Sebuah ketakutan besar yang memenuhi kepala Petronela bila tradisi pengasingan turun-temurun itu dilanggar, bila Petronela benar-benar harus dihukum, dijauhi keluarganya. Dijauhi masyarakat Petronela masih merasa bisa bertahan. Tapi dijauhi keluarga? Sungguh Petronela tak kuasa membayangkan hal itu. Bagaimana bila dia diusir dari rumah panggung itu? Bagaimana bila dia harus putus hubungan dengan keluarganya? Bagaimana dia harus menjelaskan pada anak-anaknya bila bertanya tentang kakeknya?
Membangun Bévak; Rumah Pengasingan
Saat itu, baru minggu ke-dua memasuki bulan April 2014, usia kehamilan Petronela telah mencapai umur sembilan bulan, sebentar lagi saat-saat menegangkan itu akan segera tiba. Suami Petronela didesak keluarganya untuk segera mempersiapkan diri membuat bévak, gubuk kecil sederhana yang akan menjadi ‘rumah tinggal’nya nanti selama beberapa hari ke depan bersama anak yang akan dilahirkannya.
Petronela pun juga berharap, bévak yang akan segera dibangun suaminya dapat segera selesai. Segera berdiri, sebelum keburu jabang bayi yang dikandungnya lahir ke dunia. Tidak ada alasan apapun bagi Petronela untuk mengharapkan segera terselesaikannya bévak itu, kecuali ketakutan yang sangat besar akan konsekwensi bila Petronela tidak ikut menjalankan tradisi ratusan tahun yang telah mendarah daging di masyarakat Etnik Muyu tersebut.
Eduardus pun bersegera membuat persiapan sederhana. Mengumpulkan daun-daun sagu untuk dikeringkan, mengukur dan memotong sisa papan yang disimpannya di bawah rumah panggung, dan mencari beberapa batang kayu berukuran sedang dan kecil untuk tiang dan kerangka panggung dan atap bévak yang akan dibangunnya nanti. Tak lupa beberapa ruas rotan yang disiapkan untuk tali pengikat daun-daun sagunya nanti.
Eduardus, dengan dibantu Poli Apai, kakak laki-laki Petronela, menjalin satu persatu daun-daun sagu yang telah dikeringkan, yang dipergunakan sebagai dinding, dan juga atap pelindung bévak. Sementara sisa papan yang telah dipotong rapi dipergunakan sebagai dasar lantai panggung bévak. Entah, apakah dinding dan atap dari jalinan daun-daun sagu itu bisa menahan hawa dingin hembusan angin wilayah Pegunungan Tengah?
Pada akhirnya berdirilah bévak itu! Rumah pengasingan yang sangat sederhana. Berukuran tak lebih besar dari 1,5 meter x 1,5 meter. Tidak tersedia fasilitas apapun di dalam bévak. Tidak tempat tidur, tidak meja, ataupun kursi. Bagaimana pula meubelair sederhana seperti itu bisa masuk dalam gubuk se”megah” bévak?
Sebenarnya bévak sederhana itu dibangun berjarak tak lebih dari 15 meter dari rumah kayu utama tempat Petronela dan saudara-saudaranya tinggal. Tetapi kondisi jalan tanahnya yang sangat licin, dan langsung berupa turunan, serta dibangun di tengah tegalan yang sepertinya tidak terurus, sungguh memerlukan perjuangan untuk mencapainya. Apalagi bagi Petronela, perempuan Muyu yang tengah mengandung sembilan bulan. Sembilan bulan!
Siang itu, Kamis, 24 April 2014, Petronela memakan dengan lahab papéda buatan suaminya. Dengan kuah ikan kesukaannya, bubur sagu itu terasa nikmat sekali siang itu. Dengan ditemani Eduardus suaminya, makan siang hari ini terasa sangat sempurna. Tiba-tiba saja Petronela merasakan sakit pada perutnya. Pengalaman Petronela sebagai seorang ibu dengan dua kelahiran sebelumnya membuatnya merasa yakin, bahwa sebentar lagi waktunya akan tiba. Dia harus bergegas!