Mohon tunggu...
ADIYANA ADAM
ADIYANA ADAM Mohon Tunggu... Editor - Dosen IAIN Ternate

Dosen IAIN Ternate,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hadiah Nobel untuk Pak Ngainun

23 Januari 2022   19:08 Diperbarui: 24 Januari 2022   09:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Adiyana Adam

Pertama kali mengenal ” Pak Ngainun Naim, sekitar tahun 2017 dalam acara Workshop penelitian Litapdimas  (penelitian, publikasi ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat,) yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI . Saat  pertama bertemu, penulis belum terlalu mengetahui sosok pak Ngainun. Karena memang saat workshop dilaksanakan yang penulis tahu  pak Ngainun adalah seorang Ketua LPPM  IAIN Tulung Agung ( sekarang UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)

Pada suatu saat, kami bertemu di media Sosial Facebook, Pak Ngainun saat itu menceritakan tentang kelas menulis online. Rasa tertarik dengan kegiatan ini, penulispun menghubungi pak Ngainun yang kebetulan  kami berada pada satu grup penelitian PTKI. Penulis sempat bertanya  tentang kegiatan Pak Ngainun yang saat itu menjadi Mentor Kegiatan Menulis pada salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam

Awalnya  penulis berkeinginan bergabung dengan penulis lain dalam sebuah grup menulis online  yang di bentuk oleh Pak Ngainun, tetapi beliau menyarankan agar penulis bersama teman-teman dari IAIN Ternate membuat sebuah grup menulis online tersendiri, maka jadilah  Tiga  grup menulis yang diberi nama grup “ Belajar Online 1, “Antologi Ibu”  dan”  Grup Writer and Editing”. Dari beliaulah Penulis memiliki motivasi untuk menulis. Hal ini terbukti dengan keikutsertaan Penulis menulis dalam beberapa  buku yang dilahirkan dari dua grup menulis diatas.  Memang bukan penulis utama, karena buku yang ditulis terdiri dari beberapa penulis  . Walaupun demikian, tetap saja hal tersebut merupakan suatu kemajuan bagi penulis, daripada tidak pernah menulis. Hal yang cukup membanggakan adalah buku yang diterbitkan pertama kali dari hasil kolaborasi penulis bersama teman -teman berjudul “JEJAK LITERASI DARI TERNATE”.

Terjadinya buku antologi ini tidak dengan serta merta ada, tetapi penuh dengan perjuangan, karena  sebagian besar yang menulis dalam buku ini adalah baru pertama kali terlibat dalam penulisan free writing. Begitu kuat dan bersemangatnya Pak Ngainun dalam memotivasi maupun mengajari penulis dan kawan-kawan . Menulis itu kapan saja bisa, dan tulislah apa saja !. begitu selalu kata pak Ngainun kepada  kami. Menulislah selama 15 menit. Nanti kalo ada kesempatan menulis lagi. Begitu seterusnya.!  Ini yang selalu terbawa dalam ingatan penulis dimanapun penulis berada. Meskipun disadari sebagai pemula dalam menulis, penulis sangat kesulitan dalam memulai menulis.

Ngemil... kata  ini yang sering pak Ngainun sampaikan. Artinya dalam menulis  tidak perlu langsung jadi tetapi sedikit  demi sedikit tulisan dikumpulkan hingga akhirnya menjadi suatu naskah yang siap di bukukan.

Satu hal yang tidak pernah penulis lupa, bahwa beliau mengajarkan penulis untuk selalu  menulis didalam Blog pribadi, selain bisa dijadikan sebagai Porto folio online , juga  bisa membangun  jaringan sesama penulis, dan yang paling penting  blog pribadi adalah tempat mengasah kemampuan menulis. Dari pengalaman ini penulis kemudian meneruskan ke mahasiswa dan Alhamdulilah sampai saat ini tugas –tugas mahasiswa semuanya di buat melalui blog mereka masing-masing.

Dalam kelas menulis online, motivasi pak Ngainun selalu membakar semangat kami, tak henti-hentinya  , beliau selalu mengajak kami untuk tetap optimis  menulis.  Ada  beberapa  keuntungan  dari menulis yang disampaikan pak Ngainun dalam satu kesempatan mengisi kelas belajar online . Diantaranya 1) menulis dapat membangkitkan ide, 2). Membantu mengorganisasi gagasan dengan konsep; 3). Menulis dapat membuat jarak antara penulis dengan gagasan-gagasan  sehingga tulisan hendaknya dikoreksi dan dievaluasi; 4). Menulis membantu  menyerap dan mengolah informasi;5). Menulis dapat membantu menyelesaikan masalah; 6). Menulis menjadikan pembelajar aktif. Pendapat yang dituliskan mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya.

Catatan Pak Ngainun di atas telah menjadi pedoman penulis, sekaipun sampai saat ini penulis masih merasa kesulitan dalam menentukan pokok pikiran dalam menulis.

2022-01-24-11h31-00-61ee14b54b660d3067306f02.png
2022-01-24-11h31-00-61ee14b54b660d3067306f02.png
            Pada suatu kesempatan , penulis  juga mengikuti webinar literasi yang di selenggarakan oleh salah satu IAIN, dimana salah satu narasumbernya adalah Pak Ngainun. Tema yang dibawakannya adalah  LITERASI DI MASA PANDEMI: Ikhtiar Tetap Produktif bagi Akademisi. Dari materi webinar ini, Pak Ngainun memberikan motivasi bahwa di masa pendemi Covid-19 adalah peluang besar untuk mulai menulis.

            Pak Ngainun tidak hanya menjadi spirit of Literasy, tetapi karya- karya beliau  tentang literasi  banyak yang dipedomani.bukan saja dari kalangan PTKI tetapi pada kampus umum atau dunia akademik lainnya pun sangat  dikenal , ini terbukti karena penulis pernah bersasma-sama beliau dalam grup menulis bersama Dr. Hj. Amie Primarni, seorang penulis handal yang telah banyak mencetak berbagai buku. Terdapat juga Bapak Muhammad Choiri seorang mentor menulis pada grup SAHABAT PENA KITA. Dari Pak Ngainun ,penulis bisa bertemu dengan narasumber handal yang sangat terkenal meskipun secara online.

Dalam grup menulis yang diadakan melalui media telegram  yang terhimpun dalam ”  Kelas Menulis Buku Daring “ penulis beserta teman –teman di seluruh Indonesia tergabung didalamnya. Dari kelas menulis ini, kami mencetak sebuah buku antologi dengan judul :” DARI KELAS MENULIS MENUJU MAHAKARYA” Penulis sangat bangga  dengan diterbitkannya buku ini, karena diantara nama –nama penulis  terdapat  nama- nama yang sudah terkenal dalam bidang literasi seperti mereka bertiga diatas.

Semangat literasi  Pak Ngainun membuahkan hasil, jika pada awal kami bertemu penulis sudah menyapa beliau dengan sebutan Pak Prof. Pada saat itu beliau belum meraih Guru Besar professor, tetapi bagai penulis, panggilan  professor ke beliau merupakan penghargaan karena telah mengajarkan penulis tentang bagaimana memanfaatkan waktu untuk menulis.

Semua jerih payah pak Ngainun telah terjawab, Pedikat Guru Besar ( Profesor)  telah disandangnya. Bagi penulis predikat ini memang sangat layak untuk di peroleh  Pak Ngainun. Kiprah beliau dalam dunia Literasi sudah sangat terkenal dan patut mendapat penghargaan, jasa beliau sebagai mentor sekaligus motivator dalam dunia menulis sudah tidah bisa lagi dinilai dengan penghargaan apapun . Gelar Profesor  adalah Apresiasi Akademik yang di peroleh Pak Ngainun  dari Pemerintah, tetapi rasanya masih ada yang kurang  jika penulis dan teman-teman lainnya yang pernah mendapatkan ilmu dari beliau tidak memberikan penghargaan apapun.. Pak Ngainun  berhak dan layak mendapatkan  hadiah Nobel  dalam dunia literasi....

Selamat  kepada Pak Prof.Dr Ngainun Naim atas gelar Guru Besarnya Teruslah menjadi motivator  kami dalam dunia literasi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun