Mohon tunggu...
Muhammad Adiyaksa Putra
Muhammad Adiyaksa Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 ILMU HUKUM UNPAS

Belajarlah untuk mendapatkan kemuliaan dan keberkahan. Menulislah agar kamu dikenang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kritik dan Dinamika Persoalan HMI

10 Maret 2021   17:06 Diperbarui: 10 Maret 2021   17:16 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Muhammad Adiyaksa Putra

Himpunan Mahasiswa Islam atau yang biasa kita kenal sebagai HmI merupakan salah satu organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia. HmI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H yang bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947. Pendirian HmI diprakarsai oleh Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam yang sekarang dikenal sebagai Universitas Islam Indonesia. Beberapa tokoh yang terlibat diantaranya Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (Palembang), Maisaroh Hilal (Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Ghozali (Pendiri PII-Semarang), Mansyur Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Zulkarnaen (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), dan Bidron Hadi (Yogyakarta).

Dasar pembentukan ini dilandaskan karena beberapa faktor yaitu mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. HmI merupakan organisasi mahasiswa islam dengan semangat pembaharuan dan sebuah komitmen besar tentang Islam, Ke-Indonesiaan serta arti perjuangan ideologi bangsa, Ruh ini tentunya menjadi kebanggaan bagi setiap kader HmI selaku insan akademis dalam memperingati milad ke-74 tahun yang bertepatan pada tanggal 5 Februari 2021. Untuk mewujudkan cita-cita HmI tentunya harus didorong oleh semangat patriotisme setiap kader HmI pada masa sekarang sebagai wujud penghormatan kepada para pendiri HmI.

Inilah yang menjadi keunikan kader himpunan mahasiswa islam bila kita kaji secara lebih mendalam. Ia menempatkan unsur utamanya yaitu sebagai lokomotif perjuangan dan spirit pembaharu islam dalam khitah HmI. Berbagai dinamika internal yang terjadi didalam eksosistem organisasi tersebut menjadikan suatu proses pembelajaran dan pendewasaan diri. Proses peng-gemblengan secara masif dan berkelanjutan menjadi komoditi awal guna membentuk potensi yang mampu bersaing sesuai dengan tantangan zaman.

Jangan heran bilamana mahasiswa yang sudah berkecimpung dalam wadah ini akan membentuk kepribadian yang mandiri, memiliki nilai semangat keislaman serta kemampuan untuk memetakan permasalahan yang ada. Didalam mukkadimah HmI sendiri begitu rigitnya untuk menentukan dan memilih siapa yang layak untuk dijadikan sebagai kader. Mulai pada tahap proses rekuitmen seperti input kader yang memiliki integritas pribadi, bersedia melakukan peningkatan dan pengembangan diri secara berkelanjutan, memiliki orientasi pada prestasi dan memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin, Memiliki komitmen terhadap dan tanggung jawab moril terhadap kemajuan organisasi.Pandangan futuristik dan kecepatan menangkap isu sosial menjadi guiden/dasar bergerak HmI guna mengasah kepekaan terhadap realitas lingkungan. Sikap Indenpendensi dan wawasan intelektual yang dimiliki HmI akan terus bertransformasi dalam watak profesionalisme sehingga Ketika lulus kader HmI sangat siap untuk ditempatkan dalam posisi strategis.

Berbagai wacana, ide dan gagasan terlontarkan pada setiap kader yang memiliki naluri kritis dan tentunya, hal ini dilatar belakangi dengan berbagai disiplin ilmu. Maka tidak heran bila kader HMI selalu ikut berpartisipasi aktif dalam forum diskusi, baik wacana ekslusif tentang paradigma alternatif atau solusi perubahan terhadap Indonesia. Tentunya peristiwa ini sudah ter-aktualisasikan dalam proses mengawal pemerintah baik dalam rezim Soekarno hingga saat ini. Hal ini menjadi heritage dari sang pionir seperti lafran pane dan 14 temannya untuk menurunkan seluruh ilmunya tentang ke-Indonesian, ke-islaman dan kemahasiswaan yang terangkum dalam materi di Himpunan Mahasiswa Islam kepada adik-adik mahasiswa.

Cerita singkat Euforia Sejarah dalam pergolakan HmI

"Tak kenal maka tak sayang!" inilah peribahasa yang harus ditanamkan kepada setiap kader untuk mendalami euforia pergolakan HmI dari masa kemasa. Tentu harapan ini tidak menjadi sandaran mutlak bagi para kader untuk menglorifikasi sejarah eksistensi hmi kepada seluruh masyarakat. Benar bahwa hmi ikut terlibat dalam pusaran geopolitik Indonesia, tetapi banyak element-element dari lapisan masyarakat pula yang ikut andil dan berjuangan demi menacapkan Kembali kemerdekaan Indonesia yang telah direbut oleh kolonialisme.

Konsolidasi masa mahasiswa yang beragama islam yang melihat bahwa kondisi saat saat itu masyarakat mengalami kejumudan berfikir,dan memiliki sikap pasrah diri tanpa melakukan perlawanan, seperti dikatakan Tan Malaka  bahwa masyarakat pada saat itu masih berfikir magis, atau mengutip perkataan dari Paulo Freire dalam bukunya Pendidikan kaum tertindas, bahwa kesadaran magis ini menyebabkan ketertindasan. Akhirnya mau tidak mau kesadaran koletif para mahasiswa yang berlatar belakang islam akhirnya mendirikan hmi

Konsekuensi ini terus belangsung pada saat hmi mengangkat laras Panjang untuk mengusir parasit yang menggrogoti tubuh bumi pertiwi. Dengan keikut sertaan itu panglima Angkatan perang jendral Sudirman dalam pidatonya ulang tahun HmI yang pertama memberi sambutan pada peringatan tersebut atas nama pemerintah Republik Indonesia. Jenderal Sudirman selain mengartikan HMI sebagai Himpunan Mahasiswa Islam, HMI juga diartikannya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia. Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, HMI juga diartikan sebagai Harapan Masyarakat Islam Indonesia.

Selama 13 tahun berdiri perlu adanya usaha-usaha untuk memperkokoh dan terus memperlihatkan taringnya. maka dibutuhkan pembinaan dan pengembangan organisasi secara internal dengan disahkannya atribut HMI seperti lambang, bendera, muts, hymne HMI, Merumuskan tafsir asas HMI, Pengesahan kepribadian HMI, Pembentukan Badan Koordinasi (BADKO) HMI, Menentukan metode pelatihan (Training) HMI., Pembentukan lembaga-lembaga HMI di bidang ekstern dan beberapa perubahan lainnya. Tentu modernisasi ini diharapkan sebagai modal semangat hmi untuk tetap aktif dan terus mengamalkan kualitas insan citanya.

Dilain hal terjadi kecemburuan besar dari pihak eksternal yaitu pki karena mereka melihat HmI mampu menghimpun dan menyatukan berbagai sudut pandang pikiran yang berbeda. Julius Pour dalam bukunya, Gerakan 30 September, mengatakan, Ketua CC PKI DN Aidit saat itu bahkan saat itu ikut membuat 'panas' para pemuda CGMI untuk membubarkan HMI. Dalam sebuah pidato di hadapan para aktivis CGMI, Aidit meminta CGMI membubarkan HMI bila pemerintah tidak membubarkan organisasi yang lekat dengan warna hijau hitam itu.

"Kalau pemerintah tidak mau membubarkan HMI, jangan kalian (CGMI) berteriak-teriak menuntut pemerintah pembubaran HMI. Lebih baik kalian bubarkan sendiri," ancam Aidit saat itu.

"Dan kalau kalian tidak mampu (membubarkan HMI), lebih baik kalian jangan memakai celana, tukar dengan kain sarung perempuan," seloroh Aidit dalam buku karya Julius Pour itu

Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam (GEMUIS) yang terbentuk tahun1964 membentuk Panitia Solidaritas Pembebelaan HMI, yang terdiri dari unsur-unsur pemuda, pelajar, mahasiswa Islam seluruh Indonesia. Bagi umat Islam, HMI merupakan taruhan terakhir yang harus dipertahankan setelah sebelumnya Masyumi dibubarkan. Kalau HMI sampai dibubarkan, maka satu-persatu dari organisasi Islam akan terkena sapu pembubaran.

Ternyata HMI tidak dibubarkan, bahkan dengan tegas Presiden Soekarno mengungkapkan dalam pidatonya: "Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kehidupan organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu menjadi kontra revolusi umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya. Demikian pula kalau CGMI menyeleweng menjadi kontra revolusi juga akan kububarkan".

Karena gagal usaha untuk membubarkan HMI, maka PKI sudah siap bermain kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah, maka meletuslah Pemberontakan G 30 S/PKI 1965.

Tantangan era orde baru dimulai Ketika PKI dibubarkan karena dianggap sebagai organisasi terlarang oleh Soeharto, HmI ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan.konteks ini  tediri atas dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, partisipasi kader hmi  dalam merumuskan konsep-konsep dari beberapa pemikiran serta berpartisipasi secara langsung dalam  pembangunan.

Tetapi dibalik itu semua kebijakan soeharto sudah mulai berbelok arah. dimana kebebasan akademik atau kritik keras terhadap rezim tersebut diawasi secara ketat oleh para penguasa dengan menugaskan bawahannya. Praktik KKN keluarga Cendana menjani tontonan public,control militer yang begitu absolut membuat masyarakat tidak mampu bergerak secara bebas. Kejumudan ini harus dihilangkan dengan semangat pembaharuan islam Tatkala cendikiawan muslim Nurcholis Madjid atau biasa disapa Cak Nur menyampaikan suatu topik tentang Keharusan Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam Dan Masalah Integrasi Umat.

Pada fase reformasi ini menjadi suatu titik baru pemulihan demokrasi, bila berkaca pada barat periode ini disebut sebagai abad pencerahan / Auflkarung. Dimana Mimbar akademis Kembali dihidupkan,forum-forum diskusi mahasiswa mulai terdengar,militerisasi sudah mulai tumpul, dan yang terpenting adalah senjata bukan bukan sarana solusi untuk meredahkan konflik horizontal.

Degradasi perilaku kader HmI

Persoalan diabad ke-21 ini adalah dimana anak kandung modernisme mulai melahirkan watak Borjuis, feodalis,otoriter dan hal yang bersifat instan. Apalagi hedonism menjadi jubah dan budaya baru bagi kaum milienial, terlebih khusus kepada kader HmI. pasca Reformasi tokoh-tokoh pergerakan dan intelektual HmI mulai menikmati jabatan-jabatan strategis. Ada yang mengisi di sektor Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. Pengkultusan jabatan serta penuhanan terhadap uang menjadikan kader HmI cenderung berfikir pragmatisme. Dalam wacana tertentu pola kaderisasi sudah mulai dipolitisir dengan untuk kepentingan senior-senior untuk mendapatkan elektabilitas suara.

Sistem feodalisme mulai dimunculkan dimana orang terdekat yang tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas serta tanggung jawab dijadikan sebagai pemimpin organisasi. Sedangkan kader yang memiliki kualitas dengan usaha yang sistematis, terarah dan meiliki kepribadian kader sebagai insan cita disingkirkan.  Tidak heran jika kualitas kepengurusan begitu bobroknya sehingga tidak mampu melahirkan gagasan apapun demi umat dan bangsa. Kultur literasi dan dialektika mulai dihilangkan, Pendidikan mental serta pendalaman nilai keislaman hanya sekedar procedural, yang terpenting adalah dogma politik sudah tersampaikan tanpa ada makna yang mendalam. Motivasi ini menjadi status quo dan sangat sulit dirubah.

Dalam situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini,banyak masyarakat yang mempertanyakan keberadaan mahasiswa, dimana saat ini kalian yang dikatakan sebagai agent of control, atau seperti yang jelaskan oleh soekarno yaitu sebagai penyambung lidah  antara pemerintah   dengan rakyat. Apakah kalian sudah lupa dengan peran kalian? atau justru kalian sudah asik bercengkrama dengan para elite politik . kita perlu mengrefleksikan diri atas tindakan dan perilaku sesuai dengan tujuan HmI didalam pasal 4 AD: "Terbinanya insan akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil Makmur yang diridhai allah SWT.

Transisi dan komitmen perjuangan

Pijakan utama dari persoalan ini adalah bagaimana akhirnya komitmen seluruh kader HmI yang berada di tingkat permukaan hingga akar rumput secara sadar dan peka bahwa organisasi ini  harus Kembali pada komitmen awal, yaitu komitmen keislaman  dan kebangsaan. Tantangan globalisasi dan arus informasi menarik keras kader-kader untuk bersikap objektif dan cenderung pada kebenaran. Pandangan holistik, saling terhubungan dan tidak ada kotomisasi dalam menganalisa hingga memformulasikan harus berorientasi pada perubahan sosial. hal ini tentu dilandaskan pada nilai-nilai ilaihi sebagai manifestasi tuhan. Menurut penulis persoalan kali ini tidaklah mudah kita dihadapkan pada problematika ke-Islam-an, ke-Indonesia-an, demokrasi, politik Islam, kemanusiaan universal.peradaban  

Dalam konteks keislaman sendiri, mulai ada ekspanasi besar terhadap pemikir fundamentalisme, islam radikal, islam terorisme, liberalisme, sekulerisme, sektarianisme dan beberapa gerakan orientalisme barat dalam menghegomoni budaya timur dan islam. peristiwa ini terlalu besar hingga berdampak pada pecahnya umat islam saat ini.

Dalam konteks Keindonesiaan saat ini,mulai bermunculan ideologi-ideologi yang ingin menghancurkan Pancasila sebagai falsah hidup, contohnya seperti komunisme yang mulai lahir Kembali,gerakan separatis atas nama kelompok tertentu untuk memisahkan diri dari Negara kesatuan republic Indonesia , pembentukan kekhalifahan sebagai alternatif penyatuan umat muslim Indonesia bahkan dunia, yang didasarkan pada Gerakan subeversif dan menghalalkan peperangan.

Dalam konteks demokrasi, berdasarkan hasil survey LP3ES setidaknya ada beberapa kemunduran dari demokrasi seperti sistem Oligarki politik:  penumpukan kekuasaan dan kekayaan di tangan segelintir elit merupakan satu hal yang dilihat sebagai masalah demokrasi lainnya. Elit yang kaya dan berkuasa ini menggunakannya untuk membeli suara dalam pemilu sehingga mereka yang terpilih belum tentu merupakan refleksi suara rakyat. Termasuk oligarki di tingkat lokal. lalu Oligarki media: penguasaan media masa oleh segelintir orang saja yang sebagian di antaranya adalah politisi dinilai sebagai masalah lain yang melemahkan fungsi media sebagai anjing penjaga demokrasi. Selain itu berkenaan dengan Netralitas: ada dilema di kalangan ASN karena meskipun mereka secara aturan mereka diharuskan untuk netral namun pada praktiknya seringkali justru diminta untuk mendukung incumbent. Keikut sertaan Buzzers dan cyber troops: para pelaku manipulasi opini publik untuk tujuan politik. Mereka tidak menyatakan bahwa mereka dibayar untuk penyebaran opini itu. Dan terkahir adalah Lemahnya perlindungan terhadap data pribadi, bahkan banyak kasus peretasan data pribadi dialami oleh mereka karena aktvisme politiknya.

Dalam konteks kemanusiaan sendiri banyak pelanggaran HAM terjadi di Indonesia, beberapa diantaranya seperti diskriminasi terhadap warga papua, mimbar akademik mulai mengalami ancaman, kebebasan berekspresi dibungkam, tindakan represif dan subversive yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap masyarakat yang menutut keadilan.

Inilah tantangan yang menurut penulis lebih realistis dan harus segera dilakukan oleh himpunan mahasiswa islam. HmI sebagai muslim Intelegensia harus kembali membentuk integritas watak dan keperbadian yang terarah. Dia dituntut kembali untuk mampu menterjemahkan dan memformulasikan konsep secara professional dan mengaktualisasikan dalam gerakan sosial. Tentu hal ini merupakan relasi yang kuat dengan fakta kejadian di lingkungan sekitar. Bagaimana HmI hadir bersama rakyat sebagai jalan tengah mencari solusi terhadap problematika ke-Islam-an, ke-Indonesia-an, dan ke-umatan. Sesuai dengan background penulis yang berlatar belakang hukum, wadah yang bernama LKBHMI menjadi tempat mahasiswa islam yang kuliah di fakultas hukum untuk mempraktikkan teori-teori yang ada dan mengimplementasikan melalui jalur-jalur bantuan hukum (advokasi) terhadap kasus pelanggaran HAM. Selain itu penyadaran Hak-hak yang diatur dalam UU HAM harus di jelaskan secara sederhana agar tidak ada pelecahan Hak asasi dan outputnya adalah mereka berani bersuara dan melaporkan sebagai tindakan nyata kepada pihak yang berwewenang.

DAFTAR PUSTAKA:

Sejarah HmI Agus Salim Sitompol

"LP3ES: Ada 31 Masalah Demokrasi di Indonesia"

Gerakan 30 September: pelaku, pahlawan & petualang Julius pour

https://yakusaaa.blogspot.com/2017/11/fase-fase-sejarah-perjuangan-hmi.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun