Kita tidak boleh jadi manusia naif, kalau ada anak negeri besar dan sekolah di Luar Negeri, mau kembali ke Indonesia, kerja di Negaranya saja bagi saya sudah satu kelangkaan, karena ada banyak warga Negara Indonesia, kerja di luar negeri tidak kembali dan memilih terus berkarir disana. Ingat, Livi itu orang Indonesia, kenapa harus benci dengan anak bangsa sendiri.
Bagi para "senior" Livi harusnya merangkul "adiknya" bukan "membunuhnya". Belajarlah dari seorang Livi Zheng soal bagaimana proses Branding namanya yang dilakukan dengan sangat aktif. Di dunia ini banyak orang hebat, tapi tidak semua bisa terangkat, ada sebagian yang terangkat karena ditemukan, atau dia terangkat karena memperkenalkan diri.
Kita juga harus melatih pikiran kita untuk melihat setiap masalah dari sudut pandang lain, bukan meraka kita yang paling benar, dan yang lain salah. Budaya diskusi perlu dibangun dalam alam demokrasi yang dibalut semangat kekeluargaan. Kalau pun kita akan bersatu "membunuh" seseorang maka orang itu adalah para koruptor, yang makan uang rakyat, para pejabat yang tidak amanah. Waktu akan menjawab apakah Livi Zheng bisa konsisten dengan karirnya. Tak perlu kita meributkannya.Â
Dan saya berharap, sebagai anak muda Indonesia, Livi tetap berkarir menjadikan kritikan, cacian, makian dan keraguan sebagain publik saat ini sebagai cambuk untuk menjadi lebih besar, lebih hebat dan sesuai dengan apa yang sering disampaikan, mengenalkan Indonesia ke dunia yang Internasional, semoga bukan hanya omongan saja tapi terwujud dalam karya. Karena hakikatnya sebagai anak bangsa kita semua yang hidup di Indonesia punya mimpi yang sama, menjadi besar dan bisa membesarkan nama Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H