Mohon tunggu...
Hardiansyah Hamzah
Hardiansyah Hamzah Mohon Tunggu... Arsitek - @hardiansyah_mr

Arcthinking

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Surat untuk Bapak Prabowo

13 April 2019   23:25 Diperbarui: 14 April 2019   12:53 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk Bapak Prabowo,

Ini adalah pandangan pribadi saya saat menyaksikan bapak di tv, di media, baik itu secara live ataupun rekaman , dan juga saat berpidato dan berdebat yang baru saja usai, karena memang saya belum pernah bertemu dengan bapak sehingga penilaian ini adalah murni berdasarkan pengamatan saya dari apa yang saya lihat.

Debat Pemilihan Presiden 2019 dalam kemasannya sebagai wadah untuk aktualisasi pikiran, pernyataan sikap, penyampaian visi misi, pandangan terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar kita, semuanya untuk satu tujuan, yakni berperan mengemban amanah dan menjadi yang terpantas sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019.

Sesuai judul tulisan ini arahannya hanya pandangan soal personal gestur atau kalimat refleks yang katanya bisa terpengaruh dari alam bawah sadar kita, atau pembawaan diri yang kemudian menjadi watak kepribadian. Berulang kali bapak meyakinkan pendengar bahwa Kita harus membuka mata kita akan keadaan bangsa sekarang ini, mereka yang sering turun dilapangan, mereka yang sering berkeluh kesah , mereka rakyat kecil termasuk saya, benar -- benar paham dan memang ada bagian bangsa kita yang harus digebrak perubahannya untuk melawan Korupsi, Kebocoran anggaran, dan Kepentingan asing yang bapak sering jelaskan. 

Untuk Bapak Prabowo pada saat bapak menjelaskan hal tersebut, penyampaian bapak 'terlakukan secara menggebu -- gebu, secara emosional tinggi, ada juga kemasan menggebrak meja secara visual terlalu berlebihan , dan penggunaan kata salah, anda salah, kita semua salah, kalimat negatif lainnya. Bapak pernah bilang intinya seperti ini ''maaf suara keras suara saya ini setengah banyumas, setengah minahasa, kalau Banyumas itu batak nya orang jawa''. 

Saya tau orang batak itu nada bicara tinggi tapi bukan berarti nada tinggi itu hal yang negatif, saya juga tau orang Makassar juga nada bicara tinggi , dan orang dari daerah beraneka ragam lainnya, tapi saya tau 'katong' semua bersaudara niat kita semua baik dan tulus untuk 'Satu Indonesia'. Tapi ada perbedaan antara nada tinggi, gestur keras, watak keras yang disandingkan dengan penyampaian emosional tinggi. Sebagai contoh, substansi penyampaian dapat terkaburkan karena saat dilakukan baik itu berpidato ataupun berbicara, terselipkan kalimat negatif. Saya analogikan saat seorang anak sebatang kara berjalan sendiri dan ternyata anak itu berjalan salah arah, salah orientasi, sebagai orang tua apakah kita akan menyalahkan anak itu?, memarahi anak itu?, mengeluarkan kalimat negatif terhadap anak itu ?.

 ''Nak kamu salah! , itu jalan yang salah!'' ,. Anak kecil itu sudah salah jalan dimarahin lagi, nangiskan.  Coba bandingkan dengan  ''Ayo nak!, jalan yang benar lewat sini, itulah jalan yang benar!'' ,.

Penyampaian kalimat yang tegas didengar , kalimat yang bisa menolong anak kecil yang berjalan salah arah, salah orientasi, kalimat yang menghasilkan respon positif. Walaupun nada bahasa sesuai karakter kita masing-masing tetapi tetaplah ada hal yang berbeda antara kalimat negatif dan positif. Ada perbedaan antara kalimat ''menyalahkan'' dengan kalimat ''solutif''.

Saya kagum dengan Bapak soal Patriot, soal tekad Bapak untuk Bangsa dan Negara kita, Pengorbanan dan sumbangsih Bapak untuk negara. Ketegasan Bapak sangat diperlukan Bangsa ini untuk menjadi Bangsa yang lebih baik. Saya menulis ini sambil menyaksikan Debat Pilpres 2019 malam ini, 100 % tepat bapak memilih Sandiaga Uno sebagai wakil bapak.

Saya merasakan nada bicara Pak Sandi mengimbangi atau memberikan keseimbangan dari kalimat bernada negatif menjadi kalimat positif. Alangkah mendekati kesempurnaan (saya tahu Kesempurnaan hanya milik Tuhan) bila bapak Prabowo tidak perlu ada kesan seperti yang saya maksudkan. Cukup Fokus untuk berjalan, berlari untuk membawa Bangsa kita Maju. Ingatlah Doa, Ingatlah tangan Ulama yang telah diletakkan di dada bapak, rasakan energi positifnya, rasakan ketenangannya dan curahkan untuk mendekati kesempurnaan Nya. Ademnya perasaaan membuat lisan seperti membentuk alunan kalimat yang mencerahkan, menentramkan dan tetap tegas untuk disegani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun