biologi Universitas Andalas

Mahasiswa Biologi Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia Darurat Sampah, Ini Solusinya!

9 Januari 2022   20:31 Diperbarui: 9 Januari 2022   20:53 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia Darurat Sampah, Ini Solusinya!

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di asia tenggara, dengan total penduduk per juni 2021 sebanyak 272.229.372 jiwa. Bukan rahasia umum lagi dengan total penduduk sebanyak itu indonesia menempati posisi ketiga penyumbang sampah terbesar didunia. 

Sebanyak 67,8 juta ton sampah dihasilkan pertahunnya, dapat dibayangkan bagaimana kondisi indonesia 5 sampai 10 tahun mendatang tanpa adanya pengolahan yang berkelanjutan terhadap sampah tersebut.

Hal ini menjadi perhatian serius dari pemerintah dalam mengatasi masalah sampah setiap tahunnya, Bahkan solusi dari permasalahan sampah seperti penambahan armada untuk pengangkutan sampah dan sosialisasi sudah gencar dilakukan oleh pemerintah tetapi masih kurang efektif dalam mengurangi permasalahan sampah. 

Penyelenggaraan pengelolaan sampah dilakukan dengan cara pengurangan dengan pemanfaatan kembali (3R) dan penanganan sampah yang mencakup pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Sedangkan sisanya berupa sampah yang tidak bisa didaur ulang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sampah yang menjadi perhatian dari pemerintah ialah sampah organik yang berasal dari sisa makanan yang tidak bisa diolah kembali, karena banyaknya limbah rumah tangga apalagi sampah oragnik dari pasar yang setiap hari diangkut dan dibawa ke TPA membuat pemerintah atau bahkan masyarakat resah. 

Sampah organik sangat berbahaya bagi lingkungan, selain menghasilkan bau yang tidak sedap sampah organik merupakan sarang penyakit dan rumah bagi hewan pengerat.

Dewasa ini diketahui adanya makhluk hidup yang dapat mengurai sampah organik menjadi lebih ramah lingkungan, yakni Black Soldier Fly (BSF) atau yang biasa kita kenal dengan lalat tentara hitam menjadi salah satu pilihan terbaik solusi sampah yang ada di indonesia, yang mana pada siklus maggot dapat mendegradasi sampah organik dengan sangat baik. Maggot sendiri merupakan larva dari BSF yang dikenal dengan kerakusannya dalam memakan sampah organik. 

Selain sebagai pengolah sampah maggot sendiri juga diketahui memiliki protein yang sangat tinggi dan banyak digunakan sebagai pakan ternak. Banyak sekali produk turunan yang bisa dihasilkan dari pengolahan sampah dengan maggot, diantaranya kasgot yang merupakan sisa dari sampah hasil degradasi maggot juga bisa dipergunakan sebagai pupuk kompos yang sangat baik bagi tumbuhan. 

Dari maggot sendiri dapat diolah menjadi dry larvae sebagai pakan dari berbagai jenis ternak seperti ikan, ayam dan burung. Maggot sendiri juga diapat diekstrak menjadi minyak maggot untuk obat luka dan cangkang pupa yang sudah menetas diketahui juga bisa diolah sebagai bahan baku obat -- obatan. Oleh karena itu, budidaya maggot juga menjadi peluang usaha yang sangat  menjanjikan.

Gerakan yang berawal dari kesadaran masyarakat ini membuat kami yakin, jika diimplementasikan secara masif dan komprehensif mampu menjawab tantangan sampah yang ada. 

Maggot dikenal sebagai organisme pembusuk karena terbiasa mengkonsumsi Bahan-bahan organik.  Untuk siklus maggot sendiri cukup singkat, yaitu hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 hari yang diawali dengan telur akan menetas 4-5 hari kemudian akan masuk pada fase larva yang mana fase inilah yang dimanfaatkan untuk mendegradasi sampah dan berlangsung selama kurang lebih 21 hari. 

Baby larva dimasukkan kedalam wadah yang biasa dikenal dengan biopond yang mana merupakan wadah pembesaran hingga masuk fase prepupa. Setelah masuk fase pre pupa akan dilanjutkan dengan fase pupa, setelah 10 hari pupa akan menetas menjadi lalat BSF dan kemudian akan bertelur kembali dan selama proses siklus maggot dapat dimanfaatkan secara keseluruhan.

Pembuangan limbah melalui sistem reduksi maggot adalah  salah satu solusi yang efektif untuk diterapkan dimasyarakat. dibandingkan dengan mikroorganisme lain, proses maggot mengurai sampah organik lebih cepat dan tidak merusak sistem lingkungan, sehingga memiliki aplikabilitas yang baik. 

Mikroorganisme lain membutuhkan waktu sebulan atau bahkan sampai 6 bulan, sedangkan maggot hanya perlu membutuhkan waktu 21 hari untuk mengolah sampah. 

Maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Oleh karena itu, maggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik. Sampah organik yang tidak termakan oleh maggot, tetap bisa dimanfaatkan sebagai sumber kompos atau pupuk organik yang berkualitas tinggi dan cocok digunakan dalam bidang pertanian dan segudang produk lainnya. Meskipun dari limbah sampah organik, namun pupuk yang dihasilkan tidak berbau.

Budidaya maggot juga sangat mudah dilakukan karna perawatannya yang tidak begitu sulit. Cukup siapkan telur maggot yang akan ditetaskan menjadi larva, bisa dengan cara dibelik atau di cari di alam liar. Telur yang sudah didapatkan tadi di letakkan diatas media yang sudah diberikan pakan yang mengandung protein tinggi seperti pakan komersil ayam sebagai starter perkembangannya. 

Setelah 3 -- 4 hari telur maggot akan menetas dan kemudian diberikan pakan sampah pada umur satu minggu sampai menjadi prepupa. Maggot yang menjadi prepupa tidak diberi makan lagi. 

Pada fase pupa maggot tersebut harus dipisahkan dan dimasukkan kedalam kandang penetasan dari pupa menjadi lalat. Kandang ditutup dengan kawat atau kain kasa agar lalatnya tidak terbang keluar dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari.  

Untuk  bertelur pada lalat BSF betina, Anda perlu menyiapkan kardus, kayu, atau papan yang ada celahnya sebagai media BSF untuk bertelur, karena BSF cenderung bertelur pada celah -- celah kayu. setelah itu telur diambil dan diletakkan kembali diatas media penetasan.

Beternak maggot memberikan segudang manfaat bagi kita, selain masalah sampah teratasi kita juga dapat menjadikan maggot sebagai bisnis yang sangat menjanjikan, karena sudah memenuhi empat unsur yaitu bahan tersedia, program ada, orangnya ada dan pasarnya terbuka, sehingga dengan ketekunan dan mau belajar maka bisnis ini akan berkembang dengan cepat dan masalah sampah di indonesia dapat teratasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun