Mohon tunggu...
adjie noegroho
adjie noegroho Mohon Tunggu... -

19 tahun di tanah jawa, 3 tahun di tanah betawi, 11 bulan di tanah papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Orang Baik

30 Juli 2010   12:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebelum shalat jumat tadi, saya dan dua orang teman memetik karsen yang tumbuh di depan masjid. Pikir kami jika metiknya setelah jumatan pasti sudah habis dipetik orang duluan. Karena seperti itulah yang biasanya terjadi.

Saya pun beraksi, agak sedikit malu karena sudah lumayan banyak orang di masjid, tapi epenkah, saya pun melanjutkan panen karsen itu. Dalam waktu singkat saya sudah mendapat segenggam. Langsung saya lahap sendiri. Teman saya yang satu masih malu-malu dan hanya duduk di serambi. Sementara teman saya yang satunya lagi sudah menggapai ranting dan memetik buah karsen. Hanya dapat tiga butir. Dan apa yang dia lakukan. Dia tidak langsung memakan buah karsen yang didapatnya itu, tapi malah menawarkan kepada teman saya yang masih duduk. Dia memberikan sebutir karsen ukuran besar. Saya pun tak mau rugi lalu minta jatah juga, lalu saya diberi sebutir, ukuran besar juga dan sepertinya yang paling besar. Begitu buah karsen itu saya makan. Teman saya itu membuka genggaman tangannya, dan saya lihat buah karsen yang ditangannya itu ukurannya sangat kecil. Seperti tertampar saya pun tersadar. Betapa egoisnya saya, ketika mendapatkan segenggam karsen yang besar-besar dan ranum tapi hanya dinikmati sendiri tanpa mau berbagi. Sebaliknya dengan teman saya itu, meski hanya dapat tiga butir, dia masih terpikir untuk membaginya dengan yang lain dan dia sendiri rela mendapatkan bagian terkecil. Dan meskipun sudah memakan segenggam karsen, kenapa masih juga meminta jatah kepada teman yang mendapat sedikit karsen. Dasar rakus!

Saya benar-benar merasa malu dengan diri saya, ternyata saya termasuk orang yang egois dan rakus, seburuk itu kah saya. Meskipun saya rasa itu hanya tipis saja, tapi sudah cukup merusak kepribadian dan yang lebih parah lagi mungkin bisa menghancurkan suatu hubungan. Tapi semoga tidak  sampai yang demikian.

Saya sangat bersyukur memiliki seorang teman yang sangat baik seperti dia. Dan seperti yang pernah saya katakan kepada seorang teman yang lain, bahwa wajar jika orang yang baik itu disukai banyak orang.

Maka berusahalah menjadi orang yang baik agar disukai banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun