Mohon tunggu...
Adi Wibowo Dees
Adi Wibowo Dees Mohon Tunggu... -

Lahir di Cilacap, 12 Desember 1990. Telah menyelesaikan studi S1 jurusan Ilmu Pendidikan pada program studi PGSD UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Kenal Lelah Mencari Nafkah

19 Februari 2011   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Waktu yang tertera pada jam tangan "TEC FORTUNE" yang melingkar di pergelangan tangan kiri saya menunjukkan pukul 02.30 WIB. Kendaraan umum darat yang mungkin terpanjang ukurannya, beberapa sudah berlalu namun yang saya nanti belum kunjung tiba. Sementara Bapak saya tak seperti biasanya yang menunggu saya sampai sesuatu yang saya nanti tiba. Tadi beliau langsung pulang setelah mengantar saya sampai pada tempat yang sering sangat gaduh ini. Memang begitulah seharusnya karena beliau harus segera pulang dan melanjutkan istirahatnya agar dapat kembali bekerja dengan fit pagi hari nanti. Sebenarnya berat hati pula saya harus minta tolong saat waktunya semua orang sedang beristirahat seperti saat ini. Namun terkadang apalah daya kita tak kuasa menghindari bahwa harus memilih pilihan walaupun dengan berat hati. Semua ini semakin mengingatkan saya bahwa orang tua adalah orang yang jasanya tak terkira dalam kehidupan kita. Dalam hati saya semakin tertanam bahwa membahagiakan mereka nantinya adalah agenda besar yang tak boleh untuk dilalaikan.

Suasana sunyi dengan cuaca yang cukup dapat saya rasakan dinginnya sampai ke tulang menemani kisah penantian saya di tempat ini. Rona bulan dengan fase hampir 91 % nampak dengan jelas sedang memandangi saya dan makhluk lain di bumi ini karena cerahnya langit tanpa ada gumpalan awan yang menghalangi. Saat sedikit larut dalam suasana mengantuk dengan kadar ringan, diantara pemandangan di hadapan saya, mata saya tertuju pada seorang pria yang mungkin usianya sudah menginjak 65 tahun yang membawa tongkat kawat dan bekas karung beras berisi sampah dan botol-botol plastik yang dapat didaur ulang. Betapa dapat dikatakan bahwa sangatlah terlalu pagi untuk seseorang seusia pria itu untuk bergelut dengan keadaan guna mencari rizki. Bukankah seharusnya beliau sedang hanyut dalam mimpi indah melihat anak-anaknya sukses dan meraih cita-cita...?? Beristirahat untuk melepas lelah akibat aktivitas sehari-hari? Lalu di mana anak-anak orang itu? Tidakkah mereka mempunyai agenda yang sama dengan saya untuk membahagiakan orang tua atau paling tidak memudahkan kehidupan mereka setelah segala pengorbanan mereka lakukan untuk kita?? Semua pertanyaan itu terus meronta-ronta dalam hati saya saat itu menanti jawab. Hingga akhirnya jawaban itu terucap dari bibir saya sendiri, Astaghfirullah…

Itulah sebagian gambaran dari kerasnya hidup ini bagi sebagian orang. Kerasnya hidup yang seharusnya dapat kita lunakkan walaupun kita sendiri harus menghadapi kerasnya hidup. Sebagian orang sudah dapat mulai menikmati mewah, indah dan mudahnya hidup mulai saat dalam kandungan, namun sebagian orang lagi walaupun sudah di usia senja masih saja harus bergelut dengan kerasnya hidup ini… Sungguh ironis sekali menurut saya karena mereka sessungguhnya mempunyai buah hati yang saya tidak tahu sebenarnya bagaimana jalan pikiran mereka. Sungguh masih banyak sekali terjadi hal yang demikian di lingkungan sekitar kita bahkan di hadapan kita. Namun jangan sampai kita menjadi seorang buah hati yang seperti buah hati mereka itu. Janganlah kita biarkan orang tua kita tak hentinya bekerja keras sampai usia senja. Apa gunanya kita ada di dunia ini bila sampai orang tua kita mengalami hal itu?

Ya Allah ya Rabb... Curahkanlah rizkiMu pada orang-orang itu... Yang tak kenal lelah mencari nafkah demi menghidupi keluarga dan anak-anaknya... muliakanlah derajat mereka dan jadikanlah mereka kekasih sejatiMu…
Amin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun