Ibn Arabi yang muncul pada abad keenam Hijriah berhasil mempengaruhi seluruh ajaran dan aliran irfan. Sampai sekarang pun, tidak ada satu pun aliran irfan baru yang muncul ke permukaan. Para pakar yang muncul setelah itu seperti Mulla Shadra dan mereka yang muncul setelah periode Shafaiyah hanya menggabungkan aliran irfan Ibn Arabi dan irfan Khurasani. Sebenarnya aliran ini adalah betuk irfan ilmiah dari irfan Ibn Arabi dan dzauq irfan Khurasani. Muncullah Hikmah Muta’aliyah Mulla Shadra.
Aliran irfan Ibn Arabi bak sebuah pohon. Akar pohon ini merambat ke dalam beberapa aliran. Ini berarti bahwa ia mengenal seluruh jenis pemikiran ini. Akan tetapi, ia tidak hanya bersandarkan pada aliran-aliran ini. Ia juga mengenal dengan baik irfan dzauqi Khurasani, Hakim Turmudzi, aliran filsafat yunani, India, dan Iran kuno. Ia memanfaatkan seluruh jenis aliran ini dan membangunnya menjadi sebuah aliran khusus.
Mungkin sebagian orang berkeyakinan bahwa aliran irfan Ibn Arabi tidak memiliki daya tarik khusus sebagaimana yang dimiliki oleh aliran irfan Khurasani. Tapi, menurut hemat penulis, sekalipun aliran irfan Ibn Arbai memiliki banyak problem seperti, aliran ini sangat memiliki daya tarik dan tersusun secara teratur. Untuk itu, bisa diklaim bahwa aliran irfan Ibn Arabi adalah bak sebuah lautan yang bermuara dari tujuh sungai. Jelas, maksud dari angka tujuh adalah ungkapan alegoris. Maksud sebenarnya adalah banyak, karena muara irfan Ibn Arabi lebih banyak dari angka ini.
Kriteria Irfan Islami
Irfan Islami memiliki beberapa kriteria. Yang terpenting adalah kesesuaian aliran ini dengan syariat Islam. Kita tidak bisa mengklaim ada sebuah aliran irfan dalam Islam yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunah. Jika terbukti ada sebuah ajaran irfan yang bertentangan dengan norma agama, kita terpaksa harus melakukan takwil.
Kriteria kedua irfan Islami adalah irfan Islami memiliki tingkatan-tingkatan yang harus dititi secara bertahap. Seoorang pesuluk pada hari pertama tidak dapat langsung sampai ke peringkat akhir. Irfan ini harus dilalui melalui suluk yang harus ditempuh secara bertahap satu peringkat demi peringkat.
Kriteria ketiga, seluruh tingkah dan perilaku seorang pesuluk harus hanya dilandasi oleh taqarub kepada Allah, bukan cinta dunia dan harta benda. Artinya, sekalipun kita memandang irfan ini sebagai sebuah perantara dan fasilitas untuk membersihkan diri, kita sebenarnya telah terjauhkan dari jalan irfani.
Kriteria keempat, irfan Islami tidak pernah bertentangan dengan masyarakat. Orientasi irfan berpihak kepada masyarakat. Abu Sa’id Abul Khair pernah mengungkapka, “Arif adalah orang yang bersama masyarakat dan berada dalam masyarakat, tapi bukan dari masyarakat.” “Hiduplah bersama masyarakat, tapi janganlah seperti masyarakat.”
Kriteria kelima, segala sesuatu harus bergerak menuju suatu arah yang dapat memperluas ruang gerak manusia, bukan malah membatasinya. Segala sesuatu yang membatasi ruang gerak manusia berarti ia bukan irfan.
Kriteria keenam, kecenderungan ke arah keindahan. Tak satu pun aliran irfan di dunia ini yang memiliki kecenderungan kepada keindahan seperti irfan Islami. Segala sesuatu yang indah adalah menifestasi Allah.
Kriteria ketujuah, sastra yang sangat transedental. Artinya, arif berada dalam puncak sastra puisi dan prosa.