Mohon tunggu...
Adlian Muzaki
Adlian Muzaki Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa yang masih belajar

Coba terus sampai berhasil

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sejarah sebagai Sarana Dakwah

23 Juni 2021   00:00 Diperbarui: 23 Juni 2021   00:15 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setelah puas berkeliling, tibalah kami ke salah satu Terminal bis disana. Kami lanjut perjalanan ke Malaysia dan menyebrang melalui jembatan menggunakan bis, disini kami beristirahat sekaligus bermalam di bis. Disini pula kami berpisah dengan Pak Ali dan kami mengucapkan terimaksih padanya karena telah mengantar kami kesana kemari selama di Singapura. Ketika pagi barulah kami sampai di Malaysia dan kami kembali mencari Masjid, syukurlah kami menemukan Masjid dan aku pun sholat disana. 

Ternyata Masjid disana boleh menggunakan pengeras suara dan akupun merasa senang. Hal yang aku sadari juga Ketika sudah berada di Malaysia adalah orang-orang yang kami temui banyak kemiripan dengan kami orang Indonesia, kami juga menemukan beberapa orang Chinnese dan India. Namun yang masih mendominasi adalah orang Melayu seperti kami. Lingkungan disana pun tidak berbeda jauh dengan Indonesia, banyak kendaraan dan orang yang bermobilitas di luar. Setelah selesai sholat, kami berdiam diri dahulu di masjid sampai sekitar jam 7 pagi barulah kami keluar untuk mencari makan. Setelah makan, kami berkeliling lagi ke beberapa destinasi wisata di Malaysia. Lalu ketika malam kami bermalam di Masjid wilayah sana dan paginya kami pulang ke negara kami.


*UIN Jakarta
Setelah menyelesaikan pendidikan ku di rumah qur'an, aku hanya dirumah sembari memurojaah apa yang sudah aku hafal. Ketika sudah mulai masuk pendaftaran kuliah aku mulai mendaftar kesana kemari, mulai dari SBMPTN, UMPTKIN, lalu Mandiri UNJ dan UIN Jakarta. Dari sekian banyak jalur pendaftaran, aku lolos beberapa di beberapa universitas. Diantaranya UIN Semarang dan IAIN Cirebon dengan jurusan Biologi. Lalu di Mandiri UIN Jakarta aku pun lolos juga dengan prodi Sejarah dan Peradaban Islam. Perlu diketahui bahwa Prodi yang aku pilih ini merupakan pilihan kedua. Pada saat itu aku diambang kebingungan, karena apa yang menjadi salah satu impian ku adalah kuliah di UIN Jakarta akan tetapi jurusan yang aku terima bukanlah jurusan pertama apa yang aku pilih yaitu Biologi. 

Namun di dorong dengan pengalaman ku selama di rumah qur'an, aku sangat terinspirasi oleh seorang ustad disana yang selalu membawakan sirah nabawiyah ketika berceramah selama aku di rumah qur'an. Aku terdorong ingin dapat menjadi seperti beliau yang sepertinya selalu mampu mengambil setiap pelajaran dari apa yang Rasulullah dan Sahabat lakukan. Dengan di dorong oleh kedua hal tersebut, yaitu impian untuk kuliah di UIN Jakarta dan motivasi yang ku dapat dari ceramah ustad ku di rumah qur'an. 

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil jurusan Sejarah dan Peradabann Islam.
Impresi awal ku setelah masuk dan belajar di UIN Jakarta yang pertama adalah mengenai mahasiswa di dalamnya yang tergolong sangat rajin. Mengenai mata kuliah yang ku pelajari masih cukup dasar sampai di akhir semester satu. Ada mata kuliah seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan lain-lain. Sehingga aku pun masih menganggapya mata kuliah yang masih umum. 

Di semester satu aku banyak belajar bahwa di jurusan Sejarah dan Peradaban Islam ini setidaknya aku harus banyak menguasai Bahasa, sebab sumber yang akan kami kaji nanti akan berkaitan dengan Bahasa yang digunakan. Dari situlah aku mulai belajar bahasa, walaupun belum bisa banyak tapi aku perlahan terus belajar dan belajar. 

Setelah masuk semester dua ternyata ada suatu hal lagi yang belum dapat aku biasakan, yaitu banyak membaca. Aku tidak terbiasa membaca buku sampai berlembar-lembar dalam sehari, oleh karena itu di semester dua ini aku mencoba untuk banyak membaca. Sekali lagi, walaupun dalam sehari aku belum bisa banyak membaca sebanyak itu, aku tetap berusaha untuk terus membaca.

Mengenai dosen dan mata kuliah yang diajar, pendapatku cukup baik mengenai dosen di UIN Jakarta ini, khusus nya di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Oh ya, FAH adalah fakultas yang menaungi jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. Didalamnya ada berbagai macam prodi lainnya seperti Sastra Arab, Sastra Inggris, dan Tarjamah. 

Dosen-dosen disini sangat baik dan yang paling aku suka adalah banyak dosen yang ketika menjelaskan, pandangan utamanya lebih ke Islam. Sehingga akupun pelan-pelan mulai belajar memahami Islam dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan. Mengenai ilmu sejarah itu sendiri, pada jurusan Sejarah dan Peradaban Islam ini tidak melulu belajar mengenai sejarah Islam, melainkan juga sejarah Indonesia dan juga barat. Setidaknya karena banyak sejarah yang ku pelajari, pandangan ku mengenai sejarah dunia menjadi sedikit terbuka. 

Apa yang ku pahami bahwa kita tidak hanya hanya belajar dari sejarah Islam saja, melainkan sejarah dari bangsa lain pun juga perlu, karena pelajaran apapun yang dapat kita ambil itu penting demi membangun ilmu pengetahuan serta pelajaran yang bisa kita gunakan untuk menghadapi kehidupan kita sendiri.

Walaupun aku berpandangan seperti itu, aku tetap berpegang bahwa apapun sejarah yang aku pelajari, aku harus tetap berpikir bagaimana Islam memandang nya. Sejarah Islam yang dahulu menjadi motivasi ku, ternyata mengantarkan ku kepada sejarah yang lebih luas dan aku merasa bahwa semakin luas ilmu yang aku ambil maka makin luas juga pikiran dan bagaimana kita memanadang dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun