"...sempat pula kami kehabisan segala sesuatunya. Ibarat kami ini makan hanya nasi dengan garam sudah biasa..."
Ada kebijakan lain dari pemerintah untuk proses asimilasi para pendatang dengan orang lokal. Lokasi penempatan para pendatang (transmigran dari luar Papua) dan transmigran dari lokal (Pulau Papua) dibuat berselang-seling. Saling mengisi. Meski dalam implementasinya proses tersebut tak sepenuhnya berhasil. Para transmigran lokal cukup banyak juga yang tidak mampu bertahan dengan kerasnya daratan tanah kelahirannya.
Rata-rata para transmigran yang bertahan memilih mata pencaharian petani kebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kacang tanah adalah salah satu komoditas unggulan wilayah ini. Selain itu hasil kebun berupa sayur-sayuran berupa terong, timun, labu siam dan beberapa lainnya yang tahan cuaca panas bisa ditanam di wilayah ini. Di sisi lain para transmigran lokal lebih memilih tanaman tahunan untuk ditanam di kebun, sementara untuk memenuhi kebutuhan harian mereka mencari ikan atau kepiting di laut, atau mencari kerang di dasar sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H