Mohon tunggu...
adjatwiratma
adjatwiratma Mohon Tunggu... Jurnalis, Guru

"Terus Bergerak Untuk Bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Livi

11 September 2019   15:19 Diperbarui: 11 September 2019   15:47 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan dan berita tentang Livi Zheng sudah banyak dan mungkin lebih lengkap. Namanya "melangit" setelah banyak diangkat media Nasional tentang perjalanan karirnya, makin jadi perbincangan saat ada pihak yang meragukan "klaim" perempuan muda itu atas segala prestasi yang dibanggakannya. Kritik bahkan ditujukan kepada Pers, yang terlalu mengangkat namanya karena dinilai biasa saja.

"Gaduh" tentang Livi adalah cermin masyarakat Indonesia hari ini, termasuk media didalamnya. Hari ini masyarakat sangat mudah menyanjung seseorang, tapi juga begitu mudah mencaci maki seperti tak ada arti. Banyak orang yang mudah terbawa isu, karena malas mencari tahu sendiri tentang sebuah kebenaran. Masyarakat yang "kepo" tapi juga gampang lupa. Terlebih di media sosial, dengan mudah sebuah berita viral dan jadi perbincangan, walaupun hal remeh temeh, dan terkadang bisa mengalahkan hal-hal besar, yang harusnya dipikirkan. Dunia instan saya menyebutnya, yang didalamnya berisi aneka rupa insane, berkumpul antara yang literasinya sudah baik serta mereka yang kalah pintar dengan handphone yang dipegangnya.

Simak saja komentar demi komentar pengguna media sosial menyoroti satu masalah atau yang ditulis di akun seseorang yang dia benci atau dia sayangi. Kata sanjungan berbarengan dengan kata-kata kasar tak pantas bahkan kurang sopan, mudah ditemukan. Yang demikian tentu bukan tidak mengerti masalah, tapi memang seperti itulah masyarakat maya kita hari ini. Kata-kata "sampah" seperti wajar diucapkan, tak ada lagi etika dalam bertutur kata.

Tidak berarti karena saya pernah mewawancarai Livi Zheng, dan pernah menyebutnya sebagai perempuan muda Indonesia inspiratif membuat saya jadi "pembela". Tapi coba kita mendalami alur pikir dan pihak-pihak yang selama ini menyoroti Livi. Apa benar dia pembohong ? Apa benar tidak ada inspirasi yang kita dapat dari dirinya ? Kenapa kita harus membecinya ? Dimana letak kesalahannya ? dan banyak pertanyaan lain yang mungkin juga menjadi pertanyaan pembaca.

Dalam sebuah acara televisi nasional, sebagai narasumber Livi Zheng duduk seperti sedang dihakimi, para penelis duduk dalam satu sudut pandang yang sama, kumpulan orang yang "tidak percaya" Livi. Tema hari itupun seolah menyiratkan satu pesan yang memojokan narasumbernya Belaga Hollywood. 

Bagi saya program "penghakiman" macam itu justru gak fair, selain ini tontonan nasional, juga siapa sih Livi ? adalah hanya warga sipil yang sedang meniti karir, bukan pejabat publik yang korupsi atau pengguna uang Negara. Apa pantas mendudukanya sebagai orang yang bermulut besar tanpa punya arti apa-apa ?. Tapi sudahlah, Livi sendiri hadir dalam acara itu atas kemauannya sendiri, dan untuk kepercayaan diri dalam menjelaskan setiap jawaban, serta mempertahankan pendapatnya, saya belajar dari Livi. 

Perdebatan soal Livi sebenarnya tidak perlu ada jika semua pihak punya persepsi yang sama, atau memahami persepsi dari sudut pandang LIvi sebagai orang yang mengalami dan menyampaikan pengalamannya. Cara pandang itu penting, karena akan menentukan alur pikir.

Jika saya berpikir bahwa film berkelas hollywood itu adalah seperti The Lord of The Rings : The Return of The King, atau film favorit saya Titanic, bisa saja kita menilai film karya Livi gak ada apa-apanya. Tapi jika kita melihat dari fakta pernah tercatat dan diseleksi dalam ajang Oscar, itu adanya. Apakah menang, bagus, atau film yang digarap sesuai selera penonton itu bahasan lainnya. 

Kita boleh saja tidak suka dengan dia, tapi juga tidak salah jika kita menjadi pengagumnya. Terlebih dalam dunia berkesenian, selera masing-masing orang berbeda. Bisa saja satu karya dikatakan baik, tapi juga buruk oleh yang lainnya.

Menjadi orang itu tidak bisa menyenangkan semuanya, orang boleh tidak suka dengan keberhasilan kita. Tidak ada yang melarang tergantung sudut pandang yang diambil. Soal kebanggaan seseorang pada diri dan pengalamannya, setiap manusia punya rasa dan kadar yang berbeda, Anda dan saya bisa lain drajatnya.

Menyoal tentang pengetahuan Livi dan hadir di kampus-kampus, kita bisa bertanya pada peserta yang hadir saat itu, apakah apa yang disampaikan Livi sebagai Narasumber ada manfaatnya, berkesan atau menyesatkan? soal penyataan : kesesatan dan ekosistem dunia perfilman yang rusak, sepertinya itu berlebihan. Masih banyak film-film yang diproduksi di dalam negeri dengan konten porno atau minim pesan pendidikan, kenapa itu tidak kencang disorot, dan rame-rame dihakimi?

Kita tidak boleh jadi manusia naif, kalau ada anak negeri besar dan sekolah di Luar Negeri, mau kembali ke Indonesia, kerja di Negaranya saja bagi saya sudah satu kelangkaan, karena ada banyak warga Negara Indonesia, kerja di luar negeri tidak kembali dan memilih terus berkarir disana. Ingat, Livi itu orang Indonesia, kenapa harus benci dengan anak bangsa sendiri.

Bagi para "senior" Livi harusnya merangkul "adiknya" bukan "membunuhnya". Belajarlah dari seorang Livi Zheng soal bagaimana proses Branding namanya yang dilakukan dengan sangat aktif. Di dunia ini banyak orang hebat, tapi tidak semua bisa terangkat, ada sebagian yang terangkat karena ditemukan, atau dia terangkat karena memperkenalkan diri.

Kita juga harus melatih pikiran kita untuk melihat setiap masalah dari sudut pandang lain, bukan meraka kita yang paling benar, dan yang lain salah. Budaya diskusi perlu dibangun dalam alam demokrasi yang dibalut semangat kekeluargaan. Kalau pun kita akan bersatu "membunuh" seseorang maka orang itu adalah para koruptor, yang makan uang rakyat, para pejabat yang tidak amanah. Waktu akan menjawab apakah Livi Zheng bisa konsisten dengan karirnya. Tak perlu kita meributkannya. 

Dan saya berharap, sebagai anak muda Indonesia, Livi tetap berkarir menjadikan kritikan, cacian, makian dan keraguan sebagain publik saat ini sebagai cambuk untuk menjadi lebih besar, lebih hebat dan sesuai dengan apa yang sering disampaikan, mengenalkan Indonesia ke dunia yang Internasional, semoga bukan hanya omongan saja tapi terwujud dalam karya. Karena hakikatnya sebagai anak bangsa kita semua yang hidup di Indonesia punya mimpi yang sama, menjadi besar dan bisa membesarkan nama Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun