AKSESIBILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pada saat ini telah ada satu Puskesmas yang berdiri di Distrik Bokondini, Puskesmas Bokondini. Puskesmas yang dikepalai oleh seorang putri daerah ini merupakan Puskesmas perawatan dengan kapasitas tiga tempat tidur. Menurut keterangan dokter Pobi Karmendra (27 tahun), Puskesmas Bokondini merupakan salah satu Puskesmas percontohan di Kabupaten Tolikara.
Lebih lanjut dokter PTT asal Padang Minangkabau yang masa baktinya habis pada tahun 2015 ini menjelaskan bahwa pada saat ini kondisi pelayanan kesehatan di Distrik Bokondini sudah jauh lebih bagus daripada sebelumnya. “Sejak dipimpin oleh Ona Pagawak, SKM ada perubahan pak. Mama Ona lebih transparan, membuat suasana kerja di Puskesmas lebih kondusif, semua dibicarakan secara terbuka…” jelas dokter Pobi.
Empat distrik! Suatu hal yang mustahil! Distrik adalah sebutan lain dari “kecamatan” di pemerintahan daerah di Jawa, tentu saja dengan paparan wilayah yang lebih luas dan lebih ektrem di Papua. Dalam satu distrik saja seringkali masyarakat cukup sulit untuk mencapai Puskesmas sebagai akibat topografi wilayah Bokondini yang bergunung-gunung. Empat distrik??? bener-bener pusing pala barbie.
Setidaknya ada dua Puskemas Pembantu (Pustu) yang menjadi kepanjangan Puskesmas Bokondini.“Ooo… Pustu ya pak? Ada dua Pustu, tapi… petugasnya gak pernah ada pak…,”terang Habibi. Sejatinya menurut catatan kepegawaian, Puskesmas Bokondini memiliki 26 petugas. Tetapi pada hari Rabu, tanggal 13 Mei 2015 saya mendapati hanya 9 orang petugas saja yang ada diPuskesmas. Semoga mereka sedang dinas luar atau kunjungan lapangan. Semoga.
Untuk pelayanan balita Puskesmas Bokondini menyelenggarakan satu Posyandu saja untuk seluruh wilayah kerjanya pada setiap bulannya. Posyandu yang diselenggarakan di Puskesmas Bokondini ini dilaksanakan pada minggu ke-dua yang dibuka menyesuaikan dengan hari pasaran. Pada pelaksanaan Posyandu terakhir minggu lalu setidaknya ada 30 balita yang datang dan berkunjung.
Pelayanan Posyandu mencakup timbang badan dan pemberian vaksin. Tidak ada Pemberian Makanan Tambahan (PMT) seperti pelaksanaan Posyandu di tempat lain. Menurut pengamatan saya, balita di Bokondini cenderung stunting (pendek), meski saya tidak bisa mengonfirmasi hal ini karena pencatatan pada KMS yang kurang baik. Tidak ada pengukuran tinggi badan, dan seringkali tanggal lahir dibiarkan kosong tak terisi.
Dalam pelaksanaannya, Posyandu dimobilisasi oleh kader kesehatan untuk menggerakkan masyarakat yang mempunyai balita. Sementara seluruh pelaksanaan Posyandu lainnya dilayani oleh petugas kesehatan. para kader kesehatan ini setiap bulan mendapatkan honor yang lumayan, Rp. 500.000,- setiap bulannya. Angka ini cukup fantastis dibandingkan dengan rekan-rekannya di Jawa yang setahu saya berada pada kisaran Rp. 15.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- setiap bulannya.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan, menurut dokter Pobi, Puskesmas juga melatih para kader untuk dapat memberikan terapi pengobatan. Perawat Puskesmas, Habibi, menambahkan bahwa hanya dipilih beberapa kader yang dinilai cakap dan pintar untuk dapat memberikan layanan pengobatan tersebut. Ahh… kita tidak sedang membahas UU Praktek Kedokteran dalam diskusi kali ini.