Mohon tunggu...
Syahroni Batik
Syahroni Batik Mohon Tunggu... Penulis - Sedang Belajar Agribisnis

Selain menulis artikel ilmiah, Tertarik juga menulis artikel-artikel ringan di media massa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Jejak Kesultanan Buton, Negeri Khalifatul Khamis

28 November 2020   13:31 Diperbarui: 28 November 2020   13:54 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdiri diatas benteng dengan view Kota Baubau (Dok. Pribadi).

Diakhir tahun 2018, saya berkunjung kesini bersama dengan teman-teman organisasi dengan tujuan untuk mengikuti salah satu kegiatan tahunan organisasi. Kami menyempatkan untuk berkunjung ke keraton Kesultanan Buton.

Pemandangan didalam keraton sangat kental dengan nuansa budaya buton, baik masyarakanya, penataan lingkungannya yang bersih dan dipenuhi tanaman bunga dan pagar-pagar khas yang sebagian terbuat dari susunan batu. 

Keraton Kesultanan Buton ini dikelilingi oleh benteng yang terbuat dari susunan batu seperti batu-batu tebing dengan ketebalan benteng sekitar 1 meter dan tinggi benteng yaitu antara 1 sampai 6 meter. Benteng karaton Kesultanan Buton berbentuk lingkaran dengan panjang keliling 2.740 meter.

Di dalam keraton terdapat beberapa peninggalan-peninggalan bersejarah seperti tiang bendera, meriam, masjid, aula, goa dan beberapa kuburan sultan. Penduduk yang tinggal didalam keraton lebih didominasi oleh keturunan bangsawan atau memiliki hubungan darah dengan sultan-sultan yang pernah memimpin Kesultanan Buton.

Beda halnya dengan Kota Baubau, walaupun letaknya masih didalam wilayah Kota Baubau, tapi suasana keraton sangat jauh dari bising, polusi, dan sampah yang disebabkan oleh kendaraan yang lalu-lalang. 

Jika kita berdiri diatas benteng keraton, kita akan disuguhkan dengan hamparan pemandangan Kota Baubau, bahkan terlihat laut yang dipenuhi kapal-kapal kecil nelayan yang lalu-lalang. Akan tetapi, kita harus hati-hati untuk berdiri diatas benteng ini, karena dikaki benteng terdapat batu-batu tajam yang siap melukai jika kita sampai terjatuh (hahahah...).

Berdiri diatas benteng dengan view Kota Baubau (Dok. Pribadi).
Berdiri diatas benteng dengan view Kota Baubau (Dok. Pribadi).
Didalam keraton juga terdapat meriam yang terbuat dari besi. Meriam ini terdapat di sela-sela benteng dengan jarak sekitar 2 meter antar meriamnya. Meriam ini hanya terdapat di benteng yang menghadap ke laut Sulawesi, konon hal ini dimaksudkan agar meriam ini dapat diarahkan dengan mudah ke kapal-kapal Belanda yang mendekat ke daratan Kota Baubau. Jika anda berkunjung kesini, anda bisa langsung menyentuh meriam ini tanpa larangan dari penjaga keraton.

Meriam di keraton Kesultanan Buton (Dok.Pribadi).
Meriam di keraton Kesultanan Buton (Dok.Pribadi).
Konon, tiang bendera yang ada didalam keraton ini yang merupakan tiang bendera yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun dan terbuat dari kayu. Tiang bendera tersebut memiliki 4 kayu penyangga yang kelihatannya sudah cukup tua juga.

Kita bisa berswafoto di tiang bendera tersebut sambil memegangnya dan jangan khawatir, walaupun kayunya sudah tua tapi masih cukup kuat untuk sekedar dipegang (hahaha..). Tinggi tiang bendera tersebut sekitar 7 meter, tapi agak bengkok. Letak tiang bendera ini tepat berada disamping masjid klasik yang memiliki nilai sejarah juga.

Tiang bendera keraton yang berdiri sudah lebih dari 100 tahun (Dok. Pribadi).
Tiang bendera keraton yang berdiri sudah lebih dari 100 tahun (Dok. Pribadi).
Masjid keraton juga memiliki nilai sejarah yang mempesona. Masjid ini dalam bahasa setempat disebut Masigi Ogena yang merupakan masjid tertua di Sulawesi Tenggara. Konon, Masigi Ogena dibangun pada 1712 M oleh Raja Buton ke IV yang menjadi sultan pertama.

Setelah memeluk Islam, beliau lalu merubah sistem pemerintahan kerajaan menjadi kesultanan pada tahun 1541 M. Beliau juga merupakan sosok peletak dasar-dasar pemerintahan berlandaskan Islam. Oh iya, nama Raja Buton ke IV ini yang kemudian menjadi sultan pertama Kesultanan Buton adalah Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis.

Masigi Ogena merupakan masjid tertua di Sulawesi Tenggara. (sumber: indonesiakaya.com)
Masigi Ogena merupakan masjid tertua di Sulawesi Tenggara. (sumber: indonesiakaya.com)
Jadi, sangat recommended jika anda berkunjung ke sini. Biaya untuk ke sini sekitar kurang dari Rp 100 ribu yang mencakup tiket masuk dan akomodasi.

Tapi jika anda dari luar Kota Baubau, anda bisa menggunakan kendaraan sepeda motor untuk satu daratan, kapal laut dengan biaya sekitar Rp 200 ribu, atau pesawat yang mendarat di Bandar Udara Betoambari Baubau  dengan biaya sekitar kurang dari Rp 2 juta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun