Mohon tunggu...
Adiyasa Prahenda
Adiyasa Prahenda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penggemar film dan musik saat ini, Sering review mobil baru dan Sekali-kali menjadi Driver Uber dan kontribusi di beberapa media. Sesekali melihat dunia luar ketimbang terkungkung di sebuah ruangan dengan idealisme sendiri atau bos.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahakam Bagaikan Medan Perang

19 September 2011   14:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kericuhan terjadi di SMAN 6  jakarta tadi siang membuat sebuah permasalahan baru yang sungguh memalukan insititusi pendidikan. mengapa hal yang dianggap masalah kecil menjadi sebuah hal yang besar kalau saja mereka para siswa dan wartawan saling meredam emosi dan ego mereka masing-masing. ini sebenarnya dimulai dari kejadian tawuran antar SMA yang melibatkan SMAN 6 salah satu dari yang ikut tawuran dan saat itu juga ada wartawan trans 7 sedang meliput tawurann berlangsung dan itupun membuat berang siswa SMA 6 dan merampas kaset dari wartawan trans 7 tersebut. KERICUHAN BERAWAL DARI PROTES proets pun berlanjut ke pengaduan ke kepala sekolah SMA 6 yang bersangkutan dan selama 3 kali kedatangan tidak ada yang merespon dan mereka (wartawan). memilih jalan sendiri yaitu melakukan protes di depan gerbang SMA 6 dengan cara meliput di SMA 6 dan menginjak grbang sma 6 tersebut. dan para siswa SMA 6 pun langsung berang dengan sendirinya karena mereka tidak suka diliput. bahkan mereka lansung memaki para wartawan karena dengan arogannya merekam dan meliput tanpa izin. akhirnya emosi wartawan pun pecah akibat omongan dan teriakan dari siswa SMA 6 yang mengatakan "turun kamu disana", " tunjukkan etikamu" dan kontras pun langsung dibalas dengan "awas kamu, saya tuntut kamu". EMOSI SELALU DIPAKAI MENJADI SEBUAH SENJATA, karena itulah kelomopk yang vertikai satu sama lain menggunakan emosi mereka lebih dari sebuah hal yang sia-sia, kenapa ? ya karena mereka semua akhirnya beradu emosi satu sama lain dan akhirnya kita juga yang merugi sekali kan. dis satu sisi kita sebagai para wartawan yang bertugas merasa sangat tertekan dengan pekerjaan yang penuh deadline ini dan belum ditambah masyarakat kita maish mengaggap wartawan=pembuat onar=pembalik fakta dll. dan ini pun jadi sebuah faktor yang mendukung bahwa masyarakat kita masih didoktrin oleh pernyataan diatas dan disamping itu juga para siswa SMA 6 juga masih dalam keadaan emosi labil dan saya juga merasakan itu juga bagaimana seorang mengusik kehidupan kita dan merasa emosi karean ada yang mengungkitnya. dan ini juga yang dirasakan oleh anak SMA 6 dan mereka gak mau diangkat lagi masalah tawuran yang menjadi "BUDAYA" mereka tersebut bahkan terkesan ditutupi saja. dan mereka menganggap dengan mereka masuk dalam media apapun telah mencoreng nama mereka dan sekolah mereka juga akibat ulah si wartawan ini. apalagi sih, yang mereka cari mereka hanya mencari makan dan berlindung di bawah undang-undang yang berlaku di negara ini dan mereka bisa menjadi gitu karena kita saja yang tidak respect dan terciptalah budaya membenci wartawan ini. MENGHARGAI LEBIH PENTING DARIPADA ADU OTOT DAN MULUT inilah yang terjadi di pendidikan kita yang tidak bisa menghargai sebuah kerja keras yang sungguh sungguh sekali cuman berbekal otot dan mulut mereka hanya memaki dan pantas saja ada yang langsung tersulut apinya. dan para siswa ini terutama mereka yang emsosi masiih labil langsung panas mendengarnya. hei, kalian belajarlah menghargai sebuah proses kalian memang tak diajarkan di SMA kalian. dan untuk para wartawan selebihnya harus bisa menjaga emosi karena yang dihadapi bukan macam orang yang sudah dewasa tapi masih dalam tahap mencari jati diri mereka. itulah realita di Mahakam yang bergejolak hari ini. makasih buat http://monkeydonkeyrules.blogspot.com yang udah buat opini tentang mahakam ini dan saya membuat dari kacamata saya sendiri seorang mahasiswa bukan siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun